Wednesday, October 30, 2024
HomePerspectiveArtikelTujuh Tips untuk Tes Diskusi Kelompok

Tujuh Tips untuk Tes Diskusi Kelompok

Tahap ini bertujuan untuk menilai ketrampilan berinteraksi, berkomunikasi, seperti mengemukakan ide/pandangan pada orang lain juga inisiatif dan pola pikir. Akan tetapi, perlu diingat bahwa keputusan proses seleksi tidak ditentukan oleh satu tahap, melainkan kesimpulan dari seluruh proses. Dalam mengikuti tes diskusi kelompok, perhatikan beberapa faktor berikut:

Pertama: Peran. Apa peran Anda dalam diskusi tersebut: apakah sebagai satu tim X dengan peserta lain, mewakili perusahaan/lembaga sendiri atau mewakili divisi/departemen dalam satu perusahaan? Bersungguh-sungguhlah dalam peran tersebut. Jika berperan sebagai tim, perhatikan dinamika dan terlibatlah secara aktif dengan mendorong peserta lain (dalam hal ini rekan tim) untuk menghasilkan keputusan bersama. Begitu pula ketika mewakili perusahaan, utamakan kepentingan perusahaan, namun perhatikan pula masalah /faktor yang lebih penting seperti kemanusiaan. Carilah solusi yang bersifat win-win solution sebisa mungkin namun jangan takut mengambil sikap berbeda atau berdebat jika diperlukan. Lakukan secara asertif, bukan asal berbeda. Bersikaplah sportif ketika menerima koreksi pemahaman, atau umpan balik lainnya, termasuk terbuka memberikan dukungan pada pandangan peserta lain.

Proses assessment center biasanya menggunakan metode Leaderless Group Discussion (LDG), sehingga tidak terdapat moderator maupun pimpinan yang ditentukan oleh asesor. Perhatikan kebutuhan materi diskusi, jika diperlukan moderator atau pimpinan secara aklamasi, lakukanlah, jika tidak ada baiknya Anda mendorong diri untuk mengambil inisiatif peran ini. Metode ini memang dirancang untuk melihat inisiatif dan kemampuan peserta dalam memimpin dan mengarahkan orang lain atau situasi.

Ke dua: Tema Materi. Pelajari secara cermat materi yang diberikan dan kembangkan alternative solusi untuk didiskusikan dalam sesi itu. Perhatikan instruksi atau kebutuhan yang tertuang secara eksplisit atau implicit dalam materi.

Ke tiga: Fasilitas. Biasanya akan tersedia alat bantu seperti kertas dan alat tulis, serta papan tulis. Manfaatkanlah semaksimal mungkin, termasuk papan tulis dan spidol dalam ruangan diskusi. Beberapa materi memerlukan pemaparan di papan tulis agar semua peserta dapat mengkaji lebih jelas. Sayangnya hal ini jarang dimanfaatkan oleh peserta.

Ke empat: Persiapan Pendapat. Buatlah catatan kecil berupa ringkasan materi (bukan seperti menjawab soal esai, cukup poin untuk membantu proses diskusi, karena proses ini juga direkam). Biasanya materi diskusi menyajikan masalah untuk dipecahkan bersama. Untuk itu, tulislah poin masalah utama, kondisi dan peluang atau gunakan teknik SWOT (strength, weakness, opportunity dan threat). Tuliskan pula secara ringkas solusi utama dan alternatifnya dalam jangka pendek-menengah dan benefit lebih panjang guna perusahaan/lembaga/tim.

Ke lima: Asertif. Sampaikan pandangan secara jelas dan konkret sesuai kebutuhan (pada awal diskusi, biasanya masih sesi saling mendengarkan tiap pandangan peserta). Perhatikan pula alokasi waktu dan aktiflah untuk mengingatkan tim tentang hal ini.

Ke enam: Mendengarkan Aktif. Dengarkanlah pendapat lawan bicara dan catatlah jika ada pertanyaan yang melintas di pikiran saat itu sehingga tidak memotong penjelasan. Cara lain, mulailah dengan memberikan umpan balik yang bersifat klarifikasi (mengulang ide lawan bicara dengan kalimat sendiri), misal, ‘Jadi, maksud Anda adalah …’ Kalimat / umpan balik sederhana ini dapat membantu otak kita untuk menyusun kalimat selanjutnya.

Ke tujuh: Kesimpulan. Ambillah inisiatif untuk menarik kesimpulan diskusi dalam poin-poin singkat sekaligus untuk memastikan kesepakatan tim. Dorong peserta lain untuk mencermati kesimpulan yang Anda kemukakan.

Selamat berdiskusi 🙂

Gambar: saris.kcn.unima.mw

Tyas
Tyas
Career Coach & HR Consultant - "Mind is Magic"
RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular

Recent Comments

konsultankarir on Pilihan, Memilih or Stuck
konsultankarir on Bingung S2
konsultankarir on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
konsultankarir on Memilih Jurusan S2 yang Tepat
konsultankarir on Gagal tes psikotest
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
konsultankarir on Sulit mendapatkan pekerjaan
konsultankarir on Wawancara dan Psikotest
konsultankarir on Kuis:Career Engager
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Selalu Gagal dalam Interview
konsultankarir on Interview Magic
konsultankarir on Pindah Tempat Kerja
konsultankarir on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
konsultankarir on Psikotes Menggambar
konsultankarir on Memilih Jurusan S2 yang Tepat
konsultankarir on Memilih Jurusan S2 yang Tepat
konsultankarir on Bingung S2
konsultankarir on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
Angelina Tria Puspita Rini on Memilih Jurusan S2?!
Lisa on Bingung S2
Fiviiya on Psikotes Menggambar
Wendi Dinapis on Memilih Jurusan S2?!
hasenzah on Memilih Jurusan S2?!
yulida hikmah harahap on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
Galuh Rekyan Andini on Memilih Jurusan S2?!
burhanuddin on Memilih Jurusan S2?!
Dian Camellyna on Kuis:Career Engager
ABDUL RAHMAN on Wawancara dan Psikotest
Melva Ronauli Pasaribu on S1 Teknik Informatika S2 Bagusnya Apa?
Faradillah Rachmadani M.Nur on Memilih Jurusan S2?!
Taufik Halim on Memulai Bisnis Fotografi
Edo on Bingung S2
konsultankarir on Profesi yang sesuai
konsultankarir on Bingung S2
yaya on Bingung S2
konsultankarir on Memilih karir
dewi on Pindah kerja
konsultankarir on Memilih Jurusan S2 yang Tepat
dewi on Pindah kerja
Tyas on ILKOM atau MTI
hary on ILKOM atau MTI
Kiki Widia Martha on Buku ‘My Passion, My Career’
jalil abdul aziz on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
Nono Suharnowo on Bagaimana agar produktif?
syukri on Jujur atau tidak?
Nida shofiya on Bingung pilih fakultas
abdul madjid on Gagal tes psikotest
abdul madjid on Gagal tes psikotest
Aris on Tujuan karir
NURANI on Tujuan karir
dede on Tujuan karir
Rika on Tujuan karir
Djoko triyono on Sulit mendapat pekerjaan
marco on E-mailku unik!
Efik on Memilih karir
noer hasanah on Berminat ke NGO Asing
ilah susilawati on Status dan jenjang karir
yusi bayu dwihayati on Berpindah Karir di Usia 32
dino eko supriyanto on Menyiapkan Business Plan
Gunawan Ardiyanto on 10 Biang Bangkrut UKM
Nahdu on Table Manner
krisnadi on 10 Biang Bangkrut UKM
rani on Table Manner
yuda_dhe on Table Manner
Putrawangsa on Memilih Jurusan S2?!
aira on Time Management
Emi Sugiarti on Sudahkah Anda Peduli?
fitria on Table Manner
Ardiningtiyas on Menuju 'Incompetency Level'
Sri Ratna Hadi on Dari Penjahit ke Penulis
monang halomoan on Program SDM tahunan
merlyn on Ayo, Kreatif!
Silvester Balubun on Table Manner
Avatara on Istimewanya Rasberi
vaniawinona on Table Manner
defianus on Tips Negoasiasi Gaji
Dewi Sulistiono on Meniti Sebatang Bambu
Rena on Tersadar…
Dendi on Ayo, Kreatif!
Denni on Menemukan Mentor