Saturday, November 23, 2024
HomeArtikelMy JourneyPekerjaan Mulia

Pekerjaan Mulia

If you’re not playing a big enough game, you’ll screw up the game you’re playing just to give yourself something to do. –ANONYMOUS

Pekerjaan mulia identik dengan panggilan jiwa, penuh ketulusan, tanpa pamrih dan sepenuh hati. Biasanya stempel ini cenderung disematkan pada mereka yang berprofesi sebagai pengajar (guru / dosen), paramedic (dokter / perawat), dan pekerja social (sukarelawan).

Bagaimana dengan pengusaha, bankir, atlet, pekerja seni (actor, penyanyi, perupa, pelukis), sastrawan, politikus, praktisi hukum (hakim, jaksa, pengacara). Bukankah mereka menyediakan lapangan kerja, melayani nasabah, mengharumkan nama bangsa, menghibur dan berkarya, juga menegakkan keadilan? Akan sangat panjang daftar profesi yang berhak protes jika dinilai tidak mulia.

Studi dalam vocational psychology menunjukkan tiga orientasi dalam bekerja, yakni (1) panggilan; (2) karir; (3) pendapatan.

(1) Panggilan; mereka yang menempatkan cinta dan ketertarikan tinggi dalam melakukan aktivitas kerja. Kedalaman afeksi/perasaan/emosi inilah yang tidak jarang mengundang gambaran ekstrem ‘tanpa pamrih’. Mereka akan tetap menjalani profesi itu meski minim pendapatan bahkan tidak dibayar. Keterlibatan personal secara penuh yang menampilkan ketulusan dengan perhatian ekstra untuk menghasilkan yang terbaik, ada atau tanpa tuntutan (atasan/klien). Mereka memiliki motivasi intrinsic yang begitu kuat sehingga mampu memberikan pengaruh bagi orang di sekitarnya.

(2) Karir; mereka yang mengutakan kepuasan dan tujuan jangka panjang dalam perjalanan berkarya atau aktivitas kerja. Penghargaan seperti promosi, tunjangan (termasuk kesempatan untuk meningkatkan skill dan pengembangan diri), jenjang dan struktur biasanya menjadi indicator fisik yang cukup mudah dikenali. Namun investasi mereka secara personal juga cukup kental, tidak hanya pada aspek – aspek teknis dunia kerja. Ciri lainnya, kepuasan professional dengan standard internal diri mengambil peran yang penting. Karena aspek teknis menjadi salah satu pertimbangan utama dalam berkarir, maka mereka pun mencari atau berusaha menciptakan lingkungan yang kondusif secara teknis.

(3) Pendapatan; mereka yang mengutamakan pendapatan nominal (termasuk tunjangan fasilitas fisik) dalam bekerja. Pada orientasi ini, keterlibatan afektif biasanya tidak sekuat dan serumit kedua orientasi sebelumnya. Pertimbangan mereka lebih berat pada hal-hal teknis professional seperti bagaimana bekerja dengan benar, berhasil mencapai target, dan sebagainya. Mereka cenderung lebih praktis dan pragmatis, sehingga tidak jarang mendapatkan pandangan negative. Pada dasarnya, mereka mengacu pada prinsip ekonomi; bagaimana meraih pendapatan yang dapat memenuhi kebutuhan hidup.

Warna-warni profesi sesungguhnya selaras dengan alam yang penuh corak. Apapun profesi Anda, Anda lah yang menentukan orientasinya. Semoga bermanfaat 🙂

Previous article
Next article
Tyas
Tyas
Career Coach & HR Consultant - "Mind is Magic"
RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular

Recent Comments

konsultankarir on Pilihan, Memilih or Stuck
konsultankarir on Bingung S2
konsultankarir on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
konsultankarir on Memilih Jurusan S2 yang Tepat
konsultankarir on Gagal tes psikotest
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
konsultankarir on Sulit mendapatkan pekerjaan
konsultankarir on Wawancara dan Psikotest
konsultankarir on Kuis:Career Engager
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Selalu Gagal dalam Interview
konsultankarir on Interview Magic
konsultankarir on Pindah Tempat Kerja
konsultankarir on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
konsultankarir on Psikotes Menggambar
konsultankarir on Memilih Jurusan S2 yang Tepat
konsultankarir on Memilih Jurusan S2 yang Tepat
konsultankarir on Bingung S2
konsultankarir on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
Angelina Tria Puspita Rini on Memilih Jurusan S2?!
Lisa on Bingung S2
Fiviiya on Psikotes Menggambar
Wendi Dinapis on Memilih Jurusan S2?!
hasenzah on Memilih Jurusan S2?!
yulida hikmah harahap on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
Galuh Rekyan Andini on Memilih Jurusan S2?!
burhanuddin on Memilih Jurusan S2?!
Dian Camellyna on Kuis:Career Engager
ABDUL RAHMAN on Wawancara dan Psikotest
Melva Ronauli Pasaribu on S1 Teknik Informatika S2 Bagusnya Apa?
Faradillah Rachmadani M.Nur on Memilih Jurusan S2?!
Taufik Halim on Memulai Bisnis Fotografi
Edo on Bingung S2
konsultankarir on Profesi yang sesuai
konsultankarir on Bingung S2
yaya on Bingung S2
konsultankarir on Memilih karir
dewi on Pindah kerja
konsultankarir on Memilih Jurusan S2 yang Tepat
dewi on Pindah kerja
Tyas on ILKOM atau MTI
hary on ILKOM atau MTI
Kiki Widia Martha on Buku ‘My Passion, My Career’
jalil abdul aziz on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
Nono Suharnowo on Bagaimana agar produktif?
syukri on Jujur atau tidak?
Nida shofiya on Bingung pilih fakultas
abdul madjid on Gagal tes psikotest
abdul madjid on Gagal tes psikotest
Aris on Tujuan karir
NURANI on Tujuan karir
dede on Tujuan karir
Rika on Tujuan karir
Djoko triyono on Sulit mendapat pekerjaan
marco on E-mailku unik!
Efik on Memilih karir
noer hasanah on Berminat ke NGO Asing
ilah susilawati on Status dan jenjang karir
yusi bayu dwihayati on Berpindah Karir di Usia 32
dino eko supriyanto on Menyiapkan Business Plan
Gunawan Ardiyanto on 10 Biang Bangkrut UKM
Nahdu on Table Manner
krisnadi on 10 Biang Bangkrut UKM
rani on Table Manner
yuda_dhe on Table Manner
Putrawangsa on Memilih Jurusan S2?!
aira on Time Management
Emi Sugiarti on Sudahkah Anda Peduli?
fitria on Table Manner
Ardiningtiyas on Menuju 'Incompetency Level'
Sri Ratna Hadi on Dari Penjahit ke Penulis
monang halomoan on Program SDM tahunan
merlyn on Ayo, Kreatif!
Silvester Balubun on Table Manner
Avatara on Istimewanya Rasberi
vaniawinona on Table Manner
defianus on Tips Negoasiasi Gaji
Dewi Sulistiono on Meniti Sebatang Bambu
Rena on Tersadar…
Dendi on Ayo, Kreatif!
Denni on Menemukan Mentor