Thursday, March 28, 2024
HomeArtikelExperiencedJujur atau tidak?

Jujur atau tidak?

Dear Konsultan karir,

Baru-baru ini atasan saya tidak memperpanjang kontrak kerja saya, saya sangat kecewa tetapi saya harus menerima kenyataan ini. Setelah itu saya melamar pekerjaan dan sudah beberapa kali menjalani psikotest dan interview. Satu hal yg paling membuat saya kesal, ketika HRD/interviewer menanyakan kontrak kerja anda tidak diperpanjang atau Anda memang mau keluar? Di satu sisi saya ingin jujur tapi di sisi lain saya gengsi menyatakan bahwa kontrak saya tidak diperpanjang. Pada akhirnya saya bilang bahwa memang jauh-jauh hari saya ingin menyudahi kontrak kerja saya. Yang ingin saya tanyakan apakah efeknya bila saya mengatakan bahwa kontrak kerja saya tidak diperpanjang dan bagaimana caranya agar saya bisa menyatakan hal yang jujur kepada HRD/interviewer?

Thanks & Regards

Devi

Dear Devi,

Kekesalan Anda bisa dipahami, namun terlepas dari memberikan penjelasan atau jawaban ke HRD/interviewer, Anda perlu memahami mengapa atasan/perusahaan sebelumnya tidak memperpanjang kontrak. Ada beragam alasan, di antaranya peraturan/ kebijakan yang terkait dengan kebutuhan tenaga kerja, misalnya personil front liner yang harus berganti tiap dua tahun sekali untuk menjaga suasana pelayanan. Peraturan semacam ini pun berlaku di beberapa posisi atau pola kerja seperti alih daya/ outsourcing. Selain penjelasan objektif ini, perluas dengan analisa mandiri tentang kinerja selama ini, seperti kurangnya pemenuhan target kerja atau hal lain dalam operasional sehari-hari.

Mengapa Anda memerlukan pemahaman ini? Karena semakin kita menyangkal, semakin sulit kita menerima dan memahami, sehingga semakin sulit pula langkah ke depan. Kesulitan yang akan dihadapi, tidak selalu berbentuk konkret seperti sulitnya menjelaskan pertanyaan pewawancara/atasan/rekan di tempat kerja baru, melainkan perasaan tidak nyaman pada diri sendiri. Surat Anda menunjukkan kekesalan tidak hanya pada atasan namun juga pada diri sendiri, kekesalan yang belum terurai mengapanya. Cobalah mulai secara positif dan temukan jawabannya.

Dalam interview, pertanyaan dan penjelasan isu ini penting, karena interviewer perlu mengetahui bagaimana seseorang menyikapi hal yang kurang/tidak menyenangkan, baik kesalahan/kegagalan diri sendiri, maupun yang disebabkan karena situasi (misal pengurangan tenaga kerja karena krisis) dsb. Bukankah ke depannya, hal-hal kurang menyenangkan akan mungkin terjadi lagi, termasuk di perusahaan yang baru. Inilah pentingnya pewawancara mendapatkan gambaran tentang cara Anda menyikapi hal buruk. Anda tidak perlu berpura-pura untuk tidak kesal, namun ceritakanlah secara analitis dan dengan sikap yang positif, termasuk jika Anda membuat kesalahan/ kurang optimal di perusahaan sebelumnya.

Konsekuensi/resiko tidak mengatakan yang sebenarnya, di antaranya adalah sikap tidak nyaman-yang akan mudah dikenali/terungkap oleh interviewer berpengalaman. Mohon diingat pula, bahwa tiap industri tidak berdiri sendiri atau memiliki jejaring kerja. Ada kemungkinan pula HRD melakukan periksa silang ke perusahaan terdahulu, termasuk untuk mendapatkan gambaran tentang diri dan kinerja Anda dari atasan sebelumnya. Untuk itu, bangunlah integritas sejak dini, untuk modal karir ke depan.

Kami percaya Anda ingin membangun integritas diri sejak awal, jika tidak, Anda tidak akan resah dengan isu ini 🙂 Semoga bermanfaat, terima kasih.

Salam,

Tim Konsultankarir.com

Tyas
Tyas
Career Coach & HR Consultant - "Mind is Magic"
RELATED ARTICLES

2 COMMENTS

  1. Mohon maaf sebelumnya, kalo saya yang jadi penanya saya tidak puas dengan jawaban yang diuraikan di atas, karena di sini goal point-nya penanya bertanya jawaban apa yang paling tepat dan membawa hasil yang positif dari interview tersebut, bagaimanapun juga pertanyaan interviewer mengenai kontrak yangg tidak diperpanjang akan menjadi buah simalakama, jujur salah bohong malah tambah salah, di sisi lain perusahaan pasti tidak akan menggunakan calon karyawan yang punya track record kurang bagus di tempat kerja sebelumnya jadi alangkah lebih baik jika langsung diberikan pola jawaban yang paling benar terhadap pertanyaan dari interview tersebut, terima kasih

  2. Dear Sdr.Syukri,

    Tentu Anda bisa memiliki pandangan yang berbeda, namun kami menyarankan kejujuran. Yang kemudian menjadi perhatian perusahaan/pewawancara adalah apakah kandidat mampu mengambil pelajaran dari pengalaman tersebut. Kandidat yang mampu menerima pengalaman kurang menyenangkan cenderung mampu bercerita secara terbuka, menganalisis secara jelas terkait rencana karir ke depan, termasuk ‘menertawakan’ diri sendiri.

    Beberapa pewawancara justru menggunakan teknik interview high point dan low point. High point bermaksud menggali pengalaman kesuksesan kandidat, sementara low point sebaliknya. Penekanannya di sini adalah bagaimana kandidat menjalani prosesnya dan sesudahnya. Memang tidak semua kandidat mampu mengapresiasi diri sendiri dengan alih alih menjawab “Ah…biasa saja Bu/Pak” atau “Semua target terpenuhi, lancar-lancar saja”. Untuk itu, tidak jarang pewawancara mengubah pertanyaan dengan meminta kandidat membuat rangking kesuksesan dari 1-10, kemudian meminta kandidat untuk menceritakan kesuksesan rangking satu dan rangking sepuluh.

    Silahkan Anda mempertimbangkan kembali konsekuensi jangka panjang untuk karir dan diri sendiri, terima kasih atas komentarnya 🙂

    Salam,
    Tim Konsultankarir.com

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular

Recent Comments

konsultankarir on Pilihan, Memilih or Stuck
konsultankarir on Bingung S2
konsultankarir on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
konsultankarir on Memilih Jurusan S2 yang Tepat
konsultankarir on Gagal tes psikotest
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
konsultankarir on Sulit mendapatkan pekerjaan
konsultankarir on Wawancara dan Psikotest
konsultankarir on Kuis:Career Engager
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Selalu Gagal dalam Interview
konsultankarir on Interview Magic
konsultankarir on Pindah Tempat Kerja
konsultankarir on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
konsultankarir on Psikotes Menggambar
konsultankarir on Memilih Jurusan S2 yang Tepat
konsultankarir on Memilih Jurusan S2 yang Tepat
konsultankarir on Bingung S2
konsultankarir on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
Angelina Tria Puspita Rini on Memilih Jurusan S2?!
Lisa on Bingung S2
Fiviiya on Psikotes Menggambar
Wendi Dinapis on Memilih Jurusan S2?!
hasenzah on Memilih Jurusan S2?!
yulida hikmah harahap on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
Galuh Rekyan Andini on Memilih Jurusan S2?!
burhanuddin on Memilih Jurusan S2?!
Dian Camellyna on Kuis:Career Engager
ABDUL RAHMAN on Wawancara dan Psikotest
Melva Ronauli Pasaribu on S1 Teknik Informatika S2 Bagusnya Apa?
Faradillah Rachmadani M.Nur on Memilih Jurusan S2?!
Taufik Halim on Memulai Bisnis Fotografi
Edo on Bingung S2
konsultankarir on Profesi yang sesuai
konsultankarir on Bingung S2
yaya on Bingung S2
konsultankarir on Memilih karir
dewi on Pindah kerja
konsultankarir on Memilih Jurusan S2 yang Tepat
dewi on Pindah kerja
Tyas on ILKOM atau MTI
hary on ILKOM atau MTI
Kiki Widia Martha on Buku ‘My Passion, My Career’
jalil abdul aziz on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
Nono Suharnowo on Bagaimana agar produktif?
syukri on Jujur atau tidak?
Nida shofiya on Bingung pilih fakultas
abdul madjid on Gagal tes psikotest
abdul madjid on Gagal tes psikotest
Aris on Tujuan karir
NURANI on Tujuan karir
dede on Tujuan karir
Rika on Tujuan karir
Djoko triyono on Sulit mendapat pekerjaan
marco on E-mailku unik!
Efik on Memilih karir
noer hasanah on Berminat ke NGO Asing
ilah susilawati on Status dan jenjang karir
yusi bayu dwihayati on Berpindah Karir di Usia 32
dino eko supriyanto on Menyiapkan Business Plan
Gunawan Ardiyanto on 10 Biang Bangkrut UKM
Nahdu on Table Manner
krisnadi on 10 Biang Bangkrut UKM
rani on Table Manner
yuda_dhe on Table Manner
Putrawangsa on Memilih Jurusan S2?!
aira on Time Management
Emi Sugiarti on Sudahkah Anda Peduli?
fitria on Table Manner
Ardiningtiyas on Menuju 'Incompetency Level'
Sri Ratna Hadi on Dari Penjahit ke Penulis
monang halomoan on Program SDM tahunan
merlyn on Ayo, Kreatif!
Silvester Balubun on Table Manner
Avatara on Istimewanya Rasberi
vaniawinona on Table Manner
defianus on Tips Negoasiasi Gaji
Dewi Sulistiono on Meniti Sebatang Bambu
Rena on Tersadar…
Dendi on Ayo, Kreatif!
Denni on Menemukan Mentor