Daftar rencana, target dan deadline adalah tiga serangkai yang menjadi sahabat para professional. Bertumpuknya pekerjaan dengan beragam tingkat prioritas tidak jarang menuntut kita untuk menyingkirkan kebutuhan tubuh untuk beristirahat, yakni tidur. Rasanya akan sayang sekali untuk mematikan computer pada saat jarum jam belum menunjukkan pukul 12 malam. Kerja lembur baik di kantor atau rumah menjadi pilihan dan harapan agar tumpukan tugas menipis, setidaknya ada ruang untuk tugas baru yang akan segera datang.
Lalu, masih pentingkah untuk tidur?
Penelitian jelas menunjukkan pentingnya tidur yang berfungsi untuk memberikan tubuh dan pikiran kita beristirahat. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, semakin terkuak peran aktivitas favorit tokoh kartun Jepang-Nobita, bahwa tidur juga memberikan dampak positif bagi proses belajar dan kreativitas kita. Semakin cukup dan berkualitas tidur kita, semakin mampu kita mempelajari hal baru dengan lebih baik dan kreatif, contohnya dalam pemecahan masalah (Cantor,2010).
Pada prinsipnya, aktivitas tidur seperti fenomena eureka di mana otak kita membutuhkan fase rileks untuk dapat optimal. Studi juga menunjukkan bahwa sel-sel kelabu di kepala kita bekerja sangat aktif ketika kita tidur, bahkan ada fase tertentu di mana otak menjadi lebih aktif setelah mempelajari hal baru. Karena itu, coba ingat-ingat, pernahkah kita terheran-heran pada suatu pagi ketika tiba-tiba mendapatkan jalan keluar dari masalah yang memusingkan satu atau dua hari sebelumnya. Tidur berfungsi untuk memperjelas ‘materi baru’ yang diserap oleh otak. Penjelasan neurosainsya adalah ketika kita tidur, otak secara aktif berusaha untuk memahami apa yang telah kita kerjakan dan mengintegrasikan dengan simpanan memori lain telah yang ada di sana.
Bagaimana dengan mereka yang mengalami insomnia atau kesulitan tidur? Meditasi dapat menjadi solusinya. Studi dari India’s National Institute of Mental Health and Neurosciences menunjukkan bahwa meditasi vipassana dapat mempengaruhi aktivitas tidur. Meditasi ini dilakukan dengan cara menfokuskan pikiran dan fisik untuk meningkatkan insight. Dalam penelitian, mereka yang melakukan meditasi dapat meningkatkan gelombang (lambat) tidur REM pada seluruh kelompok usia.
Terlepas dari pro-kontra tentang meditasi yang sempat ramai di Indonesia dan negara lain, meditasi adalah proses mengkonsentrasikan pikiran. “In truth, it’s really nothing more than the practice of focusing the mind intently on a particular thing or activity”(Andrews,2010). Karenanya sangat logis jika meditasi dilakukan secara teratur, maka akan semakin tajam kemampuan konsentrasi seseorang, seperti yang ditemukan dalam studi di Journal of Neuroscince. Dalam tiga bulan pelatihan meditasi intensif, peserta mampu meningkatkan stabilitas perhatian, kemampuan untuk mempertahankan focus perhatian tanpa terputus.
Tentu masih banyak strategi lain untuk meningkatkan kualitas tidur sehingga memberikan manfaat optimal. Beberapa orang memilih mendengarkan music seperti intrumentalia, membaca buku, hingga menghitung domba imaginer. Tanpa disadari, tubuh kita bahkan telah siap dengan mekanisme ‘darurat’ untuk menyegarkan pikiran dan badan, seperti taking nap atau tidur sejenak. Pernahkah Anda tertidur sejenak – lima menit – saat bekerja dan merasa segar ketika kita terjaga sehingga dapat kembali berkonsentrasi? Dalam tubuh ternyata telah tertanam system alami untuk kembali terjaga dan menyambut deadline kerja.
Jika kantuk menyerang, jangan ragu untuk sejenak terlelap (dengan catatan situasi memungkinkan) dan … eureka… !
Sumber:
Cantor,Joanne (2010) Sleeping for success: creativity and the neuroscience of slumber.www.psychologytoday.com,published on may 15,2010
Andrews,Linda W. (2010) 6 other reasons to meditate.www.psychologytoday.com-published on July 8,2010