Kita sering sekali mendengar kata ini, lembur, sepertinya mereka yang pernah mengalami bekerja di kantor, bisa dipastikan pernah mengalami yang namanya lembur. Tetapi sebenarnya penting nggak sih lembur itu? Jawabannya bisa iya bisa tidak. Penting kalau memang diperlukan, tidak penting kalau memang kita bisa bekerja lebih efektif pada jam-jam office hours.
Ada seorang teman yang mengeluh, ketika anak buah di tim kerjanya ijin untuk bekerja di hari Sabtu, dan kemudian ia melarangnya. Yang terjadi kemudian anak-anak buahnya mencapnya sebagai bos yang pelit. Dia mendengar sendiri omelan anak buahnya yang mengatakan, “Uang overtime nggak seberapa aja, kenapa sih mau kerja di hari Sabtu aja dilarang. Perusahaan nggak akan bangkrut deh kalau sekali-sekali kita kerja di hari Sabtu.“
Kebetulan kantor teman saya memang tidak mengenal sistem lembur, yang ada sistem overtime. Padahal maksud teman saya, sebagai pimpinan, ia ingin anak buahnya istirahat di akhir minggu, pergi bersosialisasi atau menghabiskan waktu bersama keluarga.
Tanpa bermaksud menuduh bahwa mereka yang kerja lembur/overtime ingin mencari tambahan penghasilan, pada kenyataannya ada orang-orang yang memanfaatkan waktu lembur/overtime untuk menambah penghasilan, bahkan kadang-kadang dengan sengaja ‘menciptakan’ kerja lembur untuk tujuan ini. Sebaliknya, yang mengherankan, ada juga bos yang seneng sekali menyuruh anak buahnya kerja overtime/lembur. Yang menjadi pertanyaan apakah memang pekerjaannya tidak memungkinkan untuk dikerjakan pada office hours dan pada office days saja?
Memang terkadang kita butuh waktu overtime atau lembur pada saat-saat tertentu, misalnya menjelang tutup buku, launching produk baru, mempersiapkan report dan sebagainya. Tetapi alangkah baiknya kalau kerja overtime tidak dilakukan sepanjang minggu. Karena kerja yang efektif dan efisien pastinya juga akan menghemat biaya overhead kantor misalnya. Sering di malam hari, sekitar pukul 9 malam, kalau kita melewati sepanjang jalan Sudirma-Thamrin, kadang-kadang terlihat gedung-gedung perkantoran di beberapa lantainya masih menyala terang. Belum tambahan jam untuk AC, pastinya semua itu akan meningkatkan biaya overhead.
Jika diperhatikan, pukul berapa sih karyawan efektif mulai bekerja? Kalau dikatakan jam kantor dimulai pukul 9 pagi, biasanya karyawan akan tiba di kantor sekitar pukul segitu. Tetapi, setibanya di kantor biasanya mereka tidak langsung bekerja, kadang-kadang menyapa teman-teman sekantor dulu. Karyawan perempuan biasanya langsung pergi ke rest room untuk memperbaiki riasan wajah. Sebagian karyawan sarapan pagi dulu, diteruskan dengan merokok di tangga darurat bersama teman-teman yang lain. Bisa dikatakan mungkin efektif bekerja baru dimulai pukul 10 pagi.
Ketika tiba pukul 12 siang, acara makan siang yang harusnya cuma satu jam seringkali molor menjadi satu setengah jam. Dan menjelang sore hari, sekitar pukul empat sore, ada saja karyawan yang senang mencari makanan sore, entah sekedar gorengan tahu, atau mungkin semangkok bakso. Jika dihitung dalam sehari orang tidak efektif bekerja selama 8 jam. Mungkin hanya sekitar 6-7 jam saja. Tidak mengherankan pekerjaan yang harusnya bisa diselesaikan dalam satu hari kerja, misalnya 9 to 5, atau 8 to 5, terpaksa memerlukan waktu overtime sekitar 2 jam di hari itu. Kalau ini terakumulasi hingga beberapa minggu, tidak mengherankan menjelang deadline, orang baru kerja sampai larut malam, bahkan kadang-kadang akhir minggu pun dipakai untuk bekerja.
Hidup kita dalam sehari sudah dihabiskan di jalan (mengingat macetnya lalu lintas kalau hidup di Jakarta) dan di kantor. Bukankah lebih baik kalau kita menciptakan kerja yang lebih efisien dan memakai office hours dan office days secara optimal. Sehingga kita tidak pulang terlalu malam sampai di rumah, dan masih bisa makan malam bersama keluarga, menemani anak-anak belajar, ngobrol dengan pasangan, dan bersantai sambil menonton TV. Bagi yang lajang, mungkin masih sempat nonton ke bioskop bersama teman – teman atau pacar, atau mengambil kursus bahasa di sore/malam hari, sehingga selain bisa meningkatkan kemampuan diri, juga bisa bertemu teman-teman baru.
Walaupun bekerja itu penting, untuk mencari nafkah ataupun sarana aktualisasi diri, sebaiknya kita juga harus bisa menikmati hidup. Jangan sampai uang yang kita kumpulkan bertahun-tahun tidak bisa kita nikmati, untuk pergi berlibur misalnya, hanya karena kita selalu kekurangan waktu, dan tidak pernah bisa menikmati jatah cuti kantor yang menjadi hak kita. Hidup yang sejahtera sebaiknya tidak hanya secara financial saja terpenuhi, tetapi juga bisa digunakan untuk menikmati pleasure time. Dan juga, sekarang ini, kita hidup di jaman yang harus hemat enerji, maka sebaiknya mulailah mengurangi overtime penggunaan listrik untuk lampu dan AC di kantor. (Mir)