Pernahkah mendapatkan umpan balik atau feedback dari atasan, rekan kerja, anak buah, atau konsultan sumber daya manusia independen (eksternal perusahaan)? Bagaimana rasanya? Bagaimana feedback tersebut membawa pengaruh pada kinerja di kemudian hari?
Pernahkah mencari feedback sendiri?
Jika Anda membaca buku atau artikel tentang karir, bekerja, manajemen, dan sejenisnya, pasti akan menemukan kata feedback sebagai isu positif bagi perkembangan karir ke depan. Tetapi, feedback itu ternyata tidak bisa berdiri sendiri, karena merupakan moderator atau semacam perantara untuk satu tujuan.
Setidaknya terdapat tiga motif utama mengapa seseorang mencari feedback: (a) untuk mencapai tujuan dan kinerja yang baik; (b) untuk mempertahankan atau meningkatkan ego; (c) citra diri (Ashford & Black,1996 dalam Latham, 2007).
Motif pertamalah yang membuat feedback bisa bermanfaat secara efektif, karena feedback benar-benar berfungsi sebagai instrumen untuk meningkatkan atau mencapai tujuan. Dalam konteks ini, seseorang jauh lebih siap untuk menyerap umpan balik yang mungkin membuatnya tersenyum kecut maupun tertawa lebar. Yang jelas, ia siap mencatat untuk satu tujuan: mencapai atau meningkatkan goal. Ia lebih rileks dan siap berdiskusi, tidak hanya mengangguk-angguk saja, tidak juga membela diri. Biasanya mereka yang telah siap dan terbiasa, akan memiliki cara yang alami juga meminta feedback.
Motif ke dua, cenderung memanfaatkan feedback untuk meningkatkan ego diri, kalau sudah begini, yang menjadi pusatnya adalah diri, bukan proses/pekerjaan atau goal objektif. Jika Anda jeli, ia akan menunjukkan bahasa non verbal yang mengharapkan lebih banyak feedback positif daripada negatif. Ujungnya adalah pembuktian pada orang lain dan lingkungan bahwa ia telah berhasil.
Motif ke tiga, ehm… citra diri. Ini bukan karena masa pemilihan presiden ya.. Sadarkah kita, sekarang ini hidup di era yang begitu terbuka, sehingga kita pun dituntut untuk terbuka, salah satunya menerima feedback. Nuansa ini pula yang mendorong kita, sadar atau tidak sadar, mengagumi orang yang berani menerima umpan balik positif maupun negatif, kesannya kerenlah, sportif. Nah, akan lebih keren sepertinya kalau Anda berani meminta feedback sebelum yang lain. Ini mengapa kemudian dikatakan bahwa feedback pun menjadi sarana untuk menaikkan citra diri.
Perjalanan karir yang tidak singkat, memungkinkan kita memiliki motif pertama di satu waktu, tetapi juga motif ke tiga di waktu yang lain. Kita sendirilah yang menentukan akan cenderung memilih motif feedback yang mana ke depannya.
Silahkah berikan feedback untuk artikel ini 🙂
Sumber: Latham,Gary P.(2007) Work motivation: history,theory, research, and practice.London;Sage Publications.