Menyambung postingan sebelumnya tentang Sikap Atasan yang paling tidak disukai bawahannya, Dadang Kadarusman juga menulis 5 sikap bawahan yang paling tidak disukai atasan.
Nah hindarilah sikap-sikap berikut ini bila Anda ingin karir Anda berkembang dalam perusahaan.
1. Hitung-hitungan. Benar bahwa segala sesuatu harus ada hasilnya. Juga benar jika menuntut bayaran yang layak bagi setiap pekerjaan yang dilakukan. Namun, sungguh sangat melelahkan kalau harus berurusan dengan anak buah yang hanya mau bekerja extra dengan iming-iming imbalan. Jika diajak untuk berjuang dengan gigih mengungkit-ungkit soal besar kecilnya gaji atau bayaran. Padahal, karir masa depan itu tidak bisa diraih dengan cara hitung-hitungan jangka pendek. Justru orang yang bersedia berkontribusi lebih banyak tanpa hitung-hitungan sekarang yang dimasa depan biasanya mendapatkan kepercayaan lebih besar. Tanggungjawab lebih banyak. Dan tentu saja, secara otomatis bayaran yang lebih tinggi.
2. Sering mengeluh. Tidak ada keluhan yang enak didengar. Apa lagi jika keluhan itu datang dari bawahan tentang pekerjaan yang seharusnya bisa diselesaikannya dengan baik. Atau tentang masalah keluarganya yang tidak harmonis. Atau tentang pendapatannya yang tidak kunjung mencukupi keinginan. Satu hal yang pasti, setiap orang memiliki masalahnya masing-masing. Hanya saja, ada yang menghadapinya dengan teguh hati, dan ada yang ‘mengumbarnya’ dengan lidah kesana kemari. Para atasan tidak memiliki cukup waktu untuk menampung seluruh keluhan. Jadi, keluhan biasanya tidak membuat penilaian atasan menjadi lebih baik, malah sebaliknya.
3. Sulit diajak kerjasama. Zaman sekarang, nyaris tidak ada pekerjaan yang bisa dituntaskan sendirian. Bahkan pekerjaan yang Anda kira dari A sampai Z Anda kerjakan sendiri pasti terkait dan masih harus diteruskan oleh orang atau departemen lain. Tidak peduli sehebat apapun kemampuan seorang bawahan, jika dia sulit untuk diajak kerjasama maka dia hanya akan menimbulkan banyak masalah. Itulah sebabnya kesediaan untuk bekerjasama merupakan salah satu kebutuhan yang tidak bisa ditawar-tawar lagi.
4. Pasif alias tidak memiliki inisiatif. Atasan tidak mungkin mampu untuk selalu menjelaskan secara detail apa yang harus dilakukan dan bagaimana caranya, sampai kapan, kemudian setelah itu apa dan seterusnya. Bawahan yang pasif atau tidak mau mengambil inisiatif biasanya ketinggalan jauh dari teman-temannya. Maka wajar jika atasan tidak memberikan cukup perhatian kepada bawahan seperti itu. Segeralah ubah sikap pasif menjadi aktif, penuh inisiatif positif, dan tindakan kontributif.
5. Menggunjingkan kekurangan atasan dibelakangnya. Karena tidak ada manusia yang sempurna, maka atasan Anda bukanlah orang yang sempurna. Tetapi tidak berarti bawahan memiliki kewenangan untuk menggunjingkan atasan dibelakangnya. Jika memang ada masukan dan kritik, sebaiknya disampaikan kepada atasan dengan cara yang elegan sehingga dia bisa mengambil tindakan nyata untuk melakukan perbaikan. Tetapi, jika pun kondisi tidak memungkinkan untuk melakukannya, maka menggunjingkan keburukan mereka dibelakang hanya akan memperburuk keadaan.
Para atasan senantiasa mencari bawahan yang benar-benar bisa diandalkan, bukan hanya untuk menyelesaikan pekerjaan sesuai tuntutan, namun juga mereka yang memiliki sikap positif. Menghindari ke-5 sikap buruk diatas adalah kuncinya.