Selamat pagi, Usia saya 32 tahun. Saya sudah bekerja selama 7 tahun lebih. Sekarang ini saya bekerja sebagai officer legal di sebuah perusahaan group ternama, di tangerang baru sekitar 2 bulan. Awalnya saya melihat tidak ada masalah berarti buat saya bekerja disini. Tetapi belakangan saya menyadari bahwa di departemen ini ada 2 kepemimpinan. Pertama, Division head yang baru direkrut sekitar kurang dari setahun. Beliau berusia hampir 40 tahun, kaya pengalaman sebagai pengacara praktek, tetapi kurang mengetahui seluk beluk permasalahan hukum di perusahaan sekarang dan berhubung tidak sering pulang malam, jadi tidak terlalu banyak mengetahui seluk beluk yang saya maksud. Dimata saya, beliau religius dan cukup bijaksana, meskipun saya sering juga dikritik, tetapi sejauh ini saya sangat bisa menerima kritiknya. Kepemimpinan kedua adalah seorang staf yang paling lama ada di department itu. Usianya 2 tahun lebih muda dari saya. Dia pintar dan memahami banyak hal seluk beluk permasalahan hukum perusahaan ini dan karenanya amat diandalkan oleh rekan rekan kerja termasuk lapisan atas managemen perusahaan.
Tetapi menurut pandangan saya, orang ini pelit berbagi informasi mengenai permasalahan hukum perusahaan tersebut. Anehnya selalu menyindir staff lain yang lebih dahulu bermaksud pulang dari kantor, sekalipun sudah lewat jauh dari jam kerja. Sementara itu, di dalam pikiran saya terlintas berulang ulang keinginan untuk berwiraswasta. Saya melihat bahwa mencari nafkah dari menjadi karyawan (=bekerja pada orang lain) tidak terlalu baik untuk jangka panjang dibanding berwiraswasta (=menghidupi diri sendiri tanpa tergantung pada orang lain). Dan ada juga peluang untuk itu. Kakak dari calon istri saya menawari untuk urun modal di usaha yang akan dirintisnya di Bandung. Saya agak optimis dan berpikir, kenapa tidak saya juga ikut terjun berwiraswasta bersama.
Tetapi saya memiliki hambatan. Pertama, calon istri saya (usianya 31 tahun) melihat bahwa belum cukup waktu (dan mungkin modal) bagi saya untuk melepas pekerjaan yang sekarang ini. Kedua tempat usaha dimaksud tidak berada di kota yang sama (amat jauh) dari tempat saya bekerja. Dan ketiga (entah ini hambatan atau bukan), saya memikirkan untuk menikah dengan calon istri saya 1 atau 2 tahun lagi (dan karenanya tabungan yang saya kumpulkan mungkin akan terpakai untuk menyicil beli rumah dan atau biaya resepsi pernikahan). Mohon sarannya mengenai mana yang sebaiknya saya pilih atau prioritaskan –
Heru
Dear Heru,
Dari cerita Anda, kami menangkap permasalahan Anda muncul karena dihadapkan pada banyak kendala di setiap situasi yang ada. Mulai dari kebimbangan apakah tetap bekerja sebagai karyawan atau menjadi wirasusaha, keinginan untuk menikah hingg alokasi dana untuk bisnis atau membeli rumah.
Untuk tetap bekerja sebagai karyawan, salah satu tantangan yang dihadapi adalah masalah dualisme kepemimpinan dalam satu departemen. Di sisi lain, ketertarikan Anda untuk menjadi wirausaha, juga memiliki tantangannya sendiri (misal, kurangnya dukungan dari calon istri dan alokasi dana yang ada untuk persiapan beli rumah atau biaya pernikahan).
Mana sebaiknya prioritas yang Anda pilih? Pertanyaan ini sangat krusial karena akan menentukan tindakan Anda selanjutnya. Namun, pertanyaan ini juga bagus, menunjukkan bahwa Anda menyadari tidak bisa semua dilakukan dalam satu waktu. Bagaimana menentukan prioritas Anda? Coba Anda jawab beberapa pertanyaan berikut ini dan kemudian tentukan langkah Anda untuk bergerak.
- Apa yang ingin Anda buktikan pada diri sendiri?
- Apa yang Anda ingin capai dalam 5 tahun ke depan?
- Apa yang akan Anda fokuskan dalam 1 tahun ini? Misal, menikah, mempertahankan pekerjaan saat ini, atau mulai berbisnis?
- Berapa banyak energi yang rela Anda keluarkan untuk menjalankan opsi yang dipilih pada no. 2?
- Kapan Anda akan memulainya?
Semoga dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan ini akan membantu Anda menentukan prioritas.
Semoga bermanfaat.
Salam,
Tim Konsultankarir.com