Salah satu kritik untuk jajaran pemimpin Indonesia mulai tahun 2010 ini adalah kurangnya keberpihakan pada rakyat. Para pengamat sosial-politik khususnya mulai gerah dengan politik ‘semua kawan’ alias ‘zona bebas lawan’. Siapa yang tidak ingin diterima oleh semua kalangan? Tetapi, sadarkah kita bahwa friend for everyone is friend for no one. Sikap adalah suatu pilihan, dan lawan tidak bermakna harfiah sebagai musuh dan kebencian. Apakah gambaran ini relevan untuk karir kita?
Berkarir adalah merayakan passion, yang juga berarti merayakan ‘subjektivitas’ diri. Definisi ini sendiri sudah menunjukkan adanya tuntutan untuk membuat pilihan bagi diri sendiri. Mungkin Anda punya makna tersendiri seperti karir adalah tangga kesuksesan, jenjang profesionalitas, dan lain sebagainya. Definisi ini pun tetap menyiratkan satu hal yakni: Passion. Kita memiliki kecenderungan masing-masing yang khas meski perlu sedikit kesabaran untuk menyadari dan mengakui. Coba amati saat makan siang di kantor, apakah Anda menyadari si Farah, Robi, dan Ghea hampir hampir selalu memesan menu masakan Padang? Kemudian Shinta dan Raka adalah fans warung Sunda alias pelahap sayur mentah/ lalap? Tengoklah meja rekan Anda di samping, apa saja pernak-pernik di sana, atau adakah warna favorit yang dominan? Semua pilihan itu bersifat subjektif yang membuat kita tetap memiliki diri secara personal di antara objektivitas dunia kerja.
Pertanyaan lebih lanjut adalah bagaimana mengenali subjektivitas dan memilahnya untuk karir? Saya akan menunjukkan hak setiap diri untuk menjadi ‘subjektif’ hingga dapat mengenali passion. Berdasarkan teori karir dari Holland, ada enam tipe atau kecenderungan untuk untuk karir yakni: realistik, investigatif, artistic, sosial, enterprising, dan konvensional (lihat http://konsultankarir.com/daftar-profesi/).
Secara singkat, realistik adalah mereka yang berminat dengan pekerjaan bersifat praktis, sensitif dengan masalah dan mencari solusinya. Bagaimana mengenalinya? Mari ingat, apakah saat anak-anak Anda senang membongkar pasang (bukan bongkar tinggal ya..) mainan? Apakah Anda sibuk mengutak-atik mesin sederhana mulai dari kalkulator hingga komputer hingga lupa waktu? Apakah Anda menyenangi tanaman mulai dari menanam, merawat hingga panen (misal memetik bunga untuk hiasan di atas meja)? Apakah Anda lebih sibuk mengurus ‘istana’ kucing /anjing kesayangan daripada bermain dengan teman lain? Semua aktivitas ini adalah petunjuk seorang yang realistis. Seorang yang realistis lebih menyukai sesuatu yang dapat ‘dikendalikan’ secara fisik dan tidak abstrak. Karena itu, mereka cenderung malas berinteraksi dengan orang karena manusia adalah makhluk yang sulit ditebak dan memiliki banyak kemauan. Beberapa pilihan karir untuk si realistis adalah pakar komputer, ahli mesin, pilot dan sejenisnya. Bagaimana dengan mereka yang bekerja di ranah bisnis? Anda akan melihat tipe realistis cenderung memilih untuk membahas atau menangani hal-hal teknis.
Untuk tipe investigatif adalah mereka yang senang memikirkan sesuatu secara mendalam daripada aktivitas fisik. Semua orang tentu berpikir, namun coba amati, apakah di kepala Anda akan spontan menghasilkan serentetan solusi untuk satu masalah? Apakah ketika Anda sedang menjelaskan satu ide pada teman, kemudian ide lain begitu saja melompat di pikiran? Atau Anda memiliki teman yang senang berkata ‘alternatif lainnya’. Orang investigatif cenderung aktif secara mental dan senang mengamati untuk mengumpulkan sebanyak mungkin data untuk dianalisis. Tantangan bagi mereka adalah mendisiplinkan pikiran untuk mengambil tindakan, terutama ketika bekerja dalam tim. Dominasinya alam kognisi (pikiran) ini menjadi petunjuk untuk berkarir sebagai peneliti, penulis, konsultan, dan pekerjaan lain sejenis. Bagi tipe investigatif yang bekerja di kantor, Anda akan mengenali mereka dari kesenangannya membuat program rencana, proposal pengembangan, materi presentasi dan sejenisnya. Singkirkan pandangan bahwa setiap orang dapat melakukan tugas ini, namun rasakan benar-benar dan tanyakan pada diri sendiri ‘Apakah saya menikmati tugas ini?’ Menikmati kesulitannya, perubahan tiap detil bahkan telah siap dengan rencana B dan C.
Untuk tipe ke tiga yakni artistic, Anda akan mengenalinya sebagai pribadi yang senang membuat sesuatu dari awal hingga akhir dan mengatur ritme kerja sendiri. Ia juga peka dengan nilai artistic dan menikmati pola-pola benda atau desainnya. Jika si realistis akan menekankan pada fungsi, maka si artistic akan menyoroti keindahan desain atau sisi artistiknya. Dalam pertumbuhannya, tipe ini senang mengatur ruang kamarnya mengikuti selera, menghias buku secara unik sehingga berbeda dengan teman sekelas, atau gemar mempelajari alat music. Mereka senang jika memiliki keleluasaan dalam mengatur aktivitasnya secara mandiri. Apakah mereka pasti akan memilih bidang seni dan budaya? Tidak juga, meskipun para actor, pencipta lagu, penari dan deretan pekerja seni lain masuk dalam tipe ini. Coba amati kembali ruang kerja rekan atau Anda sendiri. Seperti apa pilihan benda-benda di sana, apakah diletakkan begitu saja, bertumpuk secara abstrak (tidak beraturan), atau terasa nuansa seninya? Bagaimana dengan pekerjaannya? Ia akan lebih menyoroti aspek kerja secara menyeluruh, mulai dari hulu ke hilir, tidak hanya memastikan semuanya berjalan dengan baik, namun juga dengan indah. Lebih mudahnya, tipe artistic akan peka dengan detil bak seorang pemahat yang siap menyulap sebongkah batu menjadi masterpiece.
Hingga di sini, apakah Anda mulai dapat mengenali tipe karir yang khas? Mungkin kita tidak langsung mengenali kecenderungan atau tanda-tanda di atas, namun rekan kerja kitalah yang peka. Meski demikian, kita lah yang memilih untuk mengakui kecenderungan ini Dengan mengakui, kita tahu bagaimana bersikap untuk diri sendiri secara adil. Karena itu, maukah kita untuk berpihak untuk karir?
Masih ada tiga tipe lain yang menarik untuk kita cermati yakni sosial, enterprising dan conventional. Saya akan membahasnya pada artikel ‘Memihak untuk Karir – bagian2.’