Thursday, November 21, 2024
HomeArtikelExperiencedMemihak untuk Karir - bagian1

Memihak untuk Karir – bagian1

Salah satu kritik untuk jajaran pemimpin Indonesia mulai tahun 2010 ini adalah kurangnya keberpihakan pada rakyat. Para pengamat sosial-politik khususnya mulai gerah dengan politik ‘semua kawan’ alias ‘zona bebas lawan’. Siapa yang tidak ingin diterima oleh semua kalangan? Tetapi, sadarkah kita bahwa friend for everyone is friend for no one. Sikap adalah suatu pilihan, dan lawan tidak bermakna harfiah sebagai musuh dan kebencian. Apakah gambaran ini relevan untuk karir kita?

Berkarir adalah merayakan passion, yang juga berarti merayakan ‘subjektivitas’ diri. Definisi ini sendiri sudah menunjukkan adanya tuntutan untuk membuat pilihan bagi diri sendiri. Mungkin Anda punya makna tersendiri seperti karir adalah tangga kesuksesan, jenjang profesionalitas, dan lain sebagainya. Definisi ini pun tetap menyiratkan satu hal yakni: Passion. Kita memiliki kecenderungan masing-masing yang khas meski perlu sedikit kesabaran untuk menyadari dan mengakui. Coba amati saat makan siang di kantor, apakah Anda menyadari si Farah, Robi, dan Ghea hampir hampir selalu memesan menu masakan Padang? Kemudian Shinta dan Raka adalah fans warung Sunda alias pelahap sayur mentah/ lalap? Tengoklah meja rekan Anda di samping, apa saja pernak-pernik di sana, atau adakah warna favorit yang dominan? Semua pilihan itu bersifat subjektif yang membuat kita tetap memiliki diri secara personal di antara objektivitas dunia kerja.

Pertanyaan lebih lanjut adalah bagaimana mengenali subjektivitas dan memilahnya untuk karir? Saya akan menunjukkan hak setiap diri untuk menjadi ‘subjektif’ hingga dapat mengenali passion. Berdasarkan teori karir dari Holland, ada enam tipe atau kecenderungan untuk untuk karir yakni: realistik, investigatif, artistic, sosial, enterprising, dan konvensional (lihat http://konsultankarir.com/daftar-profesi/).

Secara singkat, realistik adalah mereka yang berminat dengan pekerjaan bersifat praktis, sensitif dengan masalah dan mencari solusinya. Bagaimana mengenalinya? Mari ingat, apakah saat anak-anak Anda senang membongkar pasang (bukan bongkar tinggal ya..) mainan? Apakah Anda sibuk mengutak-atik mesin sederhana mulai dari kalkulator hingga komputer hingga lupa waktu? Apakah Anda menyenangi tanaman mulai dari menanam, merawat hingga panen (misal memetik bunga untuk hiasan di atas meja)? Apakah Anda lebih sibuk mengurus ‘istana’ kucing /anjing kesayangan daripada bermain dengan teman lain? Semua aktivitas ini adalah petunjuk seorang yang realistis. Seorang yang realistis lebih menyukai sesuatu yang dapat ‘dikendalikan’ secara fisik dan tidak abstrak. Karena itu, mereka cenderung malas berinteraksi dengan orang karena manusia adalah makhluk yang sulit ditebak dan memiliki banyak kemauan. Beberapa pilihan karir untuk si realistis adalah pakar komputer, ahli mesin, pilot dan sejenisnya. Bagaimana dengan mereka yang bekerja di ranah bisnis? Anda akan melihat tipe realistis cenderung memilih untuk membahas atau menangani hal-hal teknis.

Untuk tipe investigatif adalah mereka yang senang memikirkan sesuatu secara mendalam daripada aktivitas fisik. Semua orang tentu berpikir, namun coba amati, apakah di kepala Anda akan spontan menghasilkan serentetan solusi untuk satu masalah? Apakah ketika Anda sedang menjelaskan satu ide pada teman, kemudian ide lain begitu saja melompat di pikiran? Atau Anda memiliki teman yang senang berkata ‘alternatif lainnya’. Orang investigatif cenderung aktif secara mental dan senang mengamati untuk mengumpulkan sebanyak mungkin data untuk dianalisis. Tantangan bagi mereka adalah mendisiplinkan pikiran untuk mengambil tindakan, terutama ketika bekerja dalam tim. Dominasinya alam kognisi (pikiran) ini menjadi petunjuk untuk berkarir sebagai peneliti, penulis, konsultan, dan pekerjaan lain sejenis. Bagi tipe investigatif yang bekerja di kantor, Anda akan mengenali mereka dari kesenangannya membuat program rencana, proposal pengembangan, materi presentasi dan sejenisnya. Singkirkan pandangan bahwa setiap orang dapat melakukan tugas ini, namun rasakan benar-benar dan tanyakan pada diri sendiri ‘Apakah saya menikmati tugas ini?’ Menikmati kesulitannya, perubahan tiap detil bahkan telah siap dengan rencana B dan C.

Untuk tipe ke tiga yakni artistic, Anda akan mengenalinya sebagai pribadi yang senang membuat sesuatu dari awal hingga akhir dan mengatur ritme kerja sendiri. Ia juga peka dengan nilai artistic dan menikmati pola-pola benda atau desainnya. Jika si realistis akan menekankan pada fungsi, maka si artistic akan menyoroti keindahan desain atau sisi artistiknya. Dalam pertumbuhannya, tipe ini senang mengatur ruang kamarnya mengikuti selera, menghias buku secara unik sehingga berbeda dengan teman sekelas, atau gemar mempelajari alat music. Mereka senang jika memiliki keleluasaan dalam mengatur aktivitasnya secara mandiri. Apakah mereka pasti akan memilih bidang seni dan budaya? Tidak juga, meskipun para actor, pencipta lagu, penari dan deretan pekerja seni lain masuk dalam tipe ini. Coba amati kembali ruang kerja rekan atau Anda sendiri. Seperti apa pilihan benda-benda di sana, apakah diletakkan begitu saja, bertumpuk secara abstrak (tidak beraturan), atau terasa nuansa seninya? Bagaimana dengan pekerjaannya? Ia akan lebih menyoroti aspek kerja secara menyeluruh, mulai dari hulu ke hilir, tidak hanya memastikan semuanya berjalan dengan baik, namun juga dengan indah. Lebih mudahnya, tipe artistic akan peka dengan detil bak seorang pemahat yang siap menyulap sebongkah batu menjadi masterpiece.

Hingga di sini, apakah Anda mulai dapat mengenali tipe karir yang khas? Mungkin kita tidak langsung mengenali kecenderungan atau tanda-tanda di atas, namun rekan kerja kitalah yang peka. Meski demikian, kita lah yang memilih untuk mengakui kecenderungan ini Dengan mengakui, kita tahu bagaimana bersikap untuk diri sendiri secara adil. Karena itu, maukah kita untuk berpihak untuk karir?

Masih ada tiga tipe lain yang menarik untuk kita cermati yakni sosial, enterprising dan conventional. Saya akan membahasnya pada artikel ‘Memihak untuk Karir – bagian2.’

Tyas
Tyas
Career Coach & HR Consultant - "Mind is Magic"
RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular

Recent Comments

konsultankarir on Pilihan, Memilih or Stuck
konsultankarir on Bingung S2
konsultankarir on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
konsultankarir on Memilih Jurusan S2 yang Tepat
konsultankarir on Gagal tes psikotest
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
konsultankarir on Sulit mendapatkan pekerjaan
konsultankarir on Wawancara dan Psikotest
konsultankarir on Kuis:Career Engager
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Selalu Gagal dalam Interview
konsultankarir on Interview Magic
konsultankarir on Pindah Tempat Kerja
konsultankarir on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
konsultankarir on Psikotes Menggambar
konsultankarir on Memilih Jurusan S2 yang Tepat
konsultankarir on Memilih Jurusan S2 yang Tepat
konsultankarir on Bingung S2
konsultankarir on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
Angelina Tria Puspita Rini on Memilih Jurusan S2?!
Lisa on Bingung S2
Fiviiya on Psikotes Menggambar
Wendi Dinapis on Memilih Jurusan S2?!
hasenzah on Memilih Jurusan S2?!
yulida hikmah harahap on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
Galuh Rekyan Andini on Memilih Jurusan S2?!
burhanuddin on Memilih Jurusan S2?!
Dian Camellyna on Kuis:Career Engager
ABDUL RAHMAN on Wawancara dan Psikotest
Melva Ronauli Pasaribu on S1 Teknik Informatika S2 Bagusnya Apa?
Faradillah Rachmadani M.Nur on Memilih Jurusan S2?!
Taufik Halim on Memulai Bisnis Fotografi
Edo on Bingung S2
konsultankarir on Profesi yang sesuai
konsultankarir on Bingung S2
yaya on Bingung S2
konsultankarir on Memilih karir
dewi on Pindah kerja
konsultankarir on Memilih Jurusan S2 yang Tepat
dewi on Pindah kerja
Tyas on ILKOM atau MTI
hary on ILKOM atau MTI
Kiki Widia Martha on Buku ‘My Passion, My Career’
jalil abdul aziz on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
Nono Suharnowo on Bagaimana agar produktif?
syukri on Jujur atau tidak?
Nida shofiya on Bingung pilih fakultas
abdul madjid on Gagal tes psikotest
abdul madjid on Gagal tes psikotest
Aris on Tujuan karir
NURANI on Tujuan karir
dede on Tujuan karir
Rika on Tujuan karir
Djoko triyono on Sulit mendapat pekerjaan
marco on E-mailku unik!
Efik on Memilih karir
noer hasanah on Berminat ke NGO Asing
ilah susilawati on Status dan jenjang karir
yusi bayu dwihayati on Berpindah Karir di Usia 32
dino eko supriyanto on Menyiapkan Business Plan
Gunawan Ardiyanto on 10 Biang Bangkrut UKM
Nahdu on Table Manner
krisnadi on 10 Biang Bangkrut UKM
rani on Table Manner
yuda_dhe on Table Manner
Putrawangsa on Memilih Jurusan S2?!
aira on Time Management
Emi Sugiarti on Sudahkah Anda Peduli?
fitria on Table Manner
Ardiningtiyas on Menuju 'Incompetency Level'
Sri Ratna Hadi on Dari Penjahit ke Penulis
monang halomoan on Program SDM tahunan
merlyn on Ayo, Kreatif!
Silvester Balubun on Table Manner
Avatara on Istimewanya Rasberi
vaniawinona on Table Manner
defianus on Tips Negoasiasi Gaji
Dewi Sulistiono on Meniti Sebatang Bambu
Rena on Tersadar…
Dendi on Ayo, Kreatif!
Denni on Menemukan Mentor