Saturday, November 23, 2024
HomeSaya dan KarirSekali lagi, komunikasi, please...

Sekali lagi, komunikasi, please…

Skill apakah yang paling ingin Anda kuasai dalam bekerja?

Pertanyaan di atas telah Anda temui di website konsultankarir.com dalam beberapa waktu ini. Skill komunikasi ternyata secara stabil berada di puncak pilihan pembaca, sesekali bergantian dengan skill kepemimpinan dan interpersonal. Top five hasil polling pada tanggal 28 November 2010 dari 394 pemilih adalah; (1) communication skill (16%, 65 Votes); (2) leadership skill (14%, 56 Votes); (3) interpersonal skill (14%, 55 Votes); (4) problem analysis skill (13%, 52 Votes); (5) planning & organizing skill (12%, 48 Votes).

Bila kita cermati, skill komunikasi dan interpersonal adalah dua hal yang sulit terpisahkan dalam interaksi di tempat kerja atau kehidupan social kita. Berkomunikasi bukan hanya berbicara,mendengarkan memberikan umpan balik, berbicara dalam bahasa yang sama, berekspresi baik wajah atau bahasa tubuh. Berkomunikasi memerlukan hati, satu bagian inti yang maha penting hingga pada saat yang sama bersifat rapuh.

Mengapa rapuh? Sebab tanpa hati, komunikasi hanya menjadi lontaran energi yang menguras waktu, hingga dapat berujung kekacauan interaksi personal maupun tim. Hasil polling menunjukkan betapa menantangnya skill komunikasi. Tidak itu saja, hasil ini semacam ?pengakuan? tingginya kebutuhan skill komunikasi dalam konteks kerja. Berkomunikasi juga melibatkan persepsi atau lebih tepatnya tuntutan adanya persepsi yang sama antar pihak.

Pada sisi lain, tiap individu memiliki latar belakang beragam. Latar belakang di sini artinya pengalaman bekerja, bekerjasama dengan orang lain, termasuk terlibat dalam konflik yang menguras energi secara psikologis maupun fisik. Latar inilah yang tidak jarang membingkai pikiran kita dalam berinteraksi dengan orang lain. Hingga kita terjebak dalam prasangka samar yang tidak kita sadari. Kompleksitas dan dinamika kehidupan kerja seringkali membuat kita memilih jalan pintas dengan lebih mengandalkan pada pengalaman masa lalu yang telah menghasilkan berbagai kategori.

Dalam bahasa psikologi, kategori-kategori ini memiliki nama stereotype hingga personality untuk personal. Sebenarnya kategori membantu kita untuk memahami, bukan memenjarakan pikiran. Namun sekali lagi, interaksi yang kita jalani adalah kompleks dan dinamis. Hingga kita sering lebih memilih untuk mengkategorisasikan tindakan orang lain dalam kategori yang kita kenal.

?Lihat saja, dia tipe orang yang suka memanfaatkan situasi..?; : ?Kok orang psikologi tapi nggak mau mengerti orang lain sih?; ?Capek deh, paling nanti dia juga seperti itu lagi..?; ?Namanya juga orang hukum, ahli argumen deh..?; ?Ah? pantas saja, di kantor sebelumnya dia juga dikenal drama queen..? ?Ini orang komunikasi kok gak nyambung??

Dalam lingkungan kerja, bagaimana kita mengkomunikasikan hasil kerja kita? Beberapa tips sederhana ini disarikan dari Brad Federm (Employee engagement ? a roadmap for creating profits, optimizing performance, and increasing loyalty ,San Fransisc; John Wiley & Sons,2009)

  • Pengulangan. Komunikasikan lagi dan lagi, jika perlu lakukan pengulangan untuk hal yang sama hingga semua pihak terkait mendapatkan pemahaman yang sama. Perhatikan reaksi yang terjadi, apakah memerlukan pengulangan dalam ?bahasa? berbeda.
  • Orientasi detil tiap orang berbeda. Adakalanya tanpa sengaja kita menghapus email sebelum membacanya. Perhatian teralihkan dengan deadline, isu personal ketika berbincang dengan rekan kerja lain hingga akhirnya mengganggu sensitivitas pada detil. Hal ini tidak berarti kemampuan kita buruk, kita berusaha karenanya jangan ?berprasangka? dan ?menghakimi? kejadian ini secara personal
  • Gunakan cara beragam. Kita perlu mendapatkan perhatian orang lain dan berbagi pikiran dalam komunikasi. Komunikasi yang kering dan formal dapat mengurangi pemahaman situasi secara menyeluruh. Jika diperlukan, berinteraksilah secara ?personal? melalui jalur informal dan personal.
  • Tema interaktif. Dalam komunikasi digital seperti e-mail, gunakan subject e-mail yang mampu menarik perhatian, sehingga pihak lain dapat dengan cepat menangkap sifat urgensi atau lainnya. Begitu pula dalaam komunikasi verbal, kita perlu terus mengasah diri untuk dapat menegaskan ?pesan? penting atau informasi yang umum.
  • Update. Informasikan secara cepat dan ringkas, baik pesan, report, atau pertemuan (minute of meeting).

Kini bagaimana kita meramu pernik-pernik di atas dengan beragam individu. Tidak jarang emosi merampas perhatian kita dari isu yang sebenarnya. Pada dasarnya setiap manusia ingin didengar dan dimengerti di kantor, rumah atau ruang publik. Semoga bermanfaat 🙂

Tyas
Tyas
Career Coach & HR Consultant - "Mind is Magic"
RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular

Recent Comments

konsultankarir on Pilihan, Memilih or Stuck
konsultankarir on Bingung S2
konsultankarir on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
konsultankarir on Memilih Jurusan S2 yang Tepat
konsultankarir on Gagal tes psikotest
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
konsultankarir on Sulit mendapatkan pekerjaan
konsultankarir on Wawancara dan Psikotest
konsultankarir on Kuis:Career Engager
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Selalu Gagal dalam Interview
konsultankarir on Interview Magic
konsultankarir on Pindah Tempat Kerja
konsultankarir on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
konsultankarir on Psikotes Menggambar
konsultankarir on Memilih Jurusan S2 yang Tepat
konsultankarir on Memilih Jurusan S2 yang Tepat
konsultankarir on Bingung S2
konsultankarir on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
Angelina Tria Puspita Rini on Memilih Jurusan S2?!
Lisa on Bingung S2
Fiviiya on Psikotes Menggambar
Wendi Dinapis on Memilih Jurusan S2?!
hasenzah on Memilih Jurusan S2?!
yulida hikmah harahap on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
Galuh Rekyan Andini on Memilih Jurusan S2?!
burhanuddin on Memilih Jurusan S2?!
Dian Camellyna on Kuis:Career Engager
ABDUL RAHMAN on Wawancara dan Psikotest
Melva Ronauli Pasaribu on S1 Teknik Informatika S2 Bagusnya Apa?
Faradillah Rachmadani M.Nur on Memilih Jurusan S2?!
Taufik Halim on Memulai Bisnis Fotografi
Edo on Bingung S2
konsultankarir on Profesi yang sesuai
konsultankarir on Bingung S2
yaya on Bingung S2
konsultankarir on Memilih karir
dewi on Pindah kerja
konsultankarir on Memilih Jurusan S2 yang Tepat
dewi on Pindah kerja
Tyas on ILKOM atau MTI
hary on ILKOM atau MTI
Kiki Widia Martha on Buku ‘My Passion, My Career’
jalil abdul aziz on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
Nono Suharnowo on Bagaimana agar produktif?
syukri on Jujur atau tidak?
Nida shofiya on Bingung pilih fakultas
abdul madjid on Gagal tes psikotest
abdul madjid on Gagal tes psikotest
Aris on Tujuan karir
NURANI on Tujuan karir
dede on Tujuan karir
Rika on Tujuan karir
Djoko triyono on Sulit mendapat pekerjaan
marco on E-mailku unik!
Efik on Memilih karir
noer hasanah on Berminat ke NGO Asing
ilah susilawati on Status dan jenjang karir
yusi bayu dwihayati on Berpindah Karir di Usia 32
dino eko supriyanto on Menyiapkan Business Plan
Gunawan Ardiyanto on 10 Biang Bangkrut UKM
Nahdu on Table Manner
krisnadi on 10 Biang Bangkrut UKM
rani on Table Manner
yuda_dhe on Table Manner
Putrawangsa on Memilih Jurusan S2?!
aira on Time Management
Emi Sugiarti on Sudahkah Anda Peduli?
fitria on Table Manner
Ardiningtiyas on Menuju 'Incompetency Level'
Sri Ratna Hadi on Dari Penjahit ke Penulis
monang halomoan on Program SDM tahunan
merlyn on Ayo, Kreatif!
Silvester Balubun on Table Manner
Avatara on Istimewanya Rasberi
vaniawinona on Table Manner
defianus on Tips Negoasiasi Gaji
Dewi Sulistiono on Meniti Sebatang Bambu
Rena on Tersadar…
Dendi on Ayo, Kreatif!
Denni on Menemukan Mentor