Profil Karir – Nazmiyah Sayuti
Istilah Fund Manager sudah tidak asing lagi di kalangan pasar modal. Sebuah profesi yang melekat pada orang-orang yang bekerja untuk mengelola uang sebagai salah satu bentuk modal. Kepiawaian mengelola uang milik orang lain dengan filosofi sangat teliti dan detil, seolah uang itu milik diri sendiri menjadi acuan utama fund manager yang handal. Dengan demikian uang sebagai modal tidak hanya berdiam diri, melainkan uang itu benar-benar bekerja bagi sang pemiliknya, menghasilkan keuntungan.
Namun dalam perkembangannya fund manager tidak hanya dibutuhkan di dunia pasar modal capital, melainkan juga makin dibutuhkan di sektor sosial, khususnya untuk community development.
Kondisi alam dan lingkungan yang makin rawan bencana di muka bumi ini membutuhkan orang-orang yang mampu mengelola dana bantuan sosial. Bahkan para penyumbang dana pribadi dalam jumlah besar (philantropis) maupun institusi (funding/donor) akan dengan senang hati memberikan dana sumbangannya pada lembaga ataupun organisasi yang terpercaya pengelolaannya.
Bila sudah begitu, tentu saja para fund manager di sini tidak mengelola uang untuk diputar dan menghasilkan keuntungan, melainkan lebih pada pengelolaan keuangan agar dana tersebut sampai pada penerima manfaat (beneficiries) secara tepat, sesuai yang diharapkan oleh para donotarnya.
Adalah Nazmiyah Sayuti atau akrab dipanggil Nana, merupakan salah satu fund manager yang memiliki pengalaman cukup nyata pada bidang fund manager dengan dua pendekatan berbeda ini, yakni pada bidang capital market dan juga di bidang community development.
Nana saat ini menjabat sebagai Direktur Pelaksana RANTF (Recovery Aceh-Nias Trust Fund) BRR (Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Nanggroe Aceh Darussalam dan Nias). BRR sendiri merupakan sebuah Lembaga Pemerintah langsung di bawah presiden yang mandatnya dari tahun 2005-2009 untuk pemulihan kondisi Aceh dan Nias pasca bencana tsunami dan gempa bumi.
Sementara RANTF sebagai salah satu unit BRR berfungsi sebagai pengelola dana amanah pemulihan Aceh-Nias yang bersumber dari mekanisme non-APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara). Dana ini juga kerap disebut sebagai dana off-budget, yang bersumber dari donasi negara, lembaga dan masyarakat nasional, internasional (baik yang berasal dari perusahaan, maupun perorangan).
Nana yang telah berpengalaman lebih dari tiga belas tahun pada bidang asset management, research analyst dan capital market di Indonesia, serta pernah bekerja selama lima tahun di Housing Agency of the City Government of New York, Amerika Serikat ini, menuturkan berbagai pengalamannya seputar dunia fund manager.
“Pekerjaan saya saat ini memang tidak terlepas dari kegiatan sebagai Fund Manager secara umum meskipun ada perbedaannya. Bila dulu saat menjadi fund manager di capital market, pertanggungjawaban saya hanya pada para pemilik modal, pemilik uang. Nah, saat ini banyak pihak yang harus saya lapori untuk pertanggungjawaban pengelolaan dananya,” kata perempuan yang tampak selalu energik ini.
“Terutama pada para donor yang telah memberikan uangnya, kemudian juga secara internal kepada BRR selaku badan pemerintah, dan juga pada stakeholder lainnya yakni pada para penerima manfaat itu sendiri, dan juga pihak-pihak lainnya yang terkait, sampai kepada masyarakat umum,” ungkap single parent dari dua anak ini dengan lugas.
“Penyampaian laporan kepada semua pihak ini menjadi penting karena dengan demikian transparasi dan akuntabilitas dari pengelolaan ini benar-benar bisa terlihat secara terbuka. Masyarakat jadi tahu, berapa dana yang dihibahkan oleh donor, dan donor juga tahu untuk apa saja penggunaan sumbangannya,” imbuh perempuan yang hobi berenang dan bersepeda ini.
“Terus terang sejak bergabung di BRR sejak tahun 2005 lalu, saya makin belajar banyak tentang bidang community development. Bahkan sekarang saya menyadari keberhasilan pembangunan masyarakat itu memang 60%nya itu ada di grass root, langsung ada di akar rumput masyarakat. Kalau masyarakatnya tidak tergerak, kemungkinan program yang ada akan tersendat. Dengan demikian memang mengelola dana hibah semacam ini tantangannya berbeda dengan pengelolaan dana di capital market,” terang pemilik lisensi Manager Investasi ini.
Ketika ditanya tentang perbedaan penghasilan mengelola dana di capital market dan di bidang community development, Nana mengawali jawabannya dengan tersenyum lebar “Jelas beda kan tujuannya, kalau dulu pemilik dana mempercayakan dananya makin bertambah sebagai modal, sekarang para donatur mempercayakan agar amanahnya sampai ke masyarakat.”
“Artinya, dulu saya hanya melayani kepentingan beberapa orang saja, saat ini pengabdiannya lebih ke masyarakat. Rasanya saya mendapatkan kepuasaan batin apabila melihat bahwa dana bantuan tersebut benar-benar dimanfaatkan oleh masyarakat luas. Bahwa sarana air bersih, listrik, pendidikan, kesehatan, dan lain-lain itu bisa benar-benar dinikmati masyarakat banyak,” paparnya lagi.
Tentang profesi fund manager secara umum, Nana yang sebelum bergabung di BRR pernah menjadi Direktur ING Investment Management Indonesia ini memberikan gambaran bahwa menjadi pengelola keuangan ini seorang fund manager tidak hanya harus memiliki sikap keseriusan, ketelitian, namun juga dibutuhkan sense of humour yang cukup dalam menghadapi tekanan kondisi keuangan nasional dan internasional. Karena kalau tidak, akan banyak fund manager yang stress berat ketika kondisi keuangan dunia tidak menentu.
“Yang jelas, karena kita mengelola dana milik orang lain, maka kita harus benar-benar menjadikannya sebagai pekerjaan yang fun, yang menyenangkan,” imbuhnya menutup pembicaraan.