Judul : Menjadi Skenografer
Penulis : Citra Smara Dewi dan Fabianus Hiapianto Koesoemadinata
Penerbit : Metagraf, Tiga Serangkai, Solo
Cetakan : Pertama
Tahun Terbit : September 2012
Jumlah Halaman : viii, 88 halaman
Peresensi : Purwanti
Istilah skenografer mungkin masih asing di telinga kita, tetapi jika anda pernah menonton sebuah acara teater mungkin tidak jarang anda akan berdecak kagum melihat tata panggung yang begitu artistik dan menawan. Tahukah anda siapa yang membuatnya? Ya,dialah Skenografer orang yang memiliki gagasan cemerlang di balik tampilan sepektakuler sebuah desain tata panggung.
Skenografer adalah sebutan untuk mereka yang mendesain panggung teater menjadi menarik untuk di lihat. Meskipun demikian sebenarnya karya mereka sudah banyak kita saksikan di mana-mana, contohnya ketika kita menonton di televisi acara Talk show (seperti Bukan Empat Mata, Kick Andy, Just Alvin, dan sebagainya), Konser musik, dan Fashion show, yang secara tidak langsung kita telah menikmati hasil karya dari para Skenografer. Skenografer atau desainer tata artistik panggung merupakan salah satu cabang ilmu seni yang mungkin belum banyak di kenal orang atau belum sepopuler desain grafis, desain interior, dan desain fashion. Suatu pertunjukan tanpa adanya tata letak panggung yang menarik di rasa kurang lengkap maka dari itu, di situlah peran seorang skenografer di butukkan.
Citra Smara Dewi dan Fabianus hiapianto Koesoemadinata penulis yang juga seorang praktisi di bidang skenografi ingin membagi ilmunya lewat buku ini, yang terdiri dari empat bab dan mengenalkan kepada masyarakat apa itu skenografer.
Pada bab satu membahas tentang sejarah skenografi. Sejarah profesi di bidang skenografi memang tak lepas dari perjalanan seni pertunjukan Indonesia, menurut Jacob Sumarjo perkembangan seni pertunjukan khususnya teater modern Indonesia di bagi menjadi lima periode, yaitu masa perintisan Teater Modern 1885 – 1925, masa kebangkitan Teater Modern 1925 – 1941, masa Perkembangan Teater Modern 1942 – 1970, masa Teater Muktahir 1970-an – 1980-an, dan Teater Kotemporer (Teater Masa Kini)- 1980-an hingga sekarang (hal.11).
Pada saat ini telah lahir jenis pertunjukan teater yang lebih menekankan pada konsep drama dan musik atau yang di sebut juga dengan drama musikal. Contohnya saja Laskar Pelangi yang sangat fenomenal yang di sutradarai Riri Riza dan Mira Lesmana serta skenografer Jay Subiakto, yang telah menyedot banyak perhatian masyarakat.
Lalu pada bab dua tentang unsur-unsur skenografi. Unsur utama di dalam skenografi adalah sebuah panggung.Tetapi tidak hanya panggung yang menjadi unsur utama seorang skenografer,tetapi adanya orang-orang yang tergabung di dalam tim kreatif skenografi seperti sutradara, penulis naskah, set, penata gerak, penata cahaya, penata rias, dll.
Sebuah karya skenografi yang baik dan berhasi tentunya tercipta melalui proses kreativitas dan kerja sama tim yang solid (hal 41).
Sedangkan pada bab tiga penulis menerangkan peluang karier sebagai skenografer dan langkah untuk berkarier menjadi skenografer. Berkarier sebagai skenografi merupakan peluang karir yang cukup menjanjikan, karena sejalan dengan meningkatnya gaya hidup masyarakat kota besar yang membutuhkan hiburan alternatif yang bersifat live dan prestige. Langkah-langkah untuk berkarier di dunia skenografi dapat di mulai dari bangku pendidikan sekolah umum atau sekolah menengah kejuruan (SMK) yang sudah membuka permintaan khusus dalam tata panggung. Jika ingin melanjutkan ke tahap yang lebih serius maka setelah lulus SMA/SMK dapat melanjutkan ke perguruan tinggi seni yang menyediakan fakultas khusus kesenian, seperti seni pertunjukan, seni film, atau seni rupa salah satunya yaitu Institut Kesenian Jakarta (IKJ).
Penulis juga menjabarkan beberapa profil sukses seorang skenografer yang ada di bab empat, di antara yaitu: a) Syaeful Anwar yang melalui tangan kreatifnya telah lahir karya-karya skenografi yang artistik sekaligus original, dan merupakan salah satu pendiri teater koma. b) Onny Koes Harsono yang merupakan salah satu skenografer andal yang konsisten dalam profesinya dan selalu produktif dalam berkarya. c) Jay Subiakto yang mengawali karir sebagai fotografer yang belajar fotografi secara otodidak. Memasuki tahun 2010-an Jay sendiri mulai merambah ke dunia seni pertunjukan dengan mendesain karya skenografi. Karya skenografi Jay yang cukup fenomenal adalah drama musikal Laskar Pelangi yang dalam kurun waktu dua tahun sudah tiga kali di tampilkan, yaitu pada tahun 2010 di Taman Ismail Marjuki, kemudian pada tahun 2011, dan awal tahun 2012 di taman Impian Jaya Ancol.
Menurut saya buku ini cocok untuk kamu yang ingin berkarier di bidang skenografi dan mengenal lebih jauh apa itu skenografer, karena di jabarkan dengan jelas dan padat serta dengan bahasa yang ringan sehingga mudah untuk di pahami.