Creativity, which is typically defined as the process of bringing into being something that is both novel and useful (Maddux & Galinsky,2009).
Mencipta (create), baru (novel) dan bermanfaat (useful) adalah tiga kata kuncinya. Momen penciptaan seringkali tampak di luar akal, seperti permainan sihir yang … taraaa… jadilah satu mahakarya! Ini dikenal dengan ?a-ha? moment, di mana satu ide melompat ke dalam kesadaran, momen tiba-tiba, abstrak hingga seolah tak logis. Yang ada adalah decak kekaguman dan ?Gila… kreatif sekali dia!?.
Semua orang berhak dan berpeluang menjadi kreatif, tidak hanya orang ?gila?, meski sebutan ini terkadang menjadi hadiah kreativitas kita hehehe. Menurut beberapa studi psikologi,setidaknya ada tiga faktor yang berperan yang membuat seseorang dapat lebih kreatif dari lainnya yakni kepribadian, konteks dan pengalaman.
Jadi, bukanlah karena keturunan leluhur tetapi ada karakteristik pribadi, konteks dan pengalaman 🙂
Studi psikologi termasuk meta analisis (analisis studi-studi tentang kreativitas) menunjukkan mereka yang kreatif cenderung memiliki intelegensi di atas rata-rata ke atas, toleran terhadap ambiguitas, berani ambil resiko, berenergi, percaya diri, memiliki motivasi intrinsic (internal), berambisi, dan fleksibilitas berpikir. Sementara menurut pengujian dengan tipe kepribadian dalam the Big Five (introversion, neuroticism, agreeableness, conscientiousness, openness to experience) menunjukkan bahwa kecenderungan openness to experience lah yang terkait erat dengan kreativitas.
Bagaimana dengan konteks?
Mereka yang melakukan pekerjaan secara intrinsic daripada ekstrinsiklah yang dapat meningkatkan kreativitas. Hal ini berarti menikmati pekerjaan atau tugas sebagai ?project personal? dengan semangat dari dalam diri, bukan karena perintah, pesanan atau telah tercantum dalam jobdesc. Selain itu, berorientasi pada promosi dan focus jangka panjang juga terbukti berperan. Adanya motivasi untuk meningkatkan diri dengan memanfaatkan system promosi di tempat kerja akan memotivasi kita menjadi lebih kreatif dalam mengelola pekerjaan. Lebih detil, bahkan mendorong kita menghasilkan solusi kreatif termasuk dalam bernegosiasi.
Selanjutnya: studi mencatat para imigran, pengguna bilingual, ekspos multikultur, dan masyarakat /komunitas yang terbuka lah yang memiliki kreativitas lebih. Pengalaman beragam ini lah yang menjadi makanan sel-sel kelabu kita juga emosi hingga tindakan. Bukankah ini semakin menegaskan perlunya lingkungan dan interaksi yang kaya? Kaya akan bahasa, kultur, sehingga kreativitas menjadi bagian kehidupan sehari-hari.
Studi Maddux & Galinsky (2009) sendiri menegaskan hubungan positif antara pengalaman hidup di luar negeri dan kreativitas. Pengalaman hidup di negeri asing tentunya menyajikan beragam hal baru (asing) yang kompleks.
Apakah kita harus tinggal di luar negeri dulu? Tentu tidak, karena studi telah membuktikan factor-faktor yang luas untuk mengasah kreativitas kita.
Seringkali kita mengetuk-ngetuk kening untuk menciptakan yang ?baru? sehingga berhak menyandang label kreatif. Kita sering lupa dengan kata kunci ?useful?. Sekiranya dari kata kunci ke dua inilah kita bisa membantu sel-sel kelabu ini menyala. Tak perlu menanti adanya pesanan project dari klien, dari atasan, kita bangun motivasi instrinsik kita, dengan melihat lingkungan terdekat: ruang kerja kita, rekan kerja di samping, ketika meeting, berjalan di tempat parkir, dsb.. Apa yang mengganggu pikiran kita? Apa yang meresahkan? Apa solusi yang bisa kita berikan di masalah-masalah ini? Solusi tingkat individual hingga kolaborasi dengan orang lain. Ijinkan imaginasi kita menawarkan kemungkinan-kemungkinan dari yang aneh, tidak jelas hingga mengerucut menjadi satu solusi konkret. Tak lupa, manfaatkan sumber internet, buku, televisi juga komunitas social. Semoga elaborasi ini memberikan pengalaman yang kaya dan … let?s be creative!
Semoga bermanfaat.
Sumber:
Maddux, W.W. & Galinsky,A.D. (2009) Cultural borders and mental barriers: the relationship between living abroad and creativity. Journal of personality and social psychology,2009,vol.96,no.5,1047-1061.