oleh Ardiningtiyas P.
Setiap Senin, antara pukul 07.30 – 08.00 wib, apa yang sedang Anda lakukan? Memulai aktivitas awal minggu seiring laju kendaraan yang merambat di seluruh lajur kota? Bagi Anda yang tinggal di kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Medan, mungkin antara sarapan dan kemacetan telah menjadi menu utama. Yang pasti, pada hari Senin, 22 Juni 2009, Konsultankarir mengawali pagi cerah Jakarta dengan berbincang kecil bersama Penyiar Hardrock Fm Bali.
Diskusi ringan pagi itu diawali dengan pertanyaan ‘klise’ namun tetap tajam membangunkan alarm profesionalitas kita semua. “Apa mereka yang membawa pulang pekerjaan kantor bisa disebut sebagai karyawan yang loyal?” Sebelum menjawab pertanyaan ini, seberapa sering si karyawan membawa pulang pekerjaan kantornya? Jika dalam skala 1 – 5, ia berada di titik 7, maka jawaban untuk pertanyaan di atas adalah panik, bukan loyal.
Mengapa sampai membawa pulang pekerjaan kantor? Apakah ia tidak bisa mengatur waktu secara efisien? Atau ada faktor lainnya? Roda memori Anda mungkin langsung bergerak berpatroli megumpulkan pengalaman-pengalaman ketika harus membawa pulang pekerjaan kantor ke rumah.
Bekerja untuk Hidup.
Bekerja adalah bagian penting dan krusial dalam kehidupan ini, namun bukan satu-satunya aktivitas. Pandangan negatif pada karyawan yang ‘selalu’ membawa pulang pekerjaannya sangat bisa dipahami. Hal ini, karena kita tidaklah hanya sebagai karyawan perusahaan X, melainkan juga sebagai si A, sebagai ayah, ibu, sahabat, dan masih banyak lagi. Dinamika pribadi sebagai insan sosial ini yang membutuhkan kearifan untuk memberikan porsi yang proporsional. Proporsional dalam bekerja, bersosialisasi (let’s say.. hip hip hura), kontribusi sosial-masyarakat,peningkatan kualitas diri (melanjutkan pendidikan, mengikuti kelas lukis-hobi, pendidikan informal- seminar, pelatihan, konferensi), atau meluangkan waktu untuk diri sendiri; memutar musik kesayangan, membaca novel dan kletak-kletik potato chips…
Bekerja tidak sebatas Tugas.
“Ini jobdes saya, titik.” Pernahkah Anda mendengar kalimat itu terlontar dengan nada alih-alih tegas namun ‘merajuk’? Tanpa kuliah panjang, si penutur sebearnya tahu persis, bahwa ia adalah bagian dari satu organisasi besar, yang terdiri dari organisasi-organisasi kecil. Ia adalah noktah yang penting bagi bagian lain, namun akan tertiup angin, jika tidak ada noktah lainnya.
Anda pasti tidak sendiri ketika jadwal yang telah diatur dengan cantik di awal bulan, awal minggu, tiba-tiba harus digeser kanan-kiri, untuk kelarasan roda perusahaan, organisasi bersama.Tidak ada yang statis, pun di dunia kerja. Faktor ini biasanya yang menyebabkan ‘mau tidak mau’ sebagian karyawan mendapatkan ‘bonus’ membawa pulang pekerjaan. Implementasi sistem baru, misalnya, migrasi dari sistem lama ke sistem baru tidak bisa dilakukan dengan steril; menghentikan operasional satu bulan untuk kesiapan sistem. Tak dapat dipungkiri akan sangat melelahkan dan mengganggu senyum lebar karyawan, tetapi, penggandaan pekerjaan dalam situasi ini menjadi pilihan realistis dan harus disokong semua pihak.
Penyusunan dan eksekusi prioritas juga tidak jarang menjadi faktor lain. Terkait dengan klien, karyawan atau perusahaan itu sendiri dituntut untuk cepat bertindak. Berbagai revisi timeframe bisa saja terjadi karena faktor-faktor internal perusahaan. Menu hidangan tidak selalu ikan besar, artinya ada kondisi tertentu di mana klien kecil tetap dibutuhkan untuk menjaga jalannya roda bisnis tetap survive. Bisa saja ikan kecil ini menyelip di antara pemasakan ikan besar. Atau adanya pekerjaan tambahan dari klien terjadwal yang mendadak harus dilakukan terkait dengan kelangsungan project.
Silahkan intip agenda Anda, apakah kepanikan atau loyalitas pada pilihan diri, profesionalitas, pekerjaan, dan perusahaan?
Semoga Bermanfaat.
*Special Thanks & Success for Hardrock Fm Bali.
Wow, ternyata sudah masuk di websitenya… Special thanks untuk Mbak Pipit yang sudah banyak bantu Hard Rock FM Bali… 🙂