Judul : How To Become A Great Supervisor
Penulis : Andin Andiyasari & Ardiningtyas Pitaloka
Penerbit : Metagraf, Tiga Serangkai
Tahun Terbit : Oktober 2014
Jumlah Halaman : vi, 378 halaman
Peresensi : Purwanti
Penulis Andin Andiyasari dan Ardiningtiya Pitaloka membagi ilmunya lewat buku yang fokus membahas tentang supervisor. Supervisor atau sering kali disebut penyelia dalam bahasa Indonesia, dapat diartikan sebagai orang yang melakukan supervisi. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, Supervisi dapat diartikan sebagai pengawas utama, pengontrolan, atau penyeliaan. Dengan kata lain supervisor menjalankan aktivitas-aktivitas yang meliputi tugas mengawasi, mengendalikan,membawahi mengurus, atau mengelola tim.
Buku yang terdiri dari empat bab ini, membahas tuntas kompetensi yang perlu dibangun dan dikembangkan oleh seorang supervisor untuk menjadi hebat. Tugas seorang supervisor adalah menerjemahkan dan menyampaikan kebijakan tingkat perusahaan kepada para bawahan dan memastikan kebijakan dijalankan secara efektif dan efisien. Dengan demikian, untuk mampu menjalankan tugas-tugas tersebut, seorang supervisor perlu menguasai delapan kompetensi dasar berikut ini, yaitu planning & organizing, decisiveness, delegation, impact & influence, customer focus, effective communication, relationship building, danteamwork.
Buku ini tidak hanya berdasarkan opini penulisnya semata, tetapi juga didukung riset-riset yang mendukung opini tersebut. Kesemuanya ditulis secara ringkas dan dirangkum dalam 67 saran ahli untuk memasuki dunia kerja profesional.
Pada bab satu, penulis membahas tentang kompetensi. Kompetensi yang cukup ditonjolkan disini adalah planning & organizing. Kemampuan menyusun dan mengimplementasikan rencana. Ini merupakan salah satu kemampuan menajerial yang sangat penting bagi seorang pemimpin, karena ditahap supervisor, ia tidak lagi memimpin diri sendiri, tetapi juga timnya. Saat membut rencana, jangan lupa memikirkan langkah antisipatif bila rencana tersebut tidak berjalan sesuai yang di harapkan.Seorang supervisor juga diharapkan dapat mengambil keputusan yang tepat dan lebih berani untuk mengambil resiko yang ada. Kemampuan ini juga yang membedakan antara supervisor yang biasa-biasa saja dengan supervisor yang handal.
Hal ini juga didukung oleh hasil riset kepemimpinan otentik (authentic leadership) oleh Lloyd-Walker dan Walker (2011) yang mengungkapkan bahwa saat pemimpin menyadari bahwa dirinya adalah bagian dari tim, dapat bersikap transparan, adil, tidak bias, serta menyadari kelemahan dan kelebihan yang dimilikinya, maka ia akan dipandang sebagai pemimpin yang dapat dipercaya dan dapat membawa tim mencapai tujuannya….(hal.50).
”I am a member of a team, and I rely on the team, I defer to it and sacrifice for it, because the team, not the individual, is the ultimate champion” ~Mia Hamm
Hal yang membedakan saat kita menjadi supervisor dan menjadi freshgraduate adalah tingkat paparan yang lebih tinggi. Karena tidak sekedar memimpin tim, tetapi juga bertemu lebih sering dengan pemimpin divisi atau departemen lain dan pengambil keputusan di perusahaan klien. Mengambil tindakan yang tepat di momen yang pas tentunya membutuhkan latihan dan jam terbang. Karenanya semakin supervisor mengenali dan mencintai pekerjaannya sepenuh hati pekerjaan, maka disaat kritis, ia akan lebih mampu mengambil tindakan. Demikian juga, semakin mampu supervisor mengembangkan nilai-nilai diri, semakin besar kemampuan mengambil tindakan yang tepat.
Lalu pada bab dua penulis membahas tentang improvement dan challenges. Sebagai supervisor atau atasan yang memimpin sebuah tim, supervisor dituntut untuk mengelola tim anda dengan baik. Atasan yang mampu mengelola waktu dengan baik, akan mendorong bawahan untuk juga menjadi lebih teratur dalam menyelesaikan tugas dan tidak membuang waktu untuk pekerjaan yang tidak perlu. Hal ini selanjutnya akan mempermudah tim menyelesaikan pekerjaan.
Kedua penulis juga menggaris bawahi pentingnya seorang supervisor mengenali karakteristik bawahan dan mampu menggunakan cara-cara efektif untuk mempengaruhi bawahanya, termasuk menjadi mentor. Supervisor yang unggul, senang berbagi pengetahuan, pengalaman, dan saran kepada timnya. Sebaliknya, ia juga tidak segan untuk meminta seniornya menjadi mentornya. Hal ini menunjukan keinginan serius untuk berkembang.
Menjadi pemimpin, terutama menjadi supervisor memang memerlukan banyak latihan untuk benar-benar mampu mengelola tim, tidak hanya secara kolektif, tetapi juga secara individual. Penulis buku menunjukkan hasil riset dari Gentry, dkk (2013) yang mengungkapkan enam tugas pemimpin di abad ini, yakni mengembangkan tugas manajerial secara efektif, menginspirasi orang lain (tim), mengembangkan anak buah, memimpin tim, mengawal perubahan, serta mengelola stakeholder internal dan politik internal (hal.225). Tentunya akan semakin berat beban seorang supervisor dengan tuntutan seperti ini. Namun, bukankah lebih baik mengetahui tuntutan ini untuk mempersiapkan diri, daripada langsung menceburkan diri? Inilah yang menjadi nilai tambah buku ini, membuka wawasan dan memberi insipirasi bagi seseorang untuk siap menjadi supervisor unggul.
Buku ini tidak hanya menambah wawasan, tetapi juga memberikan tips-tips atau metode untuk meningkatkan kualitas pribadi. Di bagian tiga, khusus dibahas teknik-teknik yang bisa diterapkan, mulai dari teknik mendengarkan efektif hingga mengelola tim dengan mindfulnesssehingga seorang supervisor dapat bekerja lebih efektif, efisien, dan produktif.
Di bagian terakhir atau bab empat terdapat cerita berbagi pengalaman dari tigabelas narasumber. Kisah narasumber ini menjadi pendukung dan fakta yang menunjukkan bahwa apa yang disarankan buku ini memang tetap. Kisah-kisah narasumber saat mereka menjalankan peran sebagai supervisor mengilhami pembaca untuk dapat memetik pengalaman mereka. Kisah-kisah para narasumber menambah daya tarik buku ini untuk dimiliki.
Memimpin memang sering dianggap pekerjaan ’enak’ karena dipandang hanya memberi perintah,namun pemimpin sejati menyadari makna tugas dan tanggung jawab dibalik peran ‘enak’ tersebut. Buku ini patut dimiliki oleh mereka yang ingin mempersiapkan diri untuk menjalankan peran supervisor. Sebagai buku ‘how to’, buku ini telah memenuhi standar. Satu kelemahan buku ini adalah penjelasan-penjelasannya yang terlalu ringkas, sehingga pembaca perlu mengeksplorasi diri sendiri untuk menangkap intinya. Mungkin memang demikian yang diinginkan oleh penulis buku ini sehingga pembaca dapat menginternalisasikan dalam diri mereka sendiri.
”Supervisor yang sukses bukan saja berhasil mencapai hasil kerja tinggi, tetapi juga mampu mengembangkan pola kerja tim yang produktif dan mengkader stafnya sehingga dapat menjadi penggantinya kelak”