Friday, April 26, 2024
HomeArtikelExperiencedBerpindah pindah tempat kerja

Berpindah pindah tempat kerja

Apakah setiap perilaku berpindah pindah tempat kerja selalu dianggap buruk oleh kebanyakan HR (personalia)?. Meskipun setiap orang memiliki alasan yang berbeda beda. Padahal pada kenyataannya tidak semua dikarenakan sikap atau mental yang buruk, banyak juga dikarenakan tuntutan gaji atau kebutuhan. sehingga memaksa seorang karyawan untuk mencari dan mencari lagi pekerjaan yang bisa memberikan gaji lebih besar atau keuntungan lain seperti lokasi yang dekat dan mungkin karena system management yang lebih baik untuk menunjang kenaikan karir di perusahaan tersebut. Bagaimana sebaiknya, apakah kita harus men-sort pengalaman kita sehingga tidak terlalu terlihat sering pindah pindah?atau apa adanya saja?

Dear Nagata,

Pindah kerja akan dipandang buruk, bila dilakukan beberapa kali dalam waktu yang berdekatan atau dilakukan berulang kali secara berturut-turut padahal usia sudah kepala tiga, misalkan Anda sudah berusia 30 lebih, dan setiap tahun selama tiga tahun berturut-turut pindah kerja, tentunya ini juga menjadi perhatian HR. Biasanya di usia 30an, seseorang sudah memiliki gambaran karir yang jelas, sudah tahu arah karirnya mau kemana, dan sudah memikirkan bagaimana ia mengembangkan dan meningkatkan profesionalitasnya untuk menjalani karir yang telah dipilihnya, sehingga jika masih berpindah-pindah, akan memunculkan pertanyaan.

Masa kerja minimal yang dipandang realistis sebelum pindah kerja adalah tiga atau empat tahun untuk orang yang sudah memiliki pengalaman kerja dan sudah berusia lebih 30 tahun. Untuk fresh graduate minimal satu atau dua tahun masa kerja dianggap wajar bila kemudian ingin berpindah kerja.

Asumsinya dalam rentang waktu tersebut, Anda sudah dipandang mengerti pekerjaan yang Anda tangani, memahami lingkungan kerja Anda, dan juga telah berupaya beradaptasi dengan situasi dan kondisi lingkungan kerja yang ada. Disamping juga, Anda telah dipandang memiliki pengalaman kerja yang memadai, dan wajar bila kemudian berpikir untuk mempertimbangkan pengembangan karir Anda selanjutnya dengan pindah kerja.

Nah jika misalnya seseorang pindah kerja sebanyak tiga kali dalam setahun, ini tentunya akan menjadi bahan pertanyaan HR. Mengapa belum setahun sudah pindah-pindah kerja? Logikanya HR akan berpikir orang tersebut pribadi yang sulit beradaptasi, oportunis, atau bukan orang yang loyal. Kecuali bisa memberikan alasan yang realistis dan logis, misalnya kepindahan lokasi tempat tinggal, maka pindah kerja Anda mungkin dapat dimengerti.

Bagaimana sebaiknya? Menurut saya, sebaiknya Anda jujur dengan pengalaman kerja Anda, apalagi jika Anda yakin hal tersebut bukan karena sikap atau mental kerja yang buruk. Jika Anda sudah berpengalaman, dan penawaran tersebut yang datang pada Anda bukan Anda yang mencari, Anda bisa mengatakan hal tersebut, sehingga HR bisa memahami pentingnya kualifikasi yang Anda miliki. Apalagi jika di CV Anda menunjukkan track record dan catatan pencapaian dan prestasi yang bisa membuktikan hal tersebut. Jika tidak, temukan alasan yang logis, dan usahakan agar pewawancara lebih melihat kompetensi dan kualifikasi Anda, apa yang jadi kekuatan Anda sehingga pewawancara tidak terlalu terfokus dengan seringnya Anda berpindah kerja.

Jika Anda fresh graduate, akui dengan terus terang apa yang menyebabkan hal tersebut, tapi juga tunjukkan bukti-bukti atau alasan yang meyakinkan sehingga alasan Anda keluar memang masuk akal, jangan menjelek-jelekan perusahaan tempat Anda kerja sebelumnya, tunjukkan bahwa Anda orang yang bertanggung jawab dengan keputusan Anda dan Anda memilih keluar karena alasan yang logis. Usahakan juga untuk membuat pewawancara lebih fokus pada kekuatan-kekuatan Anda dan pastikan juga pewawancara melihat potensi Anda. Saya percaya, pewawancara yang handal dapat melihat apakah seorang pencari kerja hanya seorang kutu loncat yang tidak memiliki potensi atau memang pencari kerja yang memang potensial, namun belum menemukan tempat untuk mengaplikasikan potensinya.

Men-sort pengalaman kerja tertentu bisa jadi malah berdampak buruk, karena pewawancara yang teliti dapat melihat adanya ketidak-sinkron-an dari rekapan masa kerja Anda. Dan hal ini juga akan menyulitkan Anda sendiri, misalkan perusahaan tempat Anda melamar kerja ternyata melakukan cek referensi (misal, mengecek ke Google, yang kadang bisa memberikan jawaban lebih akurat atas reputasi Anda) atau jika suatu saat ternyata terungkap Anda pernah bekerja di suatu perusahaan, namun Anda tidak menyebutkannya, hal ini tentunya mungkin menimbulkan pertanyaan tersendiri dan dapat mengakibatkan permasalahan yang tidak perlu.

Demikian Nagata, semoga bermanfaat.

Salam,

Tim konsultankarir.com

Previous article
Next article
RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular

Recent Comments

konsultankarir on Pilihan, Memilih or Stuck
konsultankarir on Bingung S2
konsultankarir on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
konsultankarir on Memilih Jurusan S2 yang Tepat
konsultankarir on Gagal tes psikotest
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
konsultankarir on Sulit mendapatkan pekerjaan
konsultankarir on Wawancara dan Psikotest
konsultankarir on Kuis:Career Engager
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Selalu Gagal dalam Interview
konsultankarir on Interview Magic
konsultankarir on Pindah Tempat Kerja
konsultankarir on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
konsultankarir on Psikotes Menggambar
konsultankarir on Memilih Jurusan S2 yang Tepat
konsultankarir on Memilih Jurusan S2 yang Tepat
konsultankarir on Bingung S2
konsultankarir on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
Angelina Tria Puspita Rini on Memilih Jurusan S2?!
Lisa on Bingung S2
Fiviiya on Psikotes Menggambar
Wendi Dinapis on Memilih Jurusan S2?!
hasenzah on Memilih Jurusan S2?!
yulida hikmah harahap on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
Galuh Rekyan Andini on Memilih Jurusan S2?!
burhanuddin on Memilih Jurusan S2?!
Dian Camellyna on Kuis:Career Engager
ABDUL RAHMAN on Wawancara dan Psikotest
Melva Ronauli Pasaribu on S1 Teknik Informatika S2 Bagusnya Apa?
Faradillah Rachmadani M.Nur on Memilih Jurusan S2?!
Taufik Halim on Memulai Bisnis Fotografi
Edo on Bingung S2
konsultankarir on Profesi yang sesuai
konsultankarir on Bingung S2
yaya on Bingung S2
konsultankarir on Memilih karir
dewi on Pindah kerja
konsultankarir on Memilih Jurusan S2 yang Tepat
dewi on Pindah kerja
Tyas on ILKOM atau MTI
hary on ILKOM atau MTI
Kiki Widia Martha on Buku ‘My Passion, My Career’
jalil abdul aziz on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
Nono Suharnowo on Bagaimana agar produktif?
syukri on Jujur atau tidak?
Nida shofiya on Bingung pilih fakultas
abdul madjid on Gagal tes psikotest
abdul madjid on Gagal tes psikotest
Aris on Tujuan karir
NURANI on Tujuan karir
dede on Tujuan karir
Rika on Tujuan karir
Djoko triyono on Sulit mendapat pekerjaan
marco on E-mailku unik!
Efik on Memilih karir
noer hasanah on Berminat ke NGO Asing
ilah susilawati on Status dan jenjang karir
yusi bayu dwihayati on Berpindah Karir di Usia 32
dino eko supriyanto on Menyiapkan Business Plan
Gunawan Ardiyanto on 10 Biang Bangkrut UKM
Nahdu on Table Manner
krisnadi on 10 Biang Bangkrut UKM
rani on Table Manner
yuda_dhe on Table Manner
Putrawangsa on Memilih Jurusan S2?!
aira on Time Management
Emi Sugiarti on Sudahkah Anda Peduli?
fitria on Table Manner
Ardiningtiyas on Menuju 'Incompetency Level'
Sri Ratna Hadi on Dari Penjahit ke Penulis
monang halomoan on Program SDM tahunan
merlyn on Ayo, Kreatif!
Silvester Balubun on Table Manner
Avatara on Istimewanya Rasberi
vaniawinona on Table Manner
defianus on Tips Negoasiasi Gaji
Dewi Sulistiono on Meniti Sebatang Bambu
Rena on Tersadar…
Dendi on Ayo, Kreatif!
Denni on Menemukan Mentor