Angka 40 bagi kebanyakan masyarakat Barat dianggap memiliki makna tersendiri. Bahkan masyarakat Amerika punya filosofi berkaitan dengan usia orang saat menginjak 40 tahun “Life begins at forty“.
Daya magis 40
Sebuah prinsip yang sangat menarik karena kemudian banyak orang mempercayainya. Seorang penulis Amerika, Walter B. Pitkin bahkan pada tahun 1932 kemudian menuliskan sebuah buku motivasi dengan judul Life Begins at 40, dan kemudian tahun 1980 John Lennon juga membuat judul lagu dengan judul serupa. Tampaknya “keramatnya” angka tersebut memiliki beragam makna dan pesona bagi banyak individu. Suatu ketika penulis berkesempatan berdiskusi dengan salah seorang direktur perusahaan multinasional untuk Indonesia, yang kemudian menuturkan filosofinya tentang titik balik usia 40 tahun.
“Pada usia 40 orang akan mengalami satu atau beberapa perubahan besar dalam hidupnya, apakah itu perubahan pasangan hidup, kepercayaan terhadap agama, maupun perubahan karir maupun pekerjaan” ungkap seorang nara sumber yang ketika itu berusia 39 tahun. Lalu apa yang terjadi saat dia berusia 40 tahun, dia pindah kerja di perusahaan multinasional yang lain dan menjabat posisi direktur wilayah Asia. Sebuah perubahan yang tentu saja secara kasat mata menunjukan signifikansi yang nyata.
Perubahan
Dari pendekatan fisik dan psikis maka dapat dilihat batasan usia 40 memang memungkinkan seorang individu mengalami berbagai perubahan.
Secara fisik, pada usia 40 tahun, manusia akan jauh berbeda kemampuan fisiknya dari pada usia 20-30an. Tentu saja angka 40 ini tidak tepat persis di angka 40, namun pada usia 40-an lebih fungsi organ tubuh memang mengalami perubahan nyata. Jika fisik secara alamiah berubah, maka kondisi psikis pun sangat mungkin juga mengalami perubahan. Kematangan emosi yang masuk dalam kategori dewasa dan mapan, menyebabkan orang-orang yang berada di usia ini terlihat jauh lebih tenang dan fokus dalam memandang persoalan. Meskipun tidak jarang ada juga yang mengalami kondisi berbalik, yakni mengalami krisis paruh baya (mid-life crisis).
Perubahan kondisi fisik dan psikis inilah yang kemudian dianggap sebagai langkah awal untuk orang memulai hidup “baru” dalam fase yang berubah tersebut. Hidup pun seolah-olah diawali dari usia 40 tahun tersebut. Tentu saja persiapan mental masing-masing individu saat menghadapi perubahan fase ini sangat diperlukan. Tidak semua orang bisa menerima perubahan dengan cukup bijaksana, karena ada yang menganggap memasuki usia 40 sekadar perubahan fisik saja. Fisik dianggap sudah tua, that’s all, namun mentalnya tidak dipersiapkan untuk menjadi lebih matang. Di sinilah situasi krisis paruh baya akan terjadi, sesuatu yang seharusnya bisa diantisipasi. Padahal seharusnya kematangan sikap dan emosi bisa menjadi awal permulaan yang sangat positif bagi peningkatan dan pengembangan karir seseorang.
Pada dunia politik bahkan rata-rata presiden dan kepala negara di dunia ini selalu dijabat oleh orang-orang yang berusia di atas 40 tahun, dengan asumsi mereka sudah memiliki kematangan emosi untuk menjadi pemimpin sebuah negara.
Jadi bagi yang sedang menuju usia 40 tahun, sudahkah ada perubahan rencana besar yang Anda persiapkan?