Sunday, December 22, 2024
HomeSaya dan KarirCoaching untuk Karyawan Potensial

Coaching untuk Karyawan Potensial

Siapa bilang belajar hanya di bangku pendidikan formal? Pengajaran dan pembelajaran akan tetap berlangsung di dalam dunia kerja, baik bersifat massal maupun ?privat?. Pengajaran ini lazim disebut dalam bahasa asingnya yakni coaching. Menilik dari terma yang digunakan, sebenarnya lebih mengacu pada pelatihan atau pembelajaran di lapangan olahraga, bukan ruang sekolah atau kuliah.

?Coaching is a personal development process designed to enhance a leaders? success in achieving his or her professional objectives within the context of an organization?s values and business goals.? Larson & Richburg (2004)

Pembelajaran ini bersifat individual, di mana seorang pegawai akan mendapatkan pengajaran, pelatihan dan pengarahan secara interaktif dari seorang coach. Meski fokus coaching pada individu, namun suksesnya program ini akan memberikan dampak yang luas yakni organisasi atau perusahaan itu sendiri. Kesuksesan ini mencakup keberhasilan mempertahankan karyawan berkualitas, meningkatkan produktivitas, mengembangkan karyawan berpotensi tinggi, kepuasan kerja karyawan, dan pencapaian target organisasi.

Maka tidak heran jika metode ini kerap menjadi favorit dalam pengembangan karyawan potensial. Selain itu, perusahaan perlu menerapkan metode ini karena semakin kompleksnya tugas dan tantangan di dunia kerja (bisnis), seperti terangkum dalam daftar berikut: (a) tugas atau pekerjaan semakin kompleks; (b) kepemimpinan semakin kompleks; (c) kebutuhan atas umpan balik yang jarang terpenuhi; (d) struktur organisasi yang semakin ?datar? sehingga isu sumber daya manusia semakin penting; (e) dalam masa perubahan yang cepat, kepemimpinan efektif lebih penting dari lainnya; (f) orang semakin terbuka terhadap bantuan dari luar; (g) merupakan investasi tersendiri.

Proses coaching

Tujuan dari coaching adalah meningkatkan efektivitas kepemimpinan organisasi melalui pembelajaran dan pengarahan yang interaktif. Metode ini dapat digunakan untuk mengembangkan ketrampilan kepemimpinan para eksekutif, manager, tim ahli, dan level lain yang berpotensi memimpin. Larson & Richburg (2004) menggambarkan tujuh tahapan coaching seperti berikut:

1. Seleksi karyawan untuk proses coaching

2. Membangun hubungan. Pada tahap ini, coach akan menjelaskan proses, target, kerahasiaan, dan komitmen peserta.

3. Assessment (Fact Finding) dan umpan balik. Peserta dan coach membahas serangkaian data assessment dan memilih instrument , teknik dan latihan yang akan digunakan dalam proses coaching. Dalam fase ini, coach dapat bertindak menjadi ?bayangan? untuk mengamati implementasi prinsip-prinsip kepemimpinan peserta dalam tugas sehari-hari, seperti pada pertemuan dengan bos, kolega dan bawahan.

4. Merencanakan pengembangan. Coach dan peserta bersama-sama menyusun rencana pengembangan dengan mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan yang memerlukan pengembangan tambahan. Mereka juga menyiapkan diri untuk mengevaluasi rencana tersebut dengan pemegang keputusan di perusahaan.

5. Coaching untuk pengembangan rencana. Pada tahap ini, coach membimbing peserta, mengevaluasi perilaku dan perubahannya serta memberikan umpan balik konstruktif untuk perubahan yang berhasil dicapai. Coach juga melakukan verifikasi metode guna mengukur kemajuan peserta.

6. Evaluasi sebagai penutup (atau melakukan assessment ulang jika diperlukan). Coach dan peserta mengevaluasi pencapaian program untuk menyusun rencana pengembangan jangka panjang ke depan. Selanjutnya coach akan memberikan konfirmasi hasil program pada perusahaan termasuk menjelaskan tahap selanjutnya dan komitmen dari peserta.

7. Merencanakan tahap selanjutnya

Cermatilah, bahwa hasil dari coaching yang efektif adalah peserta mampu menyusun tujuan atau target kerja yang lebih baik, lebih banyak melakukan langkah konkret, membuat keputusan yang lebih baik dan sepenuhnya menggunakan kekuatan dirinya sendiri. Metode ini mengedepankan hubungan kemitraan dari coach dan peserta (calon pemimpin).

?Coaching is an action-oriented partnership that, unlike psychotherapy which delves into patterns of the past, concentrates on where you are today and how you can reach your goals? – Wendy Cole, ?The (Un) Therapists?

Semoga bermanfaat 🙂

Sumber:

Larson, Paul W. & Richburg, Matthew T. (2004) Leadership coaching. Dalam Berger, Lance A. & Berger, Dorothy R. (2004) The Talent Management Handbook: Creating Organizational Excellence by Identifying, Developing & Promoting Your Best People. New York; The McGraw-Hill.

Tyas
Tyas
Career Coach & HR Consultant - "Mind is Magic"
RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular

Recent Comments

konsultankarir on Pilihan, Memilih or Stuck
konsultankarir on Bingung S2
konsultankarir on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
konsultankarir on Memilih Jurusan S2 yang Tepat
konsultankarir on Gagal tes psikotest
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
konsultankarir on Sulit mendapatkan pekerjaan
konsultankarir on Wawancara dan Psikotest
konsultankarir on Kuis:Career Engager
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Selalu Gagal dalam Interview
konsultankarir on Interview Magic
konsultankarir on Pindah Tempat Kerja
konsultankarir on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
konsultankarir on Psikotes Menggambar
konsultankarir on Memilih Jurusan S2 yang Tepat
konsultankarir on Memilih Jurusan S2 yang Tepat
konsultankarir on Bingung S2
konsultankarir on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
Angelina Tria Puspita Rini on Memilih Jurusan S2?!
Lisa on Bingung S2
Fiviiya on Psikotes Menggambar
Wendi Dinapis on Memilih Jurusan S2?!
hasenzah on Memilih Jurusan S2?!
yulida hikmah harahap on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
Galuh Rekyan Andini on Memilih Jurusan S2?!
burhanuddin on Memilih Jurusan S2?!
Dian Camellyna on Kuis:Career Engager
ABDUL RAHMAN on Wawancara dan Psikotest
Melva Ronauli Pasaribu on S1 Teknik Informatika S2 Bagusnya Apa?
Faradillah Rachmadani M.Nur on Memilih Jurusan S2?!
Taufik Halim on Memulai Bisnis Fotografi
Edo on Bingung S2
konsultankarir on Profesi yang sesuai
konsultankarir on Bingung S2
yaya on Bingung S2
konsultankarir on Memilih karir
dewi on Pindah kerja
konsultankarir on Memilih Jurusan S2 yang Tepat
dewi on Pindah kerja
Tyas on ILKOM atau MTI
hary on ILKOM atau MTI
Kiki Widia Martha on Buku ‘My Passion, My Career’
jalil abdul aziz on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
Nono Suharnowo on Bagaimana agar produktif?
syukri on Jujur atau tidak?
Nida shofiya on Bingung pilih fakultas
abdul madjid on Gagal tes psikotest
abdul madjid on Gagal tes psikotest
Aris on Tujuan karir
NURANI on Tujuan karir
dede on Tujuan karir
Rika on Tujuan karir
Djoko triyono on Sulit mendapat pekerjaan
marco on E-mailku unik!
Efik on Memilih karir
noer hasanah on Berminat ke NGO Asing
ilah susilawati on Status dan jenjang karir
yusi bayu dwihayati on Berpindah Karir di Usia 32
dino eko supriyanto on Menyiapkan Business Plan
Gunawan Ardiyanto on 10 Biang Bangkrut UKM
Nahdu on Table Manner
krisnadi on 10 Biang Bangkrut UKM
rani on Table Manner
yuda_dhe on Table Manner
Putrawangsa on Memilih Jurusan S2?!
aira on Time Management
Emi Sugiarti on Sudahkah Anda Peduli?
fitria on Table Manner
Ardiningtiyas on Menuju 'Incompetency Level'
Sri Ratna Hadi on Dari Penjahit ke Penulis
monang halomoan on Program SDM tahunan
merlyn on Ayo, Kreatif!
Silvester Balubun on Table Manner
Avatara on Istimewanya Rasberi
vaniawinona on Table Manner
defianus on Tips Negoasiasi Gaji
Dewi Sulistiono on Meniti Sebatang Bambu
Rena on Tersadar…
Dendi on Ayo, Kreatif!
Denni on Menemukan Mentor