Judul : Google, Mesin Pencari Yang Ditakuti Raksasa Microsoft
Penulis : Ni Ketut Susrini
Penerbit : Bentang Pustaka, PT. Mizan Pustaka 2008
Hal : 251 hal + viii
Harga : Rp. 39.000,-
Peresensi : Lestari N.
Ratusan judul buku tentang Google tersebar di berbagai penjuru dunia, namun tetap saja orang tidak berhenti menulis, membahas, dan membacanya dalam berbagai versi. Barangkali ini tidak terlepas dari kebesaran nama Google sebagai mesin pencari terbesar di dunia, atau juga karena demikian dramatiknya kisah sukses dan hadangan yang dihadapi Google Inc. sebagai sebuah perusahaan.
Buku yang ditulis seorang alumnus Ilmu Komputer UGM, sekaligus jurnalis di sebuah portal berita, Ni Ketut Susrini, tampaknya juga hadir karena pengalaman pribadi sang penulis yang sangat dekat dan terbantu dengan kehadiran mesin pencari Google. Hal ini masuk akal karena mencari konten tertentu lewat internet bukan perkara mudah, apalagi sampai mendapatkan yang benar-benar relevan, ada yang mengibaratkan seperti menelusuri hutan belantara (hal. 2).
Keajaiban Google sebagai sebuah perusahaanpun tidak terlepas dari dua nama yakni Larry Page dan Sergey Brin yang saat Google didirikan pertamakali sebagai perusahaan pada 4 September 1998, keduanya masih berusia muda, Larry (27 tahun), dan Sergey (26 tahun). Etos kerja dan keuletan keduanya sangat menginspirasi banyak orang. Mereka tidak pantang mundur ketika penawaran mereka untuk mendirikan perusahaan ditolak sana-sini, habis-habisan tidak diakui. Larry dan Sergey pun tetap bertekad mendirikan perusahaan sendiri. Bermodal tekad dan uang pijaman, mereka cuti kuliah demi mewujudkan cita-cita tersebut. Orang tua mereka kecewa, pupus sudah harapan menyaksikan anaknya menyandang gelar Ph.D. (hal. 14).
Namun kerja keras tersebut memang membuahkan hasil yang menggemparkan, hingga kemudian Google inc. go public dan mencatatkan hasil yang luar biasa. Penjualan saham ke publik (Initial Public Offering -IPO) mereka pertama kali di tahun 2004 menghasilkan USD1,67 miliar, dan USD 1,2 miliar masuk kantong Google. Menjadikan Google perusahaan muda dengan nilai capital USD 23 miliar. Di atas kertas, banyak karyawan Google jadi kaya mendadak. (hal. 24).
Hal yang menarik di buku ini adalah tidak cuma keberhasilan Google yang di bahas, namun juga adanya godaan kemewahan yang tidak sepenuhnya berhasil dilalui Larry dan Sergey ketika membeli pesawat Boeing 767-200 sebagai jet pribadi keduanya (hal. 28), atau juga berbagai gugatan hukum yang dialami Google sebagai sebuah perusahaan besar. Sehingga ketika kita hendak belajar dari kesuksesan Google, kita akan dihadapkan pada kisah budaya kerja Google yang memadukan kebiasaan bersenang dengan sistem kerja keras seimbang, termasuk juga ekspansi bisnis Google, produk dan layanan Google, tentang teknologi iklan Google, dan juga kasus hukum yang dihadapinya.
Contoh menarik tentang budaya kerja Google adalah adanya Innovation Time Off. Di dalam program ini para insinyur dipersilakan memakai 20% jam kerjanya untuk meninggalkan pekerjaan rutin, dan menggarap proyek-proyek yang mereka sukai. Program ini ternyata menghasilkan bibit-bibit ide yang kemudian menjelma jadi layanan baru. Sejumlah layanan seperti Gmail, Google News, Orkut, dan AdSense berawal dari program ini.
Membaca buku ini secara ringkas pada akhirnya tak hanya memberikan inspirasi dan pengetahuan tentang perusahaan Google, namun juga pada bab terakhir dijabarkan oleh penulis bagaimana menggali Google lebih jauh. Artinya memberikan petunjuk praktis bagaimana mengoptimalkan pencarian melalui mesin raksana ini, termasuk dengan beberapa tips perintah khususnya.