Thursday, November 21, 2024
HomePerspectiveArtikelBertahan atau keluar dari zona nyaman?

Bertahan atau keluar dari zona nyaman?

Setiap orang memilih zona tertentu dalam berkarir. Ada yang memilih berada di zona nyaman (comfort zone), ada juga yang memilih berada di zona penuh tantangan (courage zone).  

Ada juga yang bingung, mau keluar dari zona nyaman atau tetap berada di dalamnya?  Bagaimanapun, setiap zona memiliki konsekuensinya masing-masing yang perlu dipahami orang-orang yang berada didalamnya.

Zona nyaman adalah sebuah kondisi pikiran/mental yang membuat kita enggan melakukan hal-hal yang mengandung risiko, karena tidak yakin dapat menerima dan menghadapi ketidakpastian di luar sana.  

Sebaliknya, zona penuh tantangan, membuat kita harus berani  menghadapi rasa takut, menerima semua ketidakpastian, berupaya lebih keras dari biasanya, dll, namun dengan implikasi memperoleh kepuasan dan pencapaian besar.

Ada banyak orang yang bertahan dan enggan keluar dari situasi zona nyaman dengan berbagai alasannya sendiri.  Walaupun mereka tahu bahwa zona nyaman tidak membuat mereka berkembang, mereka merasa lebih baik bertahan di sana.  Salah satu sebabnya mungkin karena tidak berani menghadapi kegagalan.  

Untuk orang-orang seperti ini bagaimana cara bertahan di zona nyaman? ya diterima saja apapun yang ada di dalamnya. Jangan iri dengan keberhasilan orang lain.  Jangan memiliki harapan tinggi. Dalam zona nyaman, tidak ada risiko, namun juga tidak ada kepuasan penuh. Maka jangan berharap banyak.

Semakin tinggi harapan, maka akan semakin sulit untuk tetap berada di zona nyaman. Padahal harapan itu kodrati manusia. Saat kamu punya harapan, tapi memilih tetap di zona nyaman, maka yang ada kamu akan terperangkap di dalamnya. 

Itulah konsekuensi berada di zona nyaman, kamu harus menerima bahwa kamu tidak akan berkembang.

Bagaimana kamu tahu bahwa kamu terperangkap di zona nyaman?  Saat kamu merasa nyaman, tapi juga merasa hampa.  Saat kamu merasa puas, tapi juga merasa ada yang salah dalam dirimu.  Saat itulah saat kamu harus keluar dari zona tersebut.  

Terus menerus berada di zona nyaman lama-kelamaan juga membuat kita merasa bosan, lelah, dan tidak bahagia. Sayangnya, sebagian dari kita terus merasa ragu atau takut untuk berpindah atau keluar dari zona nyaman tersebut.

Apalagi ketika kita sudah lama menjalani suatu pekerjaan selama bertahun-tahun dengan lingkungan dan pekerjaan yang tidak mengembangkan kapasitas kita, yang itu-itu saja, dengan jaminan hanya keamanan finansial semata, maka kita akan tiba di titik jenuh. 

Walau akan terasa berat untuk melepaskan zona nyaman, namun dengan keteguhan hati, dan memiliki sedikit rasa tertantang, sedikit rasa khawatir sudah cukup untuk mulai langkah awal mengembangkan diri. 

Tantang diri sendiri untuk mempelajari hal-hal baru dalam pekerjaan yang belum dikuasai, walaupun itu terlihat seperti menguji nyali, itu juga sebuah langkah bagus untuk mengawali keluar dari zona nyaman.

Tidak semua orang menyadari bahwa keluar dari zona nyaman sebenarnya menuntun kita untuk tumbuh dan berkembang menjadi diri yang lebih baik. Menuntun diri kita untuk mengubah keadaan kita yang biasa-biasa saja menjadi luar biasa.  

Banyak orang memilih berada di zona nyaman karena nyamannya tidak perlu berupaya keras, nyaman karena tidak perlu merasa sakit apabila gagal, nyaman karena tidak perlu merasa takut dan khawatir, dan nyaman-nyaman seperti itu.

Padahal, jika ditelisik lebih jauh, justru kenyamanan seperti itu yang menjadikan kamu lupa untuk tumbuh.  Kemudian menyesalinya setelah tahun-tahun berlalu, tanpa sesuatu yang dapat kita banggakan pada diri sendiri. Dan kemudian kamu kehabisan waktu.

Karena itu, sebelum kehabisan waktu, beranilah melakukan perubahan. Beranilah melangkah keluar dari zona nyamanmu. Itu berarti satu langkah awal menuju kesuksesan.

Kaluar dari zona nyaman memang tak mudah untuk dilakukan. Namun, hanya dengan keluar dari zona nyaman, kita justru membuat diri tumbuh, berkembang, dan meraih potensi sejati kita.

Dalam proses pertumbuhan, tentu kita akan mengalami rasa tidak nyaman. Kita hanya perlu berjuang untuk melewati proses yang harus dilalui. Meskipun pada awalnya kita merasakan bahwa mencoba sesuatu hal baru adalah sulit, namun apabila telah berhasil melaluinya, pasti kita akan merasakan kepuasan yang hakiki. Kita menjadi bangga pada diri sendiri. Tantangan yang sesungguhnya, sudah berhasil  kita lewati.

Keluar dari zona nyaman memang tidak cukup hanya diucapkan semata. Melainkan harus dialami sebagai sebuah perjalanan. Sebagai langkah awal keluar dari zona nyaman adalah dengan bertanya kepada diri sendiri tanpa menghakimi, menaruh respek pada diri sendiri tanpa merendahkan kapasitas diri. 

Dukung diri sendiri. Ini tentu memberikan keberanian pada kita untuk menjalani setiap tahapan dengan optimis dan bersemangat.

Yang terpenting dari sebuah pekerjaan bukan soal terpenuhinya kebutuhan finansial semata, tetapi bagaimana diri kita bisa tumbuh bersama pekerjaan itu.  Bagaimana kita menikmati pekerjaan yang dilakukan sekaligus bisa mewujudkan potensi kita.

Idealnya kita tumbuh bersama apa yang kita kerjakan, maka bijaklah dalam memilih pekerjaan. Jangan sampai kelak kita menyesal karena telah membiarkan diri melakukan pekerjaan yang tidak membuat kita berkembang atau bahkan justru menjatuhkan diri sendiri ke kubangan lumpur.

Menyia-nyiakan waktu melakukan pekerjaan hanya karena mengejar uang dan status semata, sesesungguhnya hanya memberikan kebahagiaan semu. 

Kebahagiaan sejati adalah saat kita merasa telah tumbuh menjadi diri yang lebih baik dari sebelumnya.  Saat kita puas bahwa kita tidak menyia-nyiakan potensi yang ada dalam diri kita.

Apakah kamu akan terus bertahan di zona nyaman? Apakah kamu tidak ingin berubah menjadi lebih baik? Apakah kamu tidak ingin berkembang? Jika demikian, pertahankanlah zona nyamanmu.  Jangan sesali jika di masa depan, kamu hanya begitu-begitu saja.

Sebaliknya, jika kamu ingin maju dan berhasil dalam hidupmu, segera kumpulkan keberanian dan keluarlah dari zona nyamanmu itu.  Jika saat keluar dari zona nyaman, kamu melakukan kesalahan atau menemukan kegagalan, hadapi saja dengan tenang dan jangan berkecil hati.

Pelajari kegagalanmu untuk kemudian bangkit lagi.  Jangan menjadikannya sebagai alasan untuk menyerah. Berkomitmenlah untuk kemajuan dirimu sendiri.  

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular

Recent Comments

konsultankarir on Pilihan, Memilih or Stuck
konsultankarir on Bingung S2
konsultankarir on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
konsultankarir on Memilih Jurusan S2 yang Tepat
konsultankarir on Gagal tes psikotest
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
konsultankarir on Sulit mendapatkan pekerjaan
konsultankarir on Wawancara dan Psikotest
konsultankarir on Kuis:Career Engager
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Selalu Gagal dalam Interview
konsultankarir on Interview Magic
konsultankarir on Pindah Tempat Kerja
konsultankarir on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
konsultankarir on Psikotes Menggambar
konsultankarir on Memilih Jurusan S2 yang Tepat
konsultankarir on Memilih Jurusan S2 yang Tepat
konsultankarir on Bingung S2
konsultankarir on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
Angelina Tria Puspita Rini on Memilih Jurusan S2?!
Lisa on Bingung S2
Fiviiya on Psikotes Menggambar
Wendi Dinapis on Memilih Jurusan S2?!
hasenzah on Memilih Jurusan S2?!
yulida hikmah harahap on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
Galuh Rekyan Andini on Memilih Jurusan S2?!
burhanuddin on Memilih Jurusan S2?!
Dian Camellyna on Kuis:Career Engager
ABDUL RAHMAN on Wawancara dan Psikotest
Melva Ronauli Pasaribu on S1 Teknik Informatika S2 Bagusnya Apa?
Faradillah Rachmadani M.Nur on Memilih Jurusan S2?!
Taufik Halim on Memulai Bisnis Fotografi
Edo on Bingung S2
konsultankarir on Profesi yang sesuai
konsultankarir on Bingung S2
yaya on Bingung S2
konsultankarir on Memilih karir
dewi on Pindah kerja
konsultankarir on Memilih Jurusan S2 yang Tepat
dewi on Pindah kerja
Tyas on ILKOM atau MTI
hary on ILKOM atau MTI
Kiki Widia Martha on Buku ‘My Passion, My Career’
jalil abdul aziz on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
Nono Suharnowo on Bagaimana agar produktif?
syukri on Jujur atau tidak?
Nida shofiya on Bingung pilih fakultas
abdul madjid on Gagal tes psikotest
abdul madjid on Gagal tes psikotest
Aris on Tujuan karir
NURANI on Tujuan karir
dede on Tujuan karir
Rika on Tujuan karir
Djoko triyono on Sulit mendapat pekerjaan
marco on E-mailku unik!
Efik on Memilih karir
noer hasanah on Berminat ke NGO Asing
ilah susilawati on Status dan jenjang karir
yusi bayu dwihayati on Berpindah Karir di Usia 32
dino eko supriyanto on Menyiapkan Business Plan
Gunawan Ardiyanto on 10 Biang Bangkrut UKM
Nahdu on Table Manner
krisnadi on 10 Biang Bangkrut UKM
rani on Table Manner
yuda_dhe on Table Manner
Putrawangsa on Memilih Jurusan S2?!
aira on Time Management
Emi Sugiarti on Sudahkah Anda Peduli?
fitria on Table Manner
Ardiningtiyas on Menuju 'Incompetency Level'
Sri Ratna Hadi on Dari Penjahit ke Penulis
monang halomoan on Program SDM tahunan
merlyn on Ayo, Kreatif!
Silvester Balubun on Table Manner
Avatara on Istimewanya Rasberi
vaniawinona on Table Manner
defianus on Tips Negoasiasi Gaji
Dewi Sulistiono on Meniti Sebatang Bambu
Rena on Tersadar…
Dendi on Ayo, Kreatif!
Denni on Menemukan Mentor