Apakah aset yang dimiliki oleh semua orang dalam jumlah yang sama besar, baik dia laki-laki, perempuan, kaya, miskin, pengangguran, ataupun eksekutif? Ya. Jawabannya adalah waktu.
Semua manusia memiliki waktu sebagai aset dalam jumlah yang sama besar. Kita memiliki 24 jam/hari. Tidak ada yang memiliki kurang atau lebih dari itu. Tidak peduli kita punya uang atau tidak punya uang. Tidak peduli kita sehat atau sakit. Aset ini juga tidak bisa kita beli atau tukar dengan aset kita yang lain.
Mengapa kita perlu memandang waktu sebagai aset? Dari sudut pandang akuntansi, aset didefinisikan sebagai sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh perusahaan/organisasi sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan darimana manfaat ekonomi dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, dan dapat diukur dengan satuan uang.
Jika mengandaikan diri kita sebagai perusahaan, maka kita memiliki waktu sebagai sumber daya yang kita dapatkan karena telah membuat perjanjian di ‘masa lalu’ dengan Yang Diatas. Selanjutnya apakah kita mendapatkan manfaat dari aset tersebut? Inilah tantangannya.
Semakin baik kita memanfaatkan waktu kita, semakin sukses kita mengelola hidup. Dan kita dapat mengukur aset ini dengan satuan uang, salah satunya adalah kekayaan finansial yang kita dapatkan, walaupun ada yang lebih penting dari itu, yaitu kekayaan spiritual.
Waktu adalah satu-satunya aset yang diberikan secara gratis oleh Yang Diatas. Tidak ada satu mahluk-pun yang dapat menguasai aset kita ini. Sepanjang kita masih berada di dunia ini dan tidak berada di bawah perbudakan mahluk lain.
Masalahnya adalah tidak semua orang menyadari bahwa waktu adalah aset yang harus dikelola dengan baik, sehingga bisa mendapatkan kehidupan yang lebih bahagia dan sukses dalam menjalani semua sisi kehidupan.
Bagi Anda yang suka membaca biografi orang-orang sukses. Ada satu hal yang patut Anda cermati, yaitu orang-orang sukses ini memanfaatkan waktunya dengan baik. Dan lebih spesifik lagi, banyak eksekutif yang memiliki karir sukses ternyata mempunyai kebiasaan memulai harinya di pagi hari. Bahkan banyak yang memulainya pada pukul 4 pagi. Ada yang mulai dengan berdoa pada Yang Diatas, melakukan meditasi, berolahraga, melakukan hobi, membaca koran, menulis buku, dll.
Mungkin inilah yang dikatakan bahwa banyak rezeki di pagi hari, jadi hanya yang bangun pagi yang mendapatkan rezeki ini. Tetapi kalau kita pikirkan secara logika, memang benar adanya kita mendapatkan banyak kebaikan di pagi hari.
Mulai dari udara segar yang kita hirup di halaman rumah, badan yang bugar karena berolahraga, otak yang semakin pintar karena membaca buku, jiwa yang semakin sehat karena ber ‘tukar pikiran’ dengan Yang Diatas, dan juga malaikat pembawa sukses yang menempelkan kesuksesan pada orang yang bangun pagi… hmm siapa tahu?
Namun memang tidak berarti mereka yang bangun jam 4 pagi, otomatis mendapatkan kebahagiaan. Ada banyak sekali faktor yang membuat kita sukses. Nah jika Anda sudah memiliki faktor-faktor lain itu, maka saatnya Anda memanfaatkan waktu Anda untuk lebih bahagia lagi.
Jadi ubahlah mindset Anda atas waktu Anda, dan dapatkan hidup yang lebih bahagia di semua sisi kehidupan Anda, termasuk karir Anda.