Bagi mereka yang bekerja rutin di kantor “9 to 5“, bisa dikatakan paling tidak sepertiga hari mereka, dari 24 jam sehari, dihabiskan bersama rekan-rekan sekerja di kantor mereka. Bahkan untuk beberapa jenis jabatan dan pekerjaan kadang-kadang lebih dari separuh hari mereka dihabiskan di kantor. Tidak mengherankan jika kemudian terjalin pertemanan ataupun persahabatan di antara teman sekerja. Apakah itu antara teman selevel atau dengan bawahan, bahkan dengan atasan pun mungkin terjalin pertemanan.
Rasa senasib sepenanggungan dalam mengemban tugas di kantor, seperti lembur bersama untuk memenuhi deadline pekerjaan atau sama-sama merasa bete karena dimarahi bos, akhirnya membentuk jalinan kebersamaan antar karyawan. Tidak sekedar makan siang bersama, seringkali pertemanan juga dijalin di luar jam kantor, misalnya pergi dugem bersama di hari Jum’at malam setelah lembur panjang di kantor, atau sekedar ngopi- ngopi sambil menunggu waktu macet lalu lintas berlalu.
Keakraban yang terjalin antar sesama karyawan, bisa mempunyai dampak yang baik, terutama dalam pekerjaan yang memerlukan semangat team work yang tinggi. Suasana kerjasama dan saling memotivasi akan tercipta dengan sendirinya, demi satu goal pekerjaan yang sama. Suasana kerja yang akrab juga akan membawa working spirit yang yang tinggi. Karyawan jadi semangat untuk pergi ke tempat kerja, karena mereka tahu akan bertemu teman-temannya di kantor. Didukung dengan penghargaan yang diberikan perusahaan kepada karyawannya, biasanya akan lahir “Esprit de corps“. Suasana ini bisa sangat menguntungkan bagi perusahaan karena mereka akan terpacu bekerja dengan motivasi yang tinggi dan menghasilkan produk-produk yang berkualitas bagi perusahaan.
Keakraban antar karyawan biasanya akan mudah terjalin terutama jika sebagian besar karyawan yang bekerja di kantor tersebut masih lajang dan rata-rata usianya sebaya. Tambahan jam kerja di akhir minggu yang sering membuat bete menjadi tidak terlalu dipermasalahkan, karena mereka menyadari akan bekerja bersama teman-teman mereka sendiri, bahkan biasanya dipakai kesempatan untuk pergi hang out bersama sepulang kerja. Energi yang bersatu ini jika disalurkan ke arah yang produktif bisa meningkatkan output perusahaan.
Akan tetapi ternyata ada juga dampak negatifnya jika keakraban antar karyawan di suatu kantor kemudian disalah gunakan. Misalnya, karena semangat setia kawan, kesalahan yang dibuat seorang teman seringkali ditutupi oleh teman-temannya yang lain. Situasi ini bisa tidak menguntungkan, jika pihak yang melakukan kesalahan tidak menyadari atau tidak belajar dari kesalahan yang dibuatnya. Apalagi mengetahui bahwa ada teman- temannya yang akan senantiasa menutupi kesalahannya. Bisa-bisa orang tersebut akan terus menerus berbuat kesalahan atau tidak termotivasi untuk bekerja dengan baik.
Keakraban antar karyawan seringkali juga memudahkan usaha provokasi negatif yang dilakukan segelintir orang yang mungkin terlibat permasalahan di suatu perusahaan. Kadang-kadang solidaritas yang membabi buta, yang tidak mampu melihat persoalan secara berimbang, bisa menyesatkan mereka yang sebenarnya tidak telibat dalam masalah tersebut.
Pertemanan yang tercipta dari dalam kantor, dan kemudian diteruskan di luar kantor juga bisa tidak menguntungkan jika kemudian terjadi perselisihan yang sifatnya lebih pribadi. Karena biasanya suasana ketidaknyamanan di antara kedua belah pihak yang sedang berselisih akan terbawa ke dalam suasana kerja di kantor. Selain menciptakan ketidaknyamanan di antara mereka berdua, juga akan menciptakan ketidak nyamanan teman-teman satu tim lainnya.
Mengingat dampak positif maupun negatif yang bisa ditimbulkan dari terjalinnya pertemanan antar karyawan, penting bagi kita untuk tetap memahami bahwa kantor adalah tempat untuk bekerja. Dimana ada ‘aturan main’ yang harus disepakati dan ditaati baik oleh karyawan ataupun manager. Karena bagaimanapun ada kepentingan perusahaan untuk menciptakan hasil produksi (barang dan jasa) dan meraih laba, selain juga ada kepentingan karyawan yang bekerja untuk mencari nafkah demi tercapainya kesejahterahan serta untuk kepentingan meningkatkan karier dan prestasinya.
Profesionalisme menjadi sangat penting di sini, karena dengan itulah antar karyawan bisa lebih saling menghargai dan memahami pekerjaan masing-masing di kantor. Dan semangat solidaritas akan menjadi lebih baik jika bisa mendukung kepentingan semua pihak. (Mir)