Saturday, April 20, 2024
HomePerspectiveKonsultasiBagaimana cara memandang nasihat orangtua?

Bagaimana cara memandang nasihat orangtua?

Saya mahasiswa semester 1 jurusan Teknik Industri. Saya dulu berfikir bahwa dengan saya di teknik industri saya bisa jadi pengusaha. Di Teknik Industri saya mempelajari fisika, kimia, dll padahal saya tidak menyukainya. Lalu saya berfikir untuk mencoba ikut tes masuk jurusan manajemen tahun depan. Orangtua tidak meridhoinya, kata Beliau, Manajemen itu jurusan yang gampang, banyak pengangguran (katanya), dan sepertinya beliau terpengaruh omongan orang tentang manajemen. Apa kata orang, teman-teman katanya, dari Teknik Industri pindah ke Manajemen. Beliau menyarankan untuk tetap di Teknik. Tetapi saya termotivasi jadi dosen Manajemen SDM dan pengusaha. Saya suka membaca buku tentang pengembangan diri, hubungan dengan orang lain dan buku-buku motivasi bisnis. Ketika orang tua tidak meridhoi saya untuk pindah ke manajemen karena alasan “apa kata orang” dan “jangan ngimpi yang tinggi-tinggi” , apakah saya harus memandangnya sebagai sebuah saran yang harus ditaati atau menjadi motivasi bahwa saya bisa membuktikkan kalau nasihat mereka tidak sepenuhnya benar? Bagaimana cara membuktikannya kalau sampai saat ini mereka tidak meridhoi saya untuk pindah jurusan Manajemen? Mohon sarannya, terimakasih 🙂

 

Rafiq

Dear Rafiq,

Sangat membanggakan membaca keinginan Anda dan kemampuan analisis sejak dini di bangku kuliah. Semakin dini seorang individu mengetahui keinginan dalam berkarir, semakin terbuka kesempatan untuk mewujudkannya, meski sama sekali tidak berarti semua akan lancar.

Sayangnya, dalam realitas masyarakat memang pandangan orangtua Anda masih menjadi suara mayoritas. Pandangan ini pula yang tanpa disadari menyebabkan sebagian mahasiswa menjalani proses kuliah tanpa semangat, bahkan beberapa di antaranya membiarkan nilai berantakan. Bagaimana solusinya? Ada dua pilihan mendasar yang semuanya membutuhkan kerja keras;

Pilihan pertama: melanjutkan studi secepat mungkin dengan nilai setinggi mungkin. Pilihan ini terdengar absurd, namun tidak sedikit yang melakukannya. Terdengar seperti bunuh diri, tetapi tidak, karena dengan menjalani proses belajar secara serius dan menghasilkan nilai-nilai bagus, maka Anda mengasah diri secara optimal, baik kognitif (terwakili dalam prestasi akademis), emosi, dan adaptasi (berkompromi dengan keinginan orangtua).

Dalam perjalanannya, Anda dapat terus mewujudkan cita-cita untuk menjadi pengusaha dengan aktif dalam komunitas yang memiliki minat sama, juga mengikuti kompetisi wirausaha yang mulai marak diselenggarakan oleh perbankan. Akan tetapi, di sini, cita-cita menjadi dosen Manajemen SDM memang kemungkinan tertunda sementara waktu, karena untuk menjadi dosen diperlukan pendidikan dasar sesuai disiplin.

Anda dapat membuat semacam komitmen dengan orangtua bahwa Anda akan mewujudkan keinginan seusai kuliah, seperti jika memiliki kesempatan untuk melanjutkan studi, Anda akan memilih jurusan manajemen/bisnis.

Pilihan ke dua: pindah ke jurusan yang Anda minat yakni Manajemen. Anda perlu strategi untuk meningkatkan posisi negosiasi di sini. Saran kami, berdiskusilah secara terbuka dengan Pembimbing Akademik di kampus, atau dosen lain yang Anda merasa nyaman (cocok). Jika memungkinkan, mintalah bantuannya untuk memperkuat niat Anda pindah jurusan. Pandangan ini penting untuk meyakinkan orangtua, jika memungkinkan, ikutilah assessment minat dan kepribadian (psikologi) yang biasanya disediakan di Fakultas Psikologi. Anda juga dapat berdiskusi di Career Center yang ada di kampus (jika ada).

Kemudian, jika memungkinkan, ajaklah orangtua untuk berdiskusi dengan dosen/pembimbing akademik/career center. Ingatlah untuk berdiskusi, bukan memaksakan pandangan ke orangtua menggunakan orang lain,usahakan untuk menganalisa dan membuat keputusan bersama. Jika orangtua tinggal di kota lain, Anda dapat menggunakan media lain seperti telepon atau surat rekomendasi/keterangan/sejenisnya.

Kami lebih menyarankan Anda untuk bekerjasama dengan dosen dan mengikuti asessment psikologi, karena kemungkinan besar ia pun telah mengamati perkembangan akademis di kelas, sehingga dapat memberikan pandangan yang konkret pada orangtua, ditambah hasil psikotest yang dapat menguatkan.

Dalam beberapa situasi, terkadang orangtua merasa keberatan dengan pilihan/keinginan anak, karena khawatir hanya keinginan sesaat. Kekhawatiran ini dapat kuat jika sang anak memiliki kecenderungan seperti ini, misal, minta mengikuti kursus/ekstrakurikuler tertentu namun kemudian ditinggal dan sering berulang. Kekhawatiran ini menjadi relevan demi kebaikan sang anak sendiri. Tetapi, menyimak cerita Anda, kami berharap tidak menemukan kecenderungan ini.

Dukungan lain adalah ‘track record’ Anda sendiri. Ingatlah bagaimana pola kerja Anda selama ini? Pola kerja di sini artinya cara belajar, interaksi sosial dengan teman di sekolah, guru atau komunitas lain. Adakah aktivitas yang mengarah ke sana? Bagaimana pandangan teman dekat atau teman yang pernah bekerjasama dalam tugas kelompok? Dengarkanlah secara aktif, agar Anda mendapatkan pandangan lebih objektif dan kaya.

Semoga penjelasan ini dapat membantu, terima kasih.

Salam,

Tim Konsultankarir.com

RELATED ARTICLES

1 COMMENT

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular

Recent Comments

konsultankarir on Pilihan, Memilih or Stuck
konsultankarir on Bingung S2
konsultankarir on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
konsultankarir on Memilih Jurusan S2 yang Tepat
konsultankarir on Gagal tes psikotest
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
konsultankarir on Sulit mendapatkan pekerjaan
konsultankarir on Wawancara dan Psikotest
konsultankarir on Kuis:Career Engager
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Selalu Gagal dalam Interview
konsultankarir on Interview Magic
konsultankarir on Pindah Tempat Kerja
konsultankarir on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
konsultankarir on Psikotes Menggambar
konsultankarir on Memilih Jurusan S2 yang Tepat
konsultankarir on Memilih Jurusan S2 yang Tepat
konsultankarir on Bingung S2
konsultankarir on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
Angelina Tria Puspita Rini on Memilih Jurusan S2?!
Lisa on Bingung S2
Fiviiya on Psikotes Menggambar
Wendi Dinapis on Memilih Jurusan S2?!
hasenzah on Memilih Jurusan S2?!
yulida hikmah harahap on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
Galuh Rekyan Andini on Memilih Jurusan S2?!
burhanuddin on Memilih Jurusan S2?!
Dian Camellyna on Kuis:Career Engager
ABDUL RAHMAN on Wawancara dan Psikotest
Melva Ronauli Pasaribu on S1 Teknik Informatika S2 Bagusnya Apa?
Faradillah Rachmadani M.Nur on Memilih Jurusan S2?!
Taufik Halim on Memulai Bisnis Fotografi
Edo on Bingung S2
konsultankarir on Profesi yang sesuai
konsultankarir on Bingung S2
yaya on Bingung S2
konsultankarir on Memilih karir
dewi on Pindah kerja
konsultankarir on Memilih Jurusan S2 yang Tepat
dewi on Pindah kerja
Tyas on ILKOM atau MTI
hary on ILKOM atau MTI
Kiki Widia Martha on Buku ‘My Passion, My Career’
jalil abdul aziz on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
Nono Suharnowo on Bagaimana agar produktif?
syukri on Jujur atau tidak?
Nida shofiya on Bingung pilih fakultas
abdul madjid on Gagal tes psikotest
abdul madjid on Gagal tes psikotest
Aris on Tujuan karir
NURANI on Tujuan karir
dede on Tujuan karir
Rika on Tujuan karir
Djoko triyono on Sulit mendapat pekerjaan
marco on E-mailku unik!
Efik on Memilih karir
noer hasanah on Berminat ke NGO Asing
ilah susilawati on Status dan jenjang karir
yusi bayu dwihayati on Berpindah Karir di Usia 32
dino eko supriyanto on Menyiapkan Business Plan
Gunawan Ardiyanto on 10 Biang Bangkrut UKM
Nahdu on Table Manner
krisnadi on 10 Biang Bangkrut UKM
rani on Table Manner
yuda_dhe on Table Manner
Putrawangsa on Memilih Jurusan S2?!
aira on Time Management
Emi Sugiarti on Sudahkah Anda Peduli?
fitria on Table Manner
Ardiningtiyas on Menuju 'Incompetency Level'
Sri Ratna Hadi on Dari Penjahit ke Penulis
monang halomoan on Program SDM tahunan
merlyn on Ayo, Kreatif!
Silvester Balubun on Table Manner
Avatara on Istimewanya Rasberi
vaniawinona on Table Manner
defianus on Tips Negoasiasi Gaji
Dewi Sulistiono on Meniti Sebatang Bambu
Rena on Tersadar…
Dendi on Ayo, Kreatif!
Denni on Menemukan Mentor