Thursday, November 21, 2024
HomePerspectiveArtikelMemukau dalam Wawancara Kerja

Memukau dalam Wawancara Kerja

Kiara sudah menyiapkan hari yang ia tunggu sejak minggu lalu. Panggilan seleksi dari satu perusahaan yang ternama, sedang hits di ibukota. Rasanya deg-degan, semangat, khawatir, campur aduk. Tetapi ia sudah membaca beberapa artikel tentang cara menjawab pertanyaan wawancara. Ia harus menunjukkan antusiasme, sebagai pribadi yang menyenangi tantangan, mau berkembang, eksplorasi hal baru. Perusahaan mau terus berkembang, maka membutuhkan tim seperti ini!

Ia memiliki pengalaman sekitar 5 tahun di dua perusahaan. Perusahaan terakhir ini sudah berjalan sekitar 3,5 tahun. Sebenarnya ia senang, karena pekerjaan sudah lebih lancar, atasan pun sudah tidak banyak mengomel karena kesalahan kecil yang dulu ia lakukan. Ia tetap menempelkan CV di mesin pencari kerja online, siapa tahu ada panggilan lebih baik.

Proses seleksi ada beberapa tahap, cukup melelahkan juga. Ia pun tiba pada sesi interview, tidak sabar untuk menunjukkan dirinya yang penuh semangat. Pewawancara terlihat ramah dan santai, mempersilahkan minum sejak awal. Menyampaikan bahwa intinya sesi ini untuk mengetahui pengalaman kerja. Ia pun lancar menceritakan tugas dan proses sehari-hari di tempat kerja.

Ia mulai terhenyak ketika pewawancara beberapa kali menanyakan alasan pindah. Ia sudah menyampaikan butuh tantangan baru, meningkatkan diri, eksplorasi kemampuan tapi sepertinya jawaban itu tidak dipahami juga, apalagi terpukau. Padahal itu jawaban yang jujur, memang tidak ada masalah di kantor sekarang. Ia ingin yang berbeda saja. Saat pewawancara kembali bertanya ekspektasi kerja di perusahaan baru, ia mulai lebih berpikir. Rasanya jawaban eksplorasi juga tidak akan membuat pewawancara percaya, tapi spontan jawaban itu keluar. Benar saja, pewawancara tersenyum dan menyambar dengan pertanyaan lanjut: eksplorasi bagaimana?

Kiara keluar ruang interview dengan penuh tanya. Mengapa semua jawaban mendapatkan pertanyaan yang berulang. Mungkin semua hanya menguji mental saja, atau memang ia tidak meyakinkan dan tidak lolos? Pertanyaan ini mengusik tapi sepertinya tidak ada pilihan selain menunggu pengumuman selanjutnya.

Pada dasarnya, kalimat, “Show me, don’t Tell” sangat berlaku dalam proses seleksi, termasuk interview. Bila Anda menilai diri sebagai orang yang senang tantangan, tunjukkan dengan pengalaman. Bukan dengan beribu kali mengatakan dalam kalimat. Pernyataan ini tidak akan memukau pewawancara.

Berikan pengalaman nyata, seperti melakukan perbaikan proses kerja, mengusulkan dan melakukan proses perubahan, mengelola tugas kompleks, menantang, memperbaiki kesalahan kerja, dan lainnya.  Jelaskan secara sistematis. Gunakan prinsip STAR: situasi, task, action, result. Jelaskan peran Anda dalam pengalaman ini.

Jika Anda sendiri tidak tahu secara pasti tujuan pindah ke perusahaan baru, ingatlah, tidak ada perusahaan/lembaga yang senang menjadi tempat percobaan. Bagaimana bila memang tidak ada konflik pemicu pindah, namun rasa bosan? Perasaan ini sebenarnya wajar, namun persiapkan diri untuk menceritakan usaha selama ini mengatasi rasa bosan. Bila ingin berkembang, meningkatkan diri.  Ceritakan usaha selama ini meningkatkan diri. Bila alasan Anda adalah, siapa tahu ada perusahaan yang lebih baik, posisi yang lebih baik. Perjelas ekspektasi ini, sehingga tidak terlihat sebagai tindakan iseng.

Ibaratnya, bila saya adalah product designer yang ingin tantangan, maka saya akan melamar ke perusahaan level Asia atau mengikuti kompetisi level Asia.  Selama ini saya telah menghasilkan produk yang setidaknya masuk top three dalam penjualan perusahaan. Mengapa, karena saya bersaing dengan kandidat dari berbagai negara. Saya pun harus mempersiapkan diri mengacu pada standar desainer regional. Saya mempelajari karakter tersebut, pernah mencoba kompetisi desain level Asia Tenggara. Bila pengalaman ini yang kandidat paparkan, maka motivasi akan belajar hal baru, ingin mengembangkan ilmu di tempat baru, bukanlah angan-angan.

Tyas
Tyas
Career Coach & HR Consultant - "Mind is Magic"
RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular

Recent Comments

konsultankarir on Pilihan, Memilih or Stuck
konsultankarir on Bingung S2
konsultankarir on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
konsultankarir on Memilih Jurusan S2 yang Tepat
konsultankarir on Gagal tes psikotest
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
konsultankarir on Sulit mendapatkan pekerjaan
konsultankarir on Wawancara dan Psikotest
konsultankarir on Kuis:Career Engager
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Selalu Gagal dalam Interview
konsultankarir on Interview Magic
konsultankarir on Pindah Tempat Kerja
konsultankarir on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
konsultankarir on Psikotes Menggambar
konsultankarir on Memilih Jurusan S2 yang Tepat
konsultankarir on Memilih Jurusan S2 yang Tepat
konsultankarir on Bingung S2
konsultankarir on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
Angelina Tria Puspita Rini on Memilih Jurusan S2?!
Lisa on Bingung S2
Fiviiya on Psikotes Menggambar
Wendi Dinapis on Memilih Jurusan S2?!
hasenzah on Memilih Jurusan S2?!
yulida hikmah harahap on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
Galuh Rekyan Andini on Memilih Jurusan S2?!
burhanuddin on Memilih Jurusan S2?!
Dian Camellyna on Kuis:Career Engager
ABDUL RAHMAN on Wawancara dan Psikotest
Melva Ronauli Pasaribu on S1 Teknik Informatika S2 Bagusnya Apa?
Faradillah Rachmadani M.Nur on Memilih Jurusan S2?!
Taufik Halim on Memulai Bisnis Fotografi
Edo on Bingung S2
konsultankarir on Profesi yang sesuai
konsultankarir on Bingung S2
yaya on Bingung S2
konsultankarir on Memilih karir
dewi on Pindah kerja
konsultankarir on Memilih Jurusan S2 yang Tepat
dewi on Pindah kerja
Tyas on ILKOM atau MTI
hary on ILKOM atau MTI
Kiki Widia Martha on Buku ‘My Passion, My Career’
jalil abdul aziz on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
Nono Suharnowo on Bagaimana agar produktif?
syukri on Jujur atau tidak?
Nida shofiya on Bingung pilih fakultas
abdul madjid on Gagal tes psikotest
abdul madjid on Gagal tes psikotest
Aris on Tujuan karir
NURANI on Tujuan karir
dede on Tujuan karir
Rika on Tujuan karir
Djoko triyono on Sulit mendapat pekerjaan
marco on E-mailku unik!
Efik on Memilih karir
noer hasanah on Berminat ke NGO Asing
ilah susilawati on Status dan jenjang karir
yusi bayu dwihayati on Berpindah Karir di Usia 32
dino eko supriyanto on Menyiapkan Business Plan
Gunawan Ardiyanto on 10 Biang Bangkrut UKM
Nahdu on Table Manner
krisnadi on 10 Biang Bangkrut UKM
rani on Table Manner
yuda_dhe on Table Manner
Putrawangsa on Memilih Jurusan S2?!
aira on Time Management
Emi Sugiarti on Sudahkah Anda Peduli?
fitria on Table Manner
Ardiningtiyas on Menuju 'Incompetency Level'
Sri Ratna Hadi on Dari Penjahit ke Penulis
monang halomoan on Program SDM tahunan
merlyn on Ayo, Kreatif!
Silvester Balubun on Table Manner
Avatara on Istimewanya Rasberi
vaniawinona on Table Manner
defianus on Tips Negoasiasi Gaji
Dewi Sulistiono on Meniti Sebatang Bambu
Rena on Tersadar…
Dendi on Ayo, Kreatif!
Denni on Menemukan Mentor