Siapa yang tidak kenal TW, Tiger Woods. Lelaki yang bernama asli Eldrick “Tiger” Woods, kelahiran 30 Desember 1975, di Long Beach California ini, adalah contoh perpaduan dari dedikasi, komitmen, kompetensi, bakat, dan values sehingga ia menjadi ia yang sekarang. Sebuah role model ideal untuk membangun karir yang sukses.
Kalau kita cari nama Tiger Woods di Google, total pencarian atas namanya mencapai 14.6 juta pencarian (per 30 November 2008). Memang masih kalah jauh dibandingkan Bill Gates, 24.7 juta. Namun mengingat usianya yang masih muda dan perjalanan kesuksesannya di dunia golf, wajarlah bila ia dapat menjadi panutan, terutama orang-orang muda yang berkarir di bidang ini.
The Tiger Woods Fondations adalah kiprahnya yang lain di bidang sosial, yang membantu anak-anak cacat, baik yang memiliki ketertarikan terhadap golf maupun pada kegiatan-kegiatan non-sport lainnya. Ini juga menjadi wadahnya untuk mendorong orang-orang muda berkreasi dan menjadi orang yang lebih baik.
Tiger yang lulusan Stanford University di bidang ekonomi ini, memiliki kapasitas menjadi role-model. Dengan segala kiprahnya tersebut, ditambah kepribadiannya yang menarik, ia contoh role-model yang baik. Sebagai role model, ia pernah mengatakan bahwa menjadi role model yang baik merupakan hal yang lebih penting daripada golf.
Ia menganggap golf hanyalah kendaraannya untuk dapat memberikan pengaruh positif pada orang lain. Keinginannya yang paling kuat adalah dapat memberikan pengaruh pada anak-anak dengan cara yang positif. Tiger merasa untuk inilah semua yang ia lakukan. Tampak jelas bagaiman values yang ada didirinya bekerja.
Tiger berasal dari keluarga multicultural. Ayahnya keturunan Afrika sementara Ibunya berdarah Thai. Dalam salah satu website resmi menyangkut Tiger dikatakan bahwa Wood memiliki latar belakang etnis Afrika, Thai, Chinese, American Indian, dan Eropa.
Di situs itu pula disebutkan bahwa Tiger adalah individu multirasial, bahkan dikatakan bahwa ia adalah real presence dan kemampuannya untuk membantu orang lain berkembang hingga keluar Amerika. Banyak orang yang merasa bahwa ia akan menjadi orang yang berpengaruh besar bagi dunia – bukan hanya dalam golf saja. Ia dapat merangkul semua hal menjadi satu. He is a universal child – truly multicultural. Demikian dikatakan dalam situs tersebut.
Tiger yang beragama Budha –mengikuti keyakinan ibunya ini– mempercayai bahwa keyakinannya inilah yang memberinya kesadaran diri dan membentuk dirinya yang sekarang. Dulu ia seorang yang keras kepala dan tidak sabar – menginginkan segalanya sempurna. Saat ini ia memahami bahwa ia harus bekerja atas segala hal-hal yang ada dalam hidupnya dan ini membutuhkan waktu dan disiplin.
Orang yang paling berpengaruh dalam hidup Tiger adalah sang ayah, Earl Woods. Ayahnya yang berperan meningkatkan kepercayaan dirinya, meyakinkannya bagaimana ia menjadi semakin baik dalam golf dan dalam hidup, setiap kali ia akan berangkat tidur. Ayahnya juga tidak pernah memaksanya untuk bermain golf. Tiger melakukannya karena ia menginginkannya. Orang kedua yang berpengaruh besar adalah sang ibu, Kultida Punsawad. Kesabaran sang ibu yang tidak pernah mengeluh saat menemaninya berlatih golf dan mencatat score-nya berapa lama pun ia berlatih, membuatnya yakin bahwa mereka berdualah orang-orang yang sangat penting dalam hidupnya.
Sebagai penutup, dikutipkan apa yang dikatakan Michael Jordan, bintang basket dunia, tentang Tiger Woods, “Tiger… will succeed and expand across all racial barriers…. I admire him… for establishing a new plateau, a higher ground, if you will…. I really do believe he was put here for a bigger reason than just to play golf. I don’t think that he is a god, but I do believe that he was sent by One.”
Bagaimana? Siapkah Anda menjadi the next TW, terutama dalam karir yang Anda tekuni?