Saturday, November 23, 2024
HomePerspectiveResensi BukuKunci Menemukan Ide: Semua Punya Cerita

Kunci Menemukan Ide: Semua Punya Cerita

Judul: What the dog saw dan petualangan-petualangan lainnya
Penulis: Malcolm Gladwell
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Jumlah halaman: 457 + xi
Tahun: 2009
Harga: Rp. 80.000,00
Peresensi: Ardiningtiyas

Kembali, Malcolm Gladwell memukau dengan rangkaian kata yang mengalir, setelah sukses dengan ?The Tipping Point, Blink dan Ouliners?. Kekuatan Gladwell dalam esai-esainya tidak hanya mempesona pembaca namun juga tanpa sadar mengaburkan antara fiksi dan non fiksi. Dalam esai, penulis mengajukan pemikiran, sekaligus bertutur. Mengingatkan bahwa sesuatu/gagasan tidak akan menarik tanpa dibuat menarik atau ada pihak yang tertarik. Penulis membagikan tips secara implisit yang lebih terasa sebagai berbagi pengalaman dan curhat.

?Kuncinya menemukan gagasan adalah meyakinkan diri sendiri bahwa semua orang dan segala hal punya cerita. (h.xvi)?

?Sampo tidak menarik? Sebodo amat, pokoknya sampo itu harus menarik, dan kalau tidak, saya harus percaya bahwa ujung-ujungnya sampo akan membawa saya ke sesuatu yang memang menarik (Saya biarkan Anda menilai benar tidaknya saya dalam contoh itu) (h.xvi).?

Pembaca langsung disuguhkan ruang untuk tersenyum simpul, atau protes pada pengantar. Untuk selanjutnya menekuni kisah lain yang terangkum dalam tiga kotak besar, yakni: (1) Para obsesif, perintis, dan macam-macam genius minor lainnya; (2) Teori, prediksi dan diagnosis; (3) Kepribadian, sifat, dan kecerdasan.

Malcolm menggambarkan para obsesif, perintis dan macam-macam genius minor lainnyadalam kegigihan dan dedikasi pada karya (kerja). Seperti kisah Ron Popeil yang menemukan dan melakukan eksperimen tiada henti untuk kesempurnaan produknya secara mandiri untuk perusahaannya Ronco.

?Oven Showtime versi pertama berputar empat kali per menit. Ron melakukan perbandingan di dapurnya, memanggang ayam demi ayam dengan kecepatan putaran berbeda-beda, sampai ia menemukan bahwa kecepatan putaran optimal adalah enam putaran per menit (h.26).?

Dalam pandangan penulis, Ronco sebenarnya menjual kenyamanan dan kehidupan sehat dan menghabiskan ribuan dolar untuk merombak demi warna cokelat yang lebih merata. Tapi Ron paham, bahwa warna cokelat yang lebih merata itu penting, sebagaimana pintu kaca miring: karena setiap bagian rancangan produk harus mendukung penampilannya ketika didemonstrasikan – makin bagus tampilannya di panggung, makin gampang si tukang jual kecap menjualnya dan mendapatkan uang(h.26).

Bagian pertama ini tersusun atas esai-esai menarik termasuk judulnya: (a) ?Bagi cacing dalam lobak, dunia hanya sebatas lobak?; (b) Tukang jual kecap ? Ron Popeil dan penaklukan dapur Amerika; (c) Teka-teki saos tomat ? monster sekarang banyak macamnya, mengapa saus tomat tetap tak berubah? (d) Meledak ? cara Nassim Taleb mengubah bencana tak terelekkan menjadi strategi investasi; (e) Warna sejati ? pewarna rambut dan sejarah tersembunyi Amerika pasca-perang; (f) Kesalahan John Rock ? apa yang tak diketahui penemu pil KB tentang kesehatan perempuan; (g) Apa yang dilihat anjing ? Cesar Millan dan bahasa tubuh pakar.

Selanjutnya penulis melanjutkan berbagai pikiran uniknya dalam ?Teori,Prediksi dan Diagnosis?. Malcolm dengan gaya bertuturnya menganalisa, menyajikan argumentasi dengan data pendukung. Bagian ini lebih terasa seperti ?gugatan sosial? yang sesekali menyengat namun juga tetap menahan pembacanya untuk ?hadir? dan berdiskusi dengan penulis. Malcolm berargumentasi tentang intelejen, paradoks dan kecelakaan yang terjadi justru karena kepatuhan yang rapi. Seperti dalam judul ?Ledakan ? siapa yang bisa disalahkan atas bencana seperti ledakan Challenger? Tak seorang pun dan kita mesti terbiasa dengan itu.? (h.311).

?Andai kecelakaan Apollo 13 merupakan kecelakaan ?betulan? ? jika misi tersebut bermasalah akibat suatu kekeliruan besar atau vital ? maka kiranya kisah Apollo 13 akan jadi film yang kurang seru. Dalam kecelakaan betulan, orang ribut dan mencari-cari pelakunya. Pendeknya, mereka melakukan yang biasa dilakukan dalam film thriller Hollywood?(h.316)?

Seperti di bagian pertama, Anda akan menemukan menu siap santap: (a) Rasanya seperti menyetir mobil di jalanan antar kota sambil melihat lewat sedotan; (b) Rahasia terbuka ? Enron, intelejen, dan bahaya terlalu banyak informasi; (c) Murray sejuta dollar ? mengapa masalah seperti tunawisma boleh jadi lebih mudah dipecahkan daripada dikelola; (d) Masalah gambar ? memografi kekuatan udara, dan batas-batas penglihatan; (d) Sesuatu yang dipinjam ? haruskah tuduhan plagiarisme merusak hidup Anda? (e) Menyambungkan titik-titik ? paradoks reformasi intelejen; (f) Seni kegagalan ? mengapa sebagian orang tercekat dan yang lainnya panic; (g) Ledakan ? siapa yang bisa disalahkan atas bencana seperti ledakan Challenger? Tak seorang pun dan kita mesti terbuasa dengan itu.

Tentu saja pembaca bebas membaca ala pesawat ulang-alik atau pola beraturan. Mungkin para pembaca yang berkecimpung dengan urusan sumber daya manusia akan langsung tertarik membaca bagian ke tiga ini: Kepribadian, Sifat dan Kecerdasan (h.325). Malcolm menyinggung kesalahan dasar dalam atribusi yang sering terjadi pada siapapun ketika bertemu orang lain dan membuat kesimpulan. Dalam ?Apa yang sebenarnya kita dapat dari wawancara kerja?? Kesimpulan alami ketika menjabat tangan seseorangyang hangat atau terpesona dengan gaya bicaranya dalam wawancara kerja inilah yang membuat pewawancara ?terkecoh? dan berpotensi membuat penilaian yang salah.

Teknik wawancara terstruktur kemudian mengemuka untuk meminimalisir bias-bias tersebut.

?Wawancara terstruktur cukup kaku. Tiap pelamar diperlakukan persis sama. Yang menarik adalah betapa sempit tujuannya. Ketika saya mewawancara Nolan Myers, saya sedang mencari-cari kesan umum mengenai siapa dia; Menkes tampak sepenuhnya tidak tertarik mencari kesan umum tentang saya ? dia tampak menyadari betapa konyolnya harapan itu untuk satu wawancara selama sejam. (h.544)?

Pembaca terus diajak berdialog hingga akhir, bahkan kalimat bagian akhir sebetulnya tidak tepat. Pada bagian akhir buku, justru awal salah satu misteri besar manusia yakni manusia itu sendiri. Malcolm menyajikan: (a) Dia akan mengenakan jas berkancing ganda. Dikancingkan ? dan memang begitu; (b) Terlambat panas- mengapa kita mengaitkan kegeniusan dengan kecepatan berkarya? (c) Paling mungkin berhasil ? bagaimana cara mencari pegawai baru kalau tidak tahu siapa yang cocok untuk pekerjaannya? (d) Pikiran berbahaya ? cara mudah menyusun profil criminal; (e) Mitos bakat ? apa kita terlalu menganggap hebat orang pandai? (f) Jejaring anak baru ? apa yang sebenarnya kita dapat dari wawancara kerja? (g) Biang kerok ? yang bisa kita pelajari dari ajing pit bull tentang kejahatan.

Selamat menikmati!

Tyas
Tyas
Career Coach & HR Consultant - "Mind is Magic"
RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular

Recent Comments

konsultankarir on Pilihan, Memilih or Stuck
konsultankarir on Bingung S2
konsultankarir on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
konsultankarir on Memilih Jurusan S2 yang Tepat
konsultankarir on Gagal tes psikotest
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
konsultankarir on Sulit mendapatkan pekerjaan
konsultankarir on Wawancara dan Psikotest
konsultankarir on Kuis:Career Engager
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Selalu Gagal dalam Interview
konsultankarir on Interview Magic
konsultankarir on Pindah Tempat Kerja
konsultankarir on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
konsultankarir on Psikotes Menggambar
konsultankarir on Memilih Jurusan S2 yang Tepat
konsultankarir on Memilih Jurusan S2 yang Tepat
konsultankarir on Bingung S2
konsultankarir on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
Angelina Tria Puspita Rini on Memilih Jurusan S2?!
Lisa on Bingung S2
Fiviiya on Psikotes Menggambar
Wendi Dinapis on Memilih Jurusan S2?!
hasenzah on Memilih Jurusan S2?!
yulida hikmah harahap on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
Galuh Rekyan Andini on Memilih Jurusan S2?!
burhanuddin on Memilih Jurusan S2?!
Dian Camellyna on Kuis:Career Engager
ABDUL RAHMAN on Wawancara dan Psikotest
Melva Ronauli Pasaribu on S1 Teknik Informatika S2 Bagusnya Apa?
Faradillah Rachmadani M.Nur on Memilih Jurusan S2?!
Taufik Halim on Memulai Bisnis Fotografi
Edo on Bingung S2
konsultankarir on Profesi yang sesuai
konsultankarir on Bingung S2
yaya on Bingung S2
konsultankarir on Memilih karir
dewi on Pindah kerja
konsultankarir on Memilih Jurusan S2 yang Tepat
dewi on Pindah kerja
Tyas on ILKOM atau MTI
hary on ILKOM atau MTI
Kiki Widia Martha on Buku ‘My Passion, My Career’
jalil abdul aziz on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
Nono Suharnowo on Bagaimana agar produktif?
syukri on Jujur atau tidak?
Nida shofiya on Bingung pilih fakultas
abdul madjid on Gagal tes psikotest
abdul madjid on Gagal tes psikotest
Aris on Tujuan karir
NURANI on Tujuan karir
dede on Tujuan karir
Rika on Tujuan karir
Djoko triyono on Sulit mendapat pekerjaan
marco on E-mailku unik!
Efik on Memilih karir
noer hasanah on Berminat ke NGO Asing
ilah susilawati on Status dan jenjang karir
yusi bayu dwihayati on Berpindah Karir di Usia 32
dino eko supriyanto on Menyiapkan Business Plan
Gunawan Ardiyanto on 10 Biang Bangkrut UKM
Nahdu on Table Manner
krisnadi on 10 Biang Bangkrut UKM
rani on Table Manner
yuda_dhe on Table Manner
Putrawangsa on Memilih Jurusan S2?!
aira on Time Management
Emi Sugiarti on Sudahkah Anda Peduli?
fitria on Table Manner
Ardiningtiyas on Menuju 'Incompetency Level'
Sri Ratna Hadi on Dari Penjahit ke Penulis
monang halomoan on Program SDM tahunan
merlyn on Ayo, Kreatif!
Silvester Balubun on Table Manner
Avatara on Istimewanya Rasberi
vaniawinona on Table Manner
defianus on Tips Negoasiasi Gaji
Dewi Sulistiono on Meniti Sebatang Bambu
Rena on Tersadar…
Dendi on Ayo, Kreatif!
Denni on Menemukan Mentor