Sebut saja Eka, saat ini ia merasa kesal karena dengan gelar master dari universitas ternama di Indonesia, dan pengalaman short course di negara tetangga, namun promosi seakan masih jauh. Memang, ia telah menjadi manager selama hampir tujuh tahun, dan menurut penilaiannya, ia telah siap untuk melangkah lebih tinggi lagi! Hal ini bukan hanya angan, karena salah seorang rekan di divisi lain sekarang telah dipromosikan untuk menjadi general menager, padahal baru lima tahun menjadi manager. Apa yang salah? Ilmu yang dimiliki juga tidak kalah, dan kinerjanya juga tidak bisa dikatakan buruk.
Pengetahuan menunjukkan apa yang diketahui dan dapat lakukan seseorang. Memiliki pengetahuan jelas penting namun untuk menjadi seorang pemimpin, manager, atau professional yang dapat memberikan nilai tambah pada perusahaan/organisasi, tidaklah cukup. Hal ini karena pengetahuan bersifat fungsional, deklaratif, procedural, yang juga berupa pemetaan informasi, contohnya seperti seorang marketing yang harus menguasai produk, segmentasi pasar, dsb. Untuk menjadi seorang profesional , manager atau pemimpin yang outstanding, seorang individu harus mampu menggunakan pengetahuannya dan to make things happen.
Kompetensilah yang menunjukkan bagaimana seorang individu bagaimana melakukan pekerjaannya. Boyatzis (1982 dalam Boyatzis, Frick & Van Oosten,2004) mendefinisikan kompetensi sebagai ?the underlying characteristics of a person that lead to cause effective and outstanding performance?.Beberapa studi merangkum kompetensi dalam tiga kluster, yakni: (1) kemampuan kognitif/intelektual, seperti pola pikir/sistematika berpikir; (2) self-management atau kemampuan intra-personal, seperti adaptasi, dan (3) relationship management atau kemampuan inter-personal, seperti membangun-mengembangkan jejaring kerja. Kluster dua dan tiga selanjutnya dikenal sebagai kompetensi kecerdasan emosi (Goleman,1998, dalam Boyatzis, Frick & Van Oosten,2004).
Selain pengetahuan dan kompetensi, rumusan lain yang penting untuk tampil outstanding adalah keinginan untuk memanfaatkan talent (kapasitas diri). Kapasitas diri berupa nilai personal, filosifi dan motivasilah yang menunjukkan mengapa atau alasan seseorang menggunakan pengetahuan dan cara yang dipilihnya (kompetensi).
Goleman (1998, dalam Boyatzis, Frick & Van Oosten,2004) menyatakan bahwa ribuan studi menunjukkan parapemimpin yang efektif adalah mereka yang lebih menggunakan kecerdasan emosi. Untuk menyegarkan kembali ingatan kita, kecerdasan emosi merupakan seperangkat kompetensi untuk mengelola diri sendiri (komptensi personal) dan orang lain (kompetensi social) sehingga tampil outstanding. Dalam kecerdasan emosi, terdapat empat kluster (self-awareness, self-management, social awareness, dan relationship management) dengan 18 kompetensi, sebagai berikut:
Kompetensi Personal
Kluster self-awareness:
–emotional self-awareness: menyadari emosi diri dan dampaknya
–accurate self-awareness: mengetahui kekuatan dan keterbatasan diri
–self-confidence: peka dan menghargai kapasitas diri
Kluster self-management:
–adaptasi: fleksibel menghadapi perubahan situasi dan hambatan
–emotional self-control: mengendalikan emosi dalam menyeleraskan diri dengan norma kelompok/organisasi
–inisiatif: proaktif dan bersedia mengambil tindakan nyata
–achievement orientation: berusaha keras untuk meningkatkan kualitas terus menerus
–trustworthiness: integritas atau konsistensi antara nilai, emosi dan perilaku
–optimis: memiliki pandangan positif terhadap situasi/kehidupan dan masa depan
Kompetensi Sosial
Kluster social awareness:
–empati: memahami dan memperhatikan kepentingan orang lain
–service orientation: mengenali dan berusaha memenuhi kebutuhan pelanggan/konsumen
–organizational awareness: memahami interaksi dan peran politis/struktural dalam satu organisasi
Kluster management relationship:
–inspirational leadership: memberikan inspirasi dan membimbing tim/orang lain
–developing others: membantu orang lain untuk berkembang
–change catalyst: memulai atau mengelola perubahan
–conflict management: menyelesaikan pertikaian
–influence: membuat orang lain setujui pandangan diri
–teamwork dan kolaborasi: membangun hubungan dengan menciptakan satu visi bersama dan sinergi
Interaksi antara pengetahuan, kompetensi dan kapasitas inilah yang menjadi pilar bagaimana kita dapat tampil outstanding atau biasa-biasa saja, sekedar memenuhi tuntutan/tanggung jawab. Kini pilihan di tangan Eka, apakah akan meningkatkan diri atau terus bangga di titik saat ini.
Bagaimana dengan Anda?
Sumber: Boyatzis,Richard E., Frick,Condy.,& Van Oosten,Ellen Brooks (2004) Differenting leaders throughout an entire organization. Dalam Berger,Lance A.&Berger,Dorothy R.(2004) The talent management handbook: creating organizational excellence by identifying, developing, & promoting, your best people. New York; Mc-Graw Hill