Monday, November 18, 2024
HomeArtikelExperiencedDilema Memilih Pekerjaan

Dilema Memilih Pekerjaan

Saya seorang pria 30 th, pendidikan s-1 sudah mempunyai keluarga (istri & 2 anak). Pekerjaan saya saat ini adalah pegawai disebuah perbankan milik pemda (BUMD) dengan gaji 3 juta/ bulan ditempatkan di suatu kabupaten pemekaran baru. Saya diterima melalui peserta program diklat pengkaderan selama 1 tahun dan dinyatakan lulus diklat 2007, langsung ditetapkan sbg calon pegawai dan sekarang sudah diangkat sebagai pegawai tetap.

Dalam perjalanan waktu, saya mulai resah karena bank tersebut akan selalu memutasi/merolling setiap saat ex-peserta program tersebut diwilayah kerja mereka (pulau kalimantan). Disamping itu beban kerja dituntut target dr kantor pusat, semakin lama semakin bertambah, sehingga pulang sampai larut malam sampai2 waktu untuk keluarga menjadi berkurang dan keluarga kami menjadi tidak tenang. Satu lagi hal yang menjadi alasan saya untuk pindah pekerjaan adalah keinginan untuk menetap di pulau jawa, agar bisa berkumpul dengan keluarga besar. “Banyak yang bilang kita harus memiliki passion terhadap pekerjaan agar sukses menjalaninya (lahir & bathin)”.

Akhir 2008 saya coba-coba mengikuti cpns disuatu instansi vertikal dan dinyatakan lulus. Harapan saya dengan ikut cpns tsb adalah saya suatu saat akan bisa pindah/mutasi ke pulau jawa, sedangkan di bank tersebut kecil kemungkinan karena saham bank tersebut adalah masing2 pemda setempat. Pemikiran saya cpns adalah idaman semua orang, lebih aman karena gaji dari pemerintah, sedangkan bank adalah lembaga profit oriented, core bussinesnya adalah kepercayaan (penghasilan tergantung dari usaha bank tersebut yang berfluktuasi).

Permasalahan yang timbul adalah sbb:
1. Setelah selesai program bank tsb saya diharuskan untuk mengikatkan diri menjalani ikatan dinas selama 5 tahun (sesuai peraturan perusahaan) dan apabila mengundurkan diri sebelum maa ikatan dinas berakhir maka akan diminta uang ganti rugi sebesar 20 juta x 5 th = 100 juta. (perkiraan biaya pendidikannya = 20 jt / orang). nilai yang cukup material bagi saya.

2. Hasil kelulusan cpns saya sudah didepan mata, apabila saya tidak mengambilnya maka kesempatan saya menjadi cpns akan hilang begitu saja dan hilang juga kesempatan saya untuk pindah ke tempat asal saya (cita-cita saya). Sementara jutaan orang mencari pekerjaan (apabila saat ini banyak phk). Ironisnya malahan saya bingung memilih diantara 2 pekerjaan yang menurut saya sangat ideal. Hati kecil saya tidak merelakannya apabila saya tidak ambil cpns. sedangkan di bank adalah pekerjaan yang penuh dengan target & deadline sehingga saya terkadang stress, sehingga kepuasan batin saya tidak dapatkan.

Dengan konsultasi saya tersebut, mohon pencerahannya yang terbaik dan langkah apa yang harus saya lakukan? Apakah memungkinkan kita menegosiasikan hal ini ke bank tersebut, tanpa harus berlawanan dengan hukum (peraturan perusahaan) dan ganti rugi tidak harus dibayar malah justru saya memberikan kesempatan kepada calon pencari kerja yang lain untuk mengisinya. Terima kasih.

Herry

Yth. Pak Herry,

Menarik sekali quote Anda bahwa ‘”Banyak yang bilang kita harus memiliki passion terhadap pekerjaan agar sukses menjalaninya (lahir & batin)”. Bagaimana kalau kalimat ini diasumsikan sebagai motivasi Anda waktu menginginkan pekerjaan di perbankan sekarang? Sebab, telah menjadi pandangan umum bahwa institusi yang berorientasi pada profit, memiliki konsekuensi terhadap semua pihak di dalamnya untuk terus mengembangkan skill dan pribadi individual.

Perkembangan ini tidak sekedar melalui training, pendidikan (sekolah lagi), atau semacamnya. Melainkan juga melalui dinamika khas seperti; setumpuk tugas yang semakin kompleks, interaksi juga semakin kompleks dengan beragam orang (atasan-rekan kerja-klien-partner/relasi bisnis). Saya percaya pandangan ini juga ada di diri Anda.

Ketika Anda mendapatkan tugas yang semakin kompleks, bertemu dengan orang yang semakin ‘aneh’, Anda telah ‘naik kelas’. Sebab, perusahaan (institusi) tidak akan begitu saja menyerahkan tugas kompleks pada orang yang tidak kompeten. Seperti yang telah Anda tuliskan juga bahwa; profit, trust, kredibilitas menjadi taruhan kelangsungan perusahaan di masyarakat dan kompetisi bisnis.

Adalah kecenderungan semua orang untuk mendapatkan kenyamanan. Namun tiap orang memiliki definisi sendiri. Kalau tidak keberatan, bagaimana jika sejenak mengesampingkan kalimat ‘idaman semua orang’? Bagaimana jika Anda merumuskan sendiri pekerjaan idaman atau pekerjaan yang nyaman? Pekerjaan yang bisa Anda benar-benar nikmati seperti dalam quote di atas? Anda yang paling tahu situasinya.

Kompleksitas dan tantangan (kesulitan) akan selalu hadir di pekerjaan apapun, seiring dengan nuansa khas pekerjaan dan perusahaan. Mari kita coba urai pekerjaan saat ini.

Perbankan BUMD

Benefit; pegawai tetap (berarti ada jenjang/peningkatan karir -pendapatan)

Tantangan; (a) peningkatan kompleksitas tugas; (b) waktu dengan keluarga berkurang; (c) rolling setiap saat di wilayah lain

Alternatif; pindah pekerjaan (PNS)

Resiko; membayar uang pendidikan sekitar 100 juta rupiah (jumlah yang sangat besar berdasar budget saat ini)

Peluang; negosiasi untuk menukar ‘denda’ dengan calon pegawai lain

Yang mungkin Anda lakukan saat ini adalah;

  • memastikan aturan atau hukum di kantor tentang biaya pendidikan tersebut
  • melihat peluang ‘pindah ke Jawa’ tetap dalam lingkup perusahaan tersebut, mungkin ada cabang dsb
  • melihat peluang (manajemen keuangan) untuk bisa pulang ke Jawa secara periodik
  • mencari informasi akurat tentang peluang ke Jawa (waktu & syarat) untuk PNS

Saya sengaja tidak membahas jika mengambil peluang PNS secara khusus, karena fokus masalah dan menjadi sumber ketidaknyamanan Anda adalah di tempat kerja sekarang. Ada ‘ketrampilan’ yang perlu dikembangkan, baik tetap di sini atau pindah, yakni; komunikasi efektif & adaptasi iklim perusahaan (organisasi).

Komunikasi Efektif

Dalam kasus ini, Anda perlu membuka & menjalin komunikasi tentang; (a) tugas & perkembangannya; (b) alokasi waktu

Memiliki pemahaman komprehensif tentang tugas biasanya akan membantu kita untuk bekerja dan mengatasi stress. Memang tidak langsung menghilangkan sakit kepala, tetapi dengan lebih tahu hulu – hilir nya pekerjaan, pemahaman tentang tekanan kerja pun menjadi lebih baik. Begitu pula dengan waktu yang dirasakan semakin habis untuk pekerjaan. Ada waktu-waktu tertentu perusahaan menuntut hingga larut malam, kemungkinan di akhir bulan dan akhir tahun untuk perbankan (jika tidak salah). Sementara akan berbeda di perusahaan jasa, misalnya menjelang deadline project. Kenali momen ‘spesial’ ini. Informasi dan pemahaman tersebut akan sangat membantu dan bisa didapatkan melalui komunikasi dengan perusahaan (supervisor atau senior).

Adaptasi Iklim Perusahaan

Mengingat Anda belum lama di kantor ini, sepertinya masih dalam masa penyesuaian dan mempelajari iklim perusahaan. Hal ini memang bisa menambah stress, karena bekerja tidak hanya tentang menyelesaikan tugas, melainkan juga ‘hidup’ di tempat kerja (rekan kerja, atasan, klien, struktur kantor, fasilitas fisik kantor, dsb). Adaptasi ini pun berlaku bagi keluarga meski mereka tidak hadir secara fisik.

Anda tidak sendiri. Bukankah ada karyawan lain yang kemungkinan besar memiliki permasalahan serupa, mungkin sebagian dari mereka telah berhasil melewatinya. Coba jalin komunikasi ‘hati ke hati’ dengan mereka. Yang perlu diingat, bedakan antara diskusi dan mengeluh ketika berkomunikasi dengan atasan atau rekan kerja.

Dalam diskusi, arahkan energi untuk melihat jalan keluar jangka pendek-menengah-panjang. Buat peta masalah dan alternatif jalan keluarnya, berbekal iklim perusahaan dan tugas utama (pekerjaan) Anda. Kumpulkan informasi tentang pekerjaan, permasalahan, dan bagaimana perusahaan termasuk karyawan mengatasinya di waktu-waktu sebelumnya.

Begitu pula dengan keluarga, komunikasi menjadi salah satu kunci krusial sebelum mendapatkan dukungan penuh. Saya tidak menyarankan Anda harus menyelesaikan kontrak lima tahun atau mengambil PNS. Deskripsi di atas akan selalu hadir meskipun di tempat yang saat ini terlihat lebih nyaman, lebih diidamkan, lebih mapan.

Silahkan Anda renungkan dan diskusikan dengan keluarga, sebagai tim inti dalam kehidupan Anda. Saya berharap keluarga telah mengetahui langkah-langkah yang Anda tempuh, ada baiknya mereka juga mendapatkan gambaran lebih lengkap tentang situasi kerja saat ini, termasuk perasaan yang Anda alami.

Semoga apapun keputusan Anda, akan semakin memacu untuk berkembang dan tumbuh baik di kehidupan profesional, pribadi dan keluarga. Semoga bermanfaat & Good Luck.

Salam,

Tim Konsultankarir.com

 

Tyas
Tyas
Career Coach & HR Consultant - "Mind is Magic"
RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular

Recent Comments

konsultankarir on Pilihan, Memilih or Stuck
konsultankarir on Bingung S2
konsultankarir on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
konsultankarir on Memilih Jurusan S2 yang Tepat
konsultankarir on Gagal tes psikotest
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
konsultankarir on Sulit mendapatkan pekerjaan
konsultankarir on Wawancara dan Psikotest
konsultankarir on Kuis:Career Engager
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Selalu Gagal dalam Interview
konsultankarir on Interview Magic
konsultankarir on Pindah Tempat Kerja
konsultankarir on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
konsultankarir on Psikotes Menggambar
konsultankarir on Memilih Jurusan S2 yang Tepat
konsultankarir on Memilih Jurusan S2 yang Tepat
konsultankarir on Bingung S2
konsultankarir on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
Angelina Tria Puspita Rini on Memilih Jurusan S2?!
Lisa on Bingung S2
Fiviiya on Psikotes Menggambar
Wendi Dinapis on Memilih Jurusan S2?!
hasenzah on Memilih Jurusan S2?!
yulida hikmah harahap on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
Galuh Rekyan Andini on Memilih Jurusan S2?!
burhanuddin on Memilih Jurusan S2?!
Dian Camellyna on Kuis:Career Engager
ABDUL RAHMAN on Wawancara dan Psikotest
Melva Ronauli Pasaribu on S1 Teknik Informatika S2 Bagusnya Apa?
Faradillah Rachmadani M.Nur on Memilih Jurusan S2?!
Taufik Halim on Memulai Bisnis Fotografi
Edo on Bingung S2
konsultankarir on Profesi yang sesuai
konsultankarir on Bingung S2
yaya on Bingung S2
konsultankarir on Memilih karir
dewi on Pindah kerja
konsultankarir on Memilih Jurusan S2 yang Tepat
dewi on Pindah kerja
Tyas on ILKOM atau MTI
hary on ILKOM atau MTI
Kiki Widia Martha on Buku ‘My Passion, My Career’
jalil abdul aziz on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
Nono Suharnowo on Bagaimana agar produktif?
syukri on Jujur atau tidak?
Nida shofiya on Bingung pilih fakultas
abdul madjid on Gagal tes psikotest
abdul madjid on Gagal tes psikotest
Aris on Tujuan karir
NURANI on Tujuan karir
dede on Tujuan karir
Rika on Tujuan karir
Djoko triyono on Sulit mendapat pekerjaan
marco on E-mailku unik!
Efik on Memilih karir
noer hasanah on Berminat ke NGO Asing
ilah susilawati on Status dan jenjang karir
yusi bayu dwihayati on Berpindah Karir di Usia 32
dino eko supriyanto on Menyiapkan Business Plan
Gunawan Ardiyanto on 10 Biang Bangkrut UKM
Nahdu on Table Manner
krisnadi on 10 Biang Bangkrut UKM
rani on Table Manner
yuda_dhe on Table Manner
Putrawangsa on Memilih Jurusan S2?!
aira on Time Management
Emi Sugiarti on Sudahkah Anda Peduli?
fitria on Table Manner
Ardiningtiyas on Menuju 'Incompetency Level'
Sri Ratna Hadi on Dari Penjahit ke Penulis
monang halomoan on Program SDM tahunan
merlyn on Ayo, Kreatif!
Silvester Balubun on Table Manner
Avatara on Istimewanya Rasberi
vaniawinona on Table Manner
defianus on Tips Negoasiasi Gaji
Dewi Sulistiono on Meniti Sebatang Bambu
Rena on Tersadar…
Dendi on Ayo, Kreatif!
Denni on Menemukan Mentor