Bagaimana cara membangkitkan militansi (solidaritas, rasa memiliki) dalam sebuah organisasi kemahasiswaan yang bersifat nonprofit, dimana anggotanya memiliki minat dan kepentingan yang berbeda-beda?
Dear Pandita,
Kelompok (apapun namanya) merupakan media untuk mencapai tujuan bersama. Tujuan bersama ini tidaklah sesederhana yang tertuang di atas kertas, seperti AD/ART atau kesepakatan bersama. Apa visi dan misi organisasi ini? Mengapa saya, kamu, dia, mereka membentuk organisasi ini? Untuk apa bergabung dalam organisasi ini?
Begitu organisasi terbentuk, ia segera menuntut komitmen siapapun yang terlibat di dalamnya. Artinya konsisten dalam bertindak dan bersikap selaras dengan visi-misi organisasi. Break down tujuan organisasi menjadi aktivitas-aktivitas konkret dalam kurun waktu tertentu. Buat indicator pencapaian untuk tiap aktivitas sehingga organisasi bisa memonitor dan mengevaluasi.
Untuk membentuk tim produktif, sebuah organisasi perlu memiliki tujuan yang jelas, komunikasi efektif, kepemimpinan yang baik, mampu membuat keputusan efektif, mampu mengelola konflik secara konstruktif, dan secara positif menggunakan power (otoritas).
Jadi, cobalah untuk mengingat kembali tentang visi dan misinya. Konflik kepentingan akan selalu hadir sejalan dengan dinamika kelompok, dinamika interaksi di dalamnya. Namun, semua anggota kelompok memiliki satu alasan bersama mengapa bergabung dalam organisasi ini. Tugas ini bukan hanya tanggung jawab pemimpin namun, ada kondisi tertentu yang membutuhkan tindakan ‘formal’ pemimpin untuk meluruskan kembali arah gerak organisasi. Jika Anda tidak memiliki kewenangan ini, cobalah untuk membawa niat baik Anda ke tingkat organisasi. Meski ini juga tergantung pada masalahnya, Anda bisa mengingatkan anggota lain secara personal di setiap kesempatan.
Kelola konflik dengan bijaksana mulai dari proses negosiasi, konsensus hingga kompromi. Ambil langkah konsolidasi sehingga bisa memetakan masalah sesungguhnya. Adakalanya, masalah pribadi yang sebenarnya tidak terkait dengan organisasi membuat seseorang tampil egois. Atau adanya kekecewaan terhadap organisasi, tetapi tidak selalu berarti ingin menghancurkan kepentingan bersama.
Kedewasaan mengelola emosi memegang peran penting di sini. Harus ada pihak yang mampu meredam amarah, memberi semangat, dan sebagainya.
Fokuskan masalah sehingga organisasi dapat menganalisis dengan jelas dan terukur. Identifikasi masalah, seleksi informasi penting dan berorientasilah pada penyelesaian masalah. Setelah mengungkap ‘Mengapa’ , segera bergerak ke ‘Bagaimana mengatasinya?’ . Terbukalah pada berbagai alternative secara proaktif, artinya bukan hanya memoderasi “Kamu ingin apa?” atau “Terserah deh, saya ikut aja” tetapi juga berkontribusi mengusulkan solusi untuk dibahas bersama.
Minimalisir prasangka dengan mengkomunikasikan semua itu. Kemukakan dengan jelas tetapi ajukan pula alternatifnya sehingga anggota lain punya informasi untuk memahami dan bersama mencarikan solusi.
Komunikasikan kendala yang ada tetapi bedakan dengan keluh kesah. Biasanya tantangan organisasi kemahasiswaan adalah kepentingan (kewajiban) mahasiswa dalam proses belajar. Seperti tugas kuliah, jam kuliah, juga masalah personal masing-masing seperti keanggotaan dalam organisasi kemahasiswaan lain. Jangan jadikan kewajiban pribadi seperti tugas kuliah untuk alasan tidak memenuhi tanggung jawab organisasi yang telah disepakati. Jika ada kendala di tengah jalan, berkoordinasilah, sehingga tujuan organisasi tetap tercapai. Jika dalam meeting organisasi semua mengajukan masalah seperti tugas kuliah, praktikum, dsb, arahkan kembali ke tujuan bersama.
Jangan lupakan pula pendekatan personal, cara ini sering menjadi penyelamat organisasi. Kesimpangsiuran informasi, perlakuan formal dan kaku bisa menimbulkan prasangka dan perasaaan tidak dianggap oleh kelompok. Karena itu, cobalah bersikap fleksibel dengan mengedepankan asumsi positif. Bersiaplah menerima dinamika perasaaan rekan, senior, junior maupun pimpinan. Pada dasarnya setiap orang ingin dimengerti dan diterima.
Semoga bermanfaat & selamat melatih diri dalam dinamika organisasi.
Salam,
Ardiningtiyas