Thursday, April 25, 2024
HomeBlogTersadar...

Tersadar…

Oleh: Me

Setiap kali selesai meeting dengan tim Konsultankarir.com (KK), ada semangat yang berkobar dalam diri ini. KK adalah sebuah proyek impian yang kami bangun dan kami besarkan dari nol. Ada perasaan yang luar biasa melihat perjalanan KK selama ini, apalagi ketika pekerjaan ini mulai membuahkan hasil yang nyata.

Dan apa yang paling menyenangkan dari semua ini? Adanya kesadaran yang muncul dari dalam diri bahwa yang menentukan kemana kita melangkah adalah diri kita sendiri. Mau ke arah mana kita menuju semua tergantung pada keputusan kita, dan pada keberanian kita untuk bertindak.

Tetapi keberhasilan KK sejauh ini tidak hanya bergantung pada kami, tapi kepada Anda juga, para pembaca setia KK, yang dengan rela memberikan waktu dan perhatiannya untuk mencermati setiap artikel yang ada di KK. Dan memang semua kembali ke diri kita masing-masing. Bila kita mau berupaya keras dan cermat, kitalah yang mendapatkan hasilnya. Demikian pula apabila kita bodoh dan malas, maka kita pula yang menerima akibat buruknya.

Selain menjalankan KK bersama teman-teman, saat ini saya juga mengerjakan pekerjaan lain yang tidak memungkinkan saya untuk muncul secara nyata di KK. Itulah sebabnya mengapa saya belum mem-publish-kan diri di situs web ini. Selaku salah seorang pendiri dan motor penggerak KK sudah sewajarnya saya tampil, namun ada kesepakatan lain yang telah dibuat dan harus saya hormati.

Jika waktunya tiba, pada akhirnya saya akan tampil dan memberikan lebih banyak lagi kontribusi bagi Anda dan KK. Tetapi, saat ini-pun sebenarnya Anda sudah dapat membaca tulisan-tulisan saya di kolom artikel dan jawaban konsultasi. Harapan saya tulisan-tulisan di kolom tersebut berguna dan bermanfaat bagi Anda.

Kembali ke kesadaran diri yang saya kemukakan di atas. Rasanya sangat berbeda antara bekerja untuk orang lain dengan bekerja untuk diri kita sendiri. Dulu pada waktu bekerja di kantor alias menjadi karyawan, sepertinya saya bahagia. Saya tertawa dan bercengkerama dengan teman kerja setiap hari, sebagai bagian dari kehidupan kantor yang menyenangkan.

Makan siang adalah saat yang paling ditunggu-tunggu, di mana para raja dan ratu gosip berkumpul. Kami membicarakan apa saja, baik yang terjadi di kantor maupun di luar kantor, termasuk membicarakan karakter-karakter orang juga. Bertemu dan berbincang dengan teman kerja saya yang kadang lucu, kadang aneh, kadang jengkelin membuat saya mapu menghadapi stress dalam pekerjaan. Kami tertawa terus. Secara medis, seharusnya kami sehat. Well, mungkin selain gaji, faktor pergaulan dan kehidupan perkantoran membuat saya bertahan.

Namun, saya sadar, semua kesenangan bekerja di bawah orang lain hanya bersifat sementara saja. Siapa yang dapat menjamin bahwa kita dapat tetap bekerja terus di sana? Ya. Tidak ada. Tdak ada yang dapat menjamin bahwa kita masih dapat bekerja di sana. Bahkan dengan alasan krisis ekonomi, orang yang berkinerja sebaik apapun bisa terkena PHK. Karena itu bukan milik kita alias bukan kita sebagai pemilik bisnis.

Beberapa contoh berikut ini mungkin dapat menyadarkan diri kita bahwa kita tidak dapat mengontrol kepemilikan atas pekerjaan kita selama masih menjadi karyawan. Seorang teman saya baru saja “dirumahkan.” Dia bekerja pada suatu perusahaan besar hasil merger antara perusahaan besar Malaysia dan Indonesia. Singkat cerita, bukan karena bisnis tidak baik, namun karena persengketaan antara kedua belah pihak yang menjadi pemilik tidak kunjung mencapai kesepakatan, karyawan harus dirumahkan sementara. Daripada perusahaan terus berdarah-darah karena tidak jelas kegiatan bisnisnya.

Ini adalah suatu contoh betapa tidak berdayanya sebagai seorang karyawan. Walau kita sudah bekerja dengan sangat maksimal, namun karena hal-hal yang di luar kontrol kita, kita pun dapat kehilangan pekerjaan. Inilah suatu hal yang membuat saya tersadar, betapa kita harus mempunyai semacam investasi masa depan, dengan membangun bisnis kita sendiri berbekal kemampuan dan pengalaman kita.

Contoh lain tentang ketidakberdayaan itu terjadi pada sebuah perusahaan kecil yang dimiliki oleh keluarga. Tidak adanya aturan dan sistem penilaian yang jelas menimbulkan kecemburuan yang besar antar karyawan. Misalnya ada karyawan yang mendapatkan mobil, ada yang tidak. Ada karyawan yang dibelikan handphone, yang lain tidak. Semuanya terjadi tanpa ada aturan yang jelas. Orang-orang mempertanyakan, kenapa dia dibeliin? Apa prestasi dia? Tidak jelas. Dugaan yang paling mendekati adalah karena dia dekat dengan big boss.

Setelah saya pikirkan mengenai kasus itu, well, wajar saja. Secara profesional mungkin itu tidak baik dan tidak kondusif untuk kemajuan perusahaan, tetapi lah wong yang punya perusahaan dia kok, ya terserah dia dong mau ngasih mobil ke siapa, handphone ke siapa… Itu adalah sesuatu yang di luar kontrol kita sebagai karyawan dan itu wajar saja terjadi.

Ini hanyalah sedikit contoh bagaimana kita tidak memiliki kontrol atas pekerjaan yang kita miliki, sepanjang kita masih bekerja dengan orang lain. Ini sangat berbeda apabila kita bekerja untuk diri kita sendiri. Jadi apabila Anda belum mempunyai bisnis sendiri, mulailah pertimbangkan. Namun jangan juga gegabah dan langsung secara emosional melepaskan segalanya.

Bekerja untuk diri sendiri (pemilik bisnis) dibandingkan bekerja untuk orang lain (karyawan), tentunya memiliki tantangan yang berbeda dan 1000 kali lebih berat. Mental baja dan semangat pantang menyerah mungkin salah satu yang perlu kita miliki jika sudah memutuskan untuk menjadi pemilik bisnis. Kata kuncinya bersiaplah!

(M)

RELATED ARTICLES

3 COMMENTS

  1. Betul sekali “M”.. wirausaha harus menjadi tujuan akhir. Memang tidak dipungkiri, dunia ini butuh 2 bentuk entity, yang satu pemberi kerja, yang satunya lagi pencari kerja, itu memang sudah jadi komponen dari sistem sebuah bisnis. Yang perlu digaris bawahi adalah, jangan terus-menerus menjadi pencari kerja, karena harus ada regenerasi didalamnya.

    Sukses selalu!

  2. Dear Rangga,

    Terima kasih banyak. Komentarmu bagus sekali. Memang benar selalu harus ada pemberi dan pencari kerja, biar seimbang dunia ini. Gak selamanya kita jadi pencari kerja, suatu saat harus berubah kuadran menjadi pemilik bisnis.

    Sukses selalu buat kamu juga!

    m

  3. Hmmm… tulisan ini sepertinya curhat pribadi ya? hehe…

    Kalo bagi saya, bekerja (baik menjadi wirausahawan maupun karyawan) punya tujuan yang sama, yaitu mengisi hidup. Sementara tujuan itu itu sendiri apa? Kadang kita perlu melihat the big picture, bukan sekedar melampiaskan ambisi pribadi (e.g. ingin punya perusahaan sendiri).
    Di satu sisi, walaupun kita sudah berusaha, ada jalan hidup yang digariskan dan dimonitor oleh Yang Kuasa. Bahasa sehari-harinya nasib/takdir. Dan bila jalan hidupnya menjadi karyawan atau wirausahawan, demikianlah adanya.
    Kembali lagi, yang utama adalah tujuan hidup itu sendiri…

    Saya sendiri sangat bersyukur karena bisa memparalelkan keduanya. Bekerja di sebuah perusahaan yang baik dengan posisi yang baik pula, dan memiliki 2 buah bisnis (1 dirintis bersama teman, 1 lagi dirintis bersama keluarga).

    Baik sebagai karyawan maupun wirausahawan, keduanya membuat saya tertantang dan bersemangat untuk berkembang dan mengembangkan orang-orang di sekitar saya.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular

Recent Comments

konsultankarir on Pilihan, Memilih or Stuck
konsultankarir on Bingung S2
konsultankarir on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
konsultankarir on Memilih Jurusan S2 yang Tepat
konsultankarir on Gagal tes psikotest
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
konsultankarir on Sulit mendapatkan pekerjaan
konsultankarir on Wawancara dan Psikotest
konsultankarir on Kuis:Career Engager
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Selalu Gagal dalam Interview
konsultankarir on Interview Magic
konsultankarir on Pindah Tempat Kerja
konsultankarir on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
konsultankarir on Psikotes Menggambar
konsultankarir on Memilih Jurusan S2 yang Tepat
konsultankarir on Memilih Jurusan S2 yang Tepat
konsultankarir on Bingung S2
konsultankarir on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
Angelina Tria Puspita Rini on Memilih Jurusan S2?!
Lisa on Bingung S2
Fiviiya on Psikotes Menggambar
Wendi Dinapis on Memilih Jurusan S2?!
hasenzah on Memilih Jurusan S2?!
yulida hikmah harahap on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
Galuh Rekyan Andini on Memilih Jurusan S2?!
burhanuddin on Memilih Jurusan S2?!
Dian Camellyna on Kuis:Career Engager
ABDUL RAHMAN on Wawancara dan Psikotest
Melva Ronauli Pasaribu on S1 Teknik Informatika S2 Bagusnya Apa?
Faradillah Rachmadani M.Nur on Memilih Jurusan S2?!
Taufik Halim on Memulai Bisnis Fotografi
Edo on Bingung S2
konsultankarir on Profesi yang sesuai
konsultankarir on Bingung S2
yaya on Bingung S2
konsultankarir on Memilih karir
dewi on Pindah kerja
konsultankarir on Memilih Jurusan S2 yang Tepat
dewi on Pindah kerja
Tyas on ILKOM atau MTI
hary on ILKOM atau MTI
Kiki Widia Martha on Buku ‘My Passion, My Career’
jalil abdul aziz on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
Nono Suharnowo on Bagaimana agar produktif?
syukri on Jujur atau tidak?
Nida shofiya on Bingung pilih fakultas
abdul madjid on Gagal tes psikotest
abdul madjid on Gagal tes psikotest
Aris on Tujuan karir
NURANI on Tujuan karir
dede on Tujuan karir
Rika on Tujuan karir
Djoko triyono on Sulit mendapat pekerjaan
marco on E-mailku unik!
Efik on Memilih karir
noer hasanah on Berminat ke NGO Asing
ilah susilawati on Status dan jenjang karir
yusi bayu dwihayati on Berpindah Karir di Usia 32
dino eko supriyanto on Menyiapkan Business Plan
Gunawan Ardiyanto on 10 Biang Bangkrut UKM
Nahdu on Table Manner
krisnadi on 10 Biang Bangkrut UKM
rani on Table Manner
yuda_dhe on Table Manner
Putrawangsa on Memilih Jurusan S2?!
aira on Time Management
Emi Sugiarti on Sudahkah Anda Peduli?
fitria on Table Manner
Ardiningtiyas on Menuju 'Incompetency Level'
Sri Ratna Hadi on Dari Penjahit ke Penulis
monang halomoan on Program SDM tahunan
merlyn on Ayo, Kreatif!
Silvester Balubun on Table Manner
Avatara on Istimewanya Rasberi
vaniawinona on Table Manner
defianus on Tips Negoasiasi Gaji
Dewi Sulistiono on Meniti Sebatang Bambu
Rena on Tersadar…
Dendi on Ayo, Kreatif!
Denni on Menemukan Mentor