Dear Konsultan Karier,
Pada saat ini saya bekerja di sebuah travel agency. Sudah hampir dua bulan lamanya saya bekerja dan hingga saat ini saya masih belum bisa menerima/beradaptasi dengan pekerjaan saya yang notabene ternyata adalah sales representative, sedangkan pada masa interview saya mengambil kesimpulan bahwa pekerjaan saya adalah Development Team, alias yang mengatur pengembangan paket-paket tur serta mengatur kerjasama. Misinformasi ini sudah saya diskusikan dengan pemimpin dan beliau ternyata tidak menyadari bahwa beliau tidak menjelaskan poin-poin penting yang seharusnya diberitahukan sebelum saya mulai bekerja. Di satu pihak, saya akui bahwa itu adalah kesalahan saya sendiri yang tidak menanyakan secara jelas.
Selain manajemen HR (atau lebih tepatnya, tidak adanya manajemen HR sama sekali), yang tidak beres, saya tidak kerasan dengan pekerjaan saya dan selalu merasa terbebani dengan pekerjaan yang sebenarnya tidak sulit untuk dilakukan. Hanya saja saya tahu dengan apa yang sebenarnya bisa saya lakukan dan apa yang tidak bisa saya lakukan. Mungkin, dengan cukup waktu dan motivasi saya akan bisa menguasai pekerjaan ini, tapi saya tidak memiliki keinginan untuk terus berlanjut dibidang ini.
Sebelumnya saya bekerja di sebuah perusahaan kursus Bahasa Inggris (mesikpun latar belakang pendidikan saya adalah D3 Hotel Management) dan saya cukup berkembang dan senang bekerja di sana. Alasan saya resign adalah gaji yang bahkan tidak memenuhi UMK (yang sudah 2 kali naik) dan tentu saja itu tidak sesuai dengan pekerjaan yang saya lakukan.
Sekarang, saya sedang dalam proses interview di salah satu perusahaan kursus Bahasa Inggris terkenal untuk posisi part time teacher. Saya merasa bahwa ini adalah kesempatan bagus bagi saya untuk kembali ke area pekerjaan yang memang saya kuasai dan senangi. Kendalanya adalah gaji yang ditawarkan serta kemungkinan tidak akan adanya pekerjaan untuk saya diwaktu-waktu tertentu.
Di satu sisi, jika saya tetap bekerja di travel agency ini sambil bekerja part time di kursus tersebut, saya bisa mendapatkan pendapatan tambahan yang cukup signifikan. Namun, kembali lagi ke poin dimana saya tidak suka dengan pekerjaan saya sekarang. Di sisi lain, bila saya berhenti bekerja di travel agency dan bekerja part-time di kursus Bahasa Inggris, saya bisa sepenuhnya berkonsentrasi melakukan sesuatu yang saya suka, tetapi status part-time berarti saya tidak akan selalu punya pekerjaan setiap minggunya. Saya bisa saja mencari pekerjaan freelance lainnya (translating, article writing, dll.) tapi, tanpa kualifikasi yang jelas, sulit bagi saya untuk mencari freelance job.
Kira-kira apa yang sebaiknya saya lakukan?
Tetap bekerja di tempat yang saya tidak sukai + part time untuk waktu yang tidak banyak. Atau kerja part+time dengan konsekuensi porsi kerja yang tidak tetap + freelancing, tapi merasa senang dengan pekerjaan tersebut.
Leny Mariana
Dear Leny,
Bagaimana pun, bekerja itu ada dua tujuan. Pertama, untuk mendapatkan penghasilan. Kedua, untuk kesenangan sekaligus kepuasan pribadi.
Kasus ini sama dengan yang saya alami. Saya bekerja secara full time di sebuah kantor yang sudah saya jalani selama 15 tahun. Gaji memang tidak seberapa dibandingkan perusahaan sejenis di luar sana. Tapi awalnya saya sangat menikmati, karena suasananya nyaman dan kekeluargaan. Lama kelamaan, suasana berubah dan saya sudah mencapai titik jenuh dan tidak nyaman lagi.
Saya mulai “melirik” pekerjaan freelance sebagai penulis lepas. Tentu saja saya sangat bimbang dan was-was karena pasti akan ada masa-masa saya “menganggur” alias tidak dapat job. Tapi, berbekal semangat dari teman-teman, saya nekat resign untuk pindah haluan menjadi penulis freelance.
Ternyata, keadaan di lapangan tidak se”menyeramkan” yang saya kira. Suasana tidak seburuk yang saya bayangkan. Begitu resign dari kantor, saya langsung memaksimalkan keahlian dan mengoptimalkan kemampuan. Saya menghubungi teman yang pernah mengajak gabung dalam pekerjaan sebagai penulis lepas (saat saya masih ngantor), kalau-kalau ada kesempatan bekerja lepas lagi.
Saya juga melebarkan sayap. Yang tadinya hanya menjadi penulis lepas, mencoba menjadi blogger, editor, dan trainer penulisan. Semua itu bersifat freelance. Lama kelamaan, ada yang bersifat rutin, yaitu mengajar ekskul menulis di beberapa sekolah, seminggu hanya beberapa kali, 1-2 jam.
Sekarang, saya buat perbandingan antara bekerja full time dengan bekerja lepas, ya.
Bekerja full time.
Tentu saja rasanya menjadi “menyiksa” apabila kita bertahan mengerjakan pekerjaan yang tidak disukai di kantor. Apalagi jika gajinya dirasa jauh dari cukup. Kita seperti “terkurung” di kantor, dan kurang bisa berkembang karena sangat terikat waktu. Kelebihannya, ada penghasilan rutin. Tapi, kalau pemasukan ini tidak cukup untuk menutupi kebutuhan hidup, kita semakin tersiksa.
Bekerja freelance.
Kita bisa bebas secara waktu. Pekerjaan tidak terlalu terikat. Kita pun bisa berkembang karena punya kesempatan untuk bergabung dengan komunitas, misalnya, atau menggeluti hobi. Masalahnya, bagaimana kita mensiasati agar waktu luang bisa bermanfaat dan penghasilan tidak “putus”?
Begini. Cari kesempatan yang bisa mendatangkan uang. Maksimalkan kemampuan. Kalau bisa mengajar privat, mengapa tidak? Kalau bisa membuka kursus online, jangan ragu untuk menjalankan. Masih kurang? Jadi penerjemah atau penulis freelance, lumayan, lho. Tapi, jangan kaget. Suatu saat akan ada masanya pekerja freelance itu justru lebih sibuk dari pekerja tetap. Pekerja freelance dapat nyaris bekerja 24 jam sehari. Penghasilan, bisa bervariasi. Kadang-kadang sepi order, tapi banyak jalan untuk mendapatkan penghasilan jauh lebih besar daripada penghasilan pekerja tetap. Kalau pekerja tetap hanya menerima gaji di akhir bulan, pekerja lepas bisa 4 kali gajian dalam sebulan. Intinya, menjadi pekerja lepas harus disiplin. Kalau tidak disiplin, klien akanmenjauh. Dan, bisa lupa jaga kesehatan karena keasyikan mengerjakan pekerjaan, yang kita rasakan hanya seperti menggeluti hobi.
Sebagai informasi, saya pernah melamar pekerjaan dengan tujuan menjadi penulis freelance dengan sistem remote. Ternyata, perusahaan tersebut mencari pekerja tetap. Saya sedih karena belum bersedia menjadi pekerja tetap lagi. Untunglah perusahaan tersebut memerlukan pekerja secepat mungkin, tapi saat itu saya sudah terlanjur ada rencana jalan ke luar negeri. Jadi, saya pun lega karena dapat menolak secara halus.
Ke dua, saya mendapatkan pekerjaan freelance dengan sistem remote di sebuah perusahaan. Beberapa bulan berjalan, kebijakan berubah. Saya diminta bekerja tetap di kantor, dengan jam bekerja 9-5. Saya pun terpaksa resign, karena sudah terlanjur mencintai pekerjaan sebagai freelancer.
Pada dasarnya, kita harus mencoba. Tidak bisa meraba-raba. Kalau tidak menyukai pekerjaan di kantor, dan gajinya kurang menggiurkan, lebih baik mencoba sebagai pekerja lepas, untuk tahu “medan”nya. Percayalah, dulu saya amat sangat takut untuk resign karena sudah belasan tahun ngantor, tapi sekarang saya sangat menikmati pekerjaan sebagai freelancer. Satu lagi, saya juga sedang mulai merintis bisnis berjualan pashmina, berkat keleluasaan soal waktu.
Good luck, ya ^_^
Semoga dapat membantu, terima kasih.
Salam,
Nunik Utami
lihat profile www.konsultankarir.com/get-help/our-kaka
kalau ada kenalan untuk freelance input data di jakarta mohon infonya yah trims