Thursday, April 18, 2024
HomeSaya dan KarirPerencanaan Karir & Finansial bagi Mid-Age

Perencanaan Karir & Finansial bagi Mid-Age

Memilih karir menuntut kerja keras, menguras energi sel-sel kelabu dan mental kita. Pilihan ini semakin menantang ketika kita berada di usia pertengahan (middle age ? mid-age) yakni 30 ? 40 an. Semua perubahan yang kita lakukan akan berdampak pada keluarga (pasangan dan anak). Meski demikan, tidak pernah ada kata terlambat untuk para mid-age mengubah karir. Vincent Van Gogh menjadi penjual barang seni, pengajar, dan misionari sebelum akhirnya ia menemukan bakat artistiknya di usia 30an. Begitu pula Andrea Hirata, novelis Laskar Pelangi yang meramaikan dunia sastra Indonesia di usia yang jelas bukan remaja atau 20an. Dewi Lestari atau Dee juga mengawali karir sebagai penyanyi latar hingga membentuk trio Rida Sita Dewi. Ia tidak hanya menyanyi melainkan juga mencipta lagu hingga di awal tahun 2000 hadir sebagai novelis dengan Supernova 1. Masih banyak orang yang kini kita kenal sebagai idola menjalani liku dalam menemukan karirnya, seperti yang telah ditulis dalam http://konsultankarir.com/2010/03/11/artikel/11-orang-terkenal-yang-salah-karir-di-umur-30/

Mungkin kini satu kalimat melintas di benak Anda: itu kan kisah para pesohor, what about ordinary people?

Tantangan terbesar dalam mengubah karir sama beratnya dengan hal-hal yang menyebabkan seseorang memutuskan untuk meninggalkan karir yang sedang dijalani. Tiga pola umum yang biasa ditemui adalah; (1) menemukan pekerjaan baru yang lebih menantang, ini adalah fase yang berat namun memuaskan atau fulfilling; (2) telah melewati masa yang mencemaskan dalam menjalani karir sekarang meski masih fase belajar; (3) merasa bosan karena telah menguasai pola kerja di karir saat ini (www.passionsaving/mid-life-career-change) .

Banyak isu yang perlu dipertimbangkan masak-masak dalam perubahan karir bagi mid-age, namun, ?Perencanaan Karir dan Finansial? adalah tema besarnya.

Bukan hanya Perencanaan Finansial, bukan pula hanya Perencanaan Karir. Bak membangun sangkar yang nyaman dan indah untuk telur, kita perlu mencapai tingkat kendali atas penentuan masa depan karir. Memang ide untuk melakukan apa yang kita cintai memberikan energi luar biasa dalam berkarir. Tetapi mengetahui apa yang kita cintai dan mengembangkan keberanian untuk mengejar impian tidaklah cukup. Kita perlu memiliki perencanaan sebelum mengubah karir di masa mid-age. Hal ini juga untuk melindungi diri dari resiko tidak menyenangkan dan transisi dramatis dalam kehidupan secara menyeluruh.

Alasan Sesungguhnya. Apa sesungguhnya yang menggerakkan kita untuk mengubah karir? Buat daftar pro dan kontra dari karir sekarang. Kemudian, apa yang paling kita suka dan tidak dari daftar tersebut? Ada kemungkinan proses mengalami bias subjektif karena yang ada di benak kita adalah ?mengganti karir? ; ?karir sekarang menyebalkan? dsb. Beri jeda waktu seusai menuliskan daftar dengan tidak langsung mengambil kesimpulan bagian yang menyenangkan dan tidak menyenangkan. Waktu 24 jam cukup memberi waktu pada otak dan mental kita untuk mereview secara objektif ketika melihat kembali daftar itu. Bagaimana perkembangan karir yang ada saat ini? Kurangnya perkembangan karir dapat menjadi alasan ?tersembunyi? keinginan mengubah karir di mid-age.

Masih di pencarian alasan sesungguhnya, apakah perubahan ini untuk menghasilkan lebih banyak uang atau lebih banyak waktu untuk diri sendiri dan keluarga? Ada kalanya kebutuhan financial memang menuntut kita untuk mengubah pekerjaan, misal ada anggota keluarga yang memerlukan perawatan medis dalam waktu cukup lama, atau lainnya. Namun, ini adalah perubahan karir, bukan pekerjaan. Karir lebih berbicara passion, pekerjaan adalah salah satu instrumentnya. Karena itu, lihat lebih jelas. Menginvestasikan waktu untuk pencarian karir yang memenuhi passion kita adakalanya memakan waktu dan energi, namun sangat layak untuk sesuatu yang kita cintai.

Menyusun strategi perubahan. Oke, jika kebutuhan untuk perubahan karir ini telah memiliki alasan yang bermakna. Saatnya melirik hal-hal ?teknis yang tidak boleh diabaikan dalam kerangka Perencanaan Karir & Finansial. Pertama, apa skill dan pengalaman yang telah dimiliki? Misal ?menyusun analisis keuangan?, , ?membuat desain grafis korporat?, ?menyusun modul training level managerial?, ?melakukan analisis psikologis?, ?menjadi aktor di pertunjukan seni teater?, ?menyusun proposal bisnis? dan sebagainya.

Nomor dua, bagaimana lingkup kerja yang diinginkan? Mungkin kita tetap memilih lingkup kerja yang sama, seperti sektor keuangan hanya di tempat berbeda. Jika saat ini berkarir di bank, mungkin akan berganti sebagai penasehat keuangan di satu perusahaan. Pilihan lain, sebagai actor teater yang telah berpengalaman, mungkin kini saatnya memilih menjalani karir sebagai penulis atau sutradaranya. Eksplorasi lebih banyak ?lingkungan? skill dan karir yang telah bertahun dijalani.

Tiga, bagaimana gaya hidup yang kita inginkan? Aspirasi gaya hidup dapat mengubah lingkungan kita juga. Apa yang pada masa twenty something terasa begitu menyenangkan, nyaman dan cocok, bisa jadi berubah sama sekali. Tentu tidak semuanya menguap ketika kita kini memiliki keluarga yang berarti menjalani hari bersama pasangan, dua anak, satu anjing dan tiga kelinci kesayangan! Bagaimana gambaran ?hari ideal? dan bagaimana karakter orang di lingkungan terdekat kita?

Empat, di mana kita ingin tinggal? Memilih tinggal di tengah kota besar tidak sama dengan pinggir kota. Mungkin di masa mid-age dengan keluarga, idaman menikmati pepohonan di pinggir kota menjadi prioritas. Jika demikian, temukan pula alternatif perjalanan ke tempat kerja; mobil pribadi, bus, kereta? Atau justru tinggal di pusat kota lebih tepat? Banyak pula tawaran hunian di pusat kota yang menawarkan lingkungan hijau.

Lima, bagaimana pendapatan yang sesuai dengan gaya hidup? Bagaimana kebutuhan financial saat ini, sekian tahun mendatang dan masa pensiun? Poin ini tidak hanya mengingatkan tentang ?kewajiban dan tanggung jawab? pada keluarga, melainkan juga tanggung jawab pada pilihan diri sendiri untuk jangka lebih panjang.

Last but not least, menghadirkan saran perubahan karir bagi mid-age nampaknya relatif ?mudah?, namun tidak untuk implementasinya. Pertimbangkan pula untuk mengembangkan hobi sebagai karir terlebih jika kita telah melakukannya bertahun-tahun. Selain itu, cobalah mengambil semacam kursus atau ?mewawancarai? professional yang telah menjalaninya untuk merasakan sedikit (kembangkan empati, bukan simpati atau ‘kekaguman’) sebelum terjun langsung. Memulai sebagai pekerjaan sampingan juga bisa menjadi pintu masuk dan untuk ini diperlukan komitmen dan apresiasi serius terhadap etika profesi maupun bisnis.

Semoga bermanfaat 🙂

Sumber:
http://www.mftrou.com/midlife-career-change.html
http://www.ehow.com/how_2270780_choose-career-middleaged.html

Six Unconventional Mid-Life Career Change Tips

Tyas
Tyas
Career Coach & HR Consultant - "Mind is Magic"
RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular

Recent Comments

konsultankarir on Pilihan, Memilih or Stuck
konsultankarir on Bingung S2
konsultankarir on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
konsultankarir on Memilih Jurusan S2 yang Tepat
konsultankarir on Gagal tes psikotest
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
konsultankarir on Sulit mendapatkan pekerjaan
konsultankarir on Wawancara dan Psikotest
konsultankarir on Kuis:Career Engager
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Selalu Gagal dalam Interview
konsultankarir on Interview Magic
konsultankarir on Pindah Tempat Kerja
konsultankarir on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
konsultankarir on Psikotes Menggambar
konsultankarir on Memilih Jurusan S2 yang Tepat
konsultankarir on Memilih Jurusan S2 yang Tepat
konsultankarir on Bingung S2
konsultankarir on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
Angelina Tria Puspita Rini on Memilih Jurusan S2?!
Lisa on Bingung S2
Fiviiya on Psikotes Menggambar
Wendi Dinapis on Memilih Jurusan S2?!
hasenzah on Memilih Jurusan S2?!
yulida hikmah harahap on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
Galuh Rekyan Andini on Memilih Jurusan S2?!
burhanuddin on Memilih Jurusan S2?!
Dian Camellyna on Kuis:Career Engager
ABDUL RAHMAN on Wawancara dan Psikotest
Melva Ronauli Pasaribu on S1 Teknik Informatika S2 Bagusnya Apa?
Faradillah Rachmadani M.Nur on Memilih Jurusan S2?!
Taufik Halim on Memulai Bisnis Fotografi
Edo on Bingung S2
konsultankarir on Profesi yang sesuai
konsultankarir on Bingung S2
yaya on Bingung S2
konsultankarir on Memilih karir
dewi on Pindah kerja
konsultankarir on Memilih Jurusan S2 yang Tepat
dewi on Pindah kerja
Tyas on ILKOM atau MTI
hary on ILKOM atau MTI
Kiki Widia Martha on Buku ‘My Passion, My Career’
jalil abdul aziz on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
Nono Suharnowo on Bagaimana agar produktif?
syukri on Jujur atau tidak?
Nida shofiya on Bingung pilih fakultas
abdul madjid on Gagal tes psikotest
abdul madjid on Gagal tes psikotest
Aris on Tujuan karir
NURANI on Tujuan karir
dede on Tujuan karir
Rika on Tujuan karir
Djoko triyono on Sulit mendapat pekerjaan
marco on E-mailku unik!
Efik on Memilih karir
noer hasanah on Berminat ke NGO Asing
ilah susilawati on Status dan jenjang karir
yusi bayu dwihayati on Berpindah Karir di Usia 32
dino eko supriyanto on Menyiapkan Business Plan
Gunawan Ardiyanto on 10 Biang Bangkrut UKM
Nahdu on Table Manner
krisnadi on 10 Biang Bangkrut UKM
rani on Table Manner
yuda_dhe on Table Manner
Putrawangsa on Memilih Jurusan S2?!
aira on Time Management
Emi Sugiarti on Sudahkah Anda Peduli?
fitria on Table Manner
Ardiningtiyas on Menuju 'Incompetency Level'
Sri Ratna Hadi on Dari Penjahit ke Penulis
monang halomoan on Program SDM tahunan
merlyn on Ayo, Kreatif!
Silvester Balubun on Table Manner
Avatara on Istimewanya Rasberi
vaniawinona on Table Manner
defianus on Tips Negoasiasi Gaji
Dewi Sulistiono on Meniti Sebatang Bambu
Rena on Tersadar…
Dendi on Ayo, Kreatif!
Denni on Menemukan Mentor